29
dengan aktivitas koagulasi yang dapat dinilai dari kadar fibrinogen dan D- dimer.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Dugaan peningkatan rerata kadar fibrinogen dan D-dimer pada penderita sindroma ovarium polikistik menandakan adanya peningkatan
risiko jangka panjang kejadian penyakit kardiovaskular dan risiko keguguran melalui peningkatan aktivitas koagulasi. Berdasarkan latar belakang
penelitian, memunculkan pertanyaan, bagaimana rerata kadar fibrinogen dan D-dimer pada wanita dengan sindroma ovarium polikistik dibandingkan
dengan wanita tanpa sindroma ovarium polikistik? Sehingga perlu dilakukan penelitian kadar fibrinogen dan D-dimer pada penderita dengan sindroma
ovarium polikistik, dimana penelitian tersebut belum pernah dilakukan di Sumatera Utara dan Indonesia sebelumnya.
1.3. HIPOTESIS
1. Rerata kadar fibrinogen berbeda pada wanita dengan sindroma
ovarium polikistik dibandingkan dengan wanita tanpa sindroma ovarium polikistik.
2. Rerata kadar D-dimer berbeda pada wanita dengan sindroma ovarium
polikistik dibandingkan dengan wanita tanpa sindroma ovarium polikistik.
Universitas Sumatera Utara
30
1.4. TUJUAN PENELITIAN 1.4.1. TUJUAN UMUM
1. Untuk mengetahui rerata kadar fibrinogen dan D-dimer pada wanita
penderita sindroma ovarium polikistik.
1.4.2. TUJUAN KHUSUS
1. Untuk mengetahui karakteristik wanita penderita sindroma ovarium
polikistik dan wanita tanpa sindroma ovarium polikistik berdasarkan umur, indeks massa tubuh IMT , fenotip SOPK dan resistensi insulin.
2. Untuk mengetahui perbedaan kadar fibrinogen pada wanita penderita
sindroma ovarium polikistik dibandingkan dengan wanita tanpa
sindroma ovarium polikistik.
3. Untuk mengetahui perbedaan kadar D-dimer pada wanita penderita
sindroma ovarium polikistik dibandingkan dengan wanita tanpa sindroma ovarium polikistik.
4. Untuk mengetahui perbandingan kadar fibrinogen berdasarkan
kelompok indeks massa tubuh antara wanita penderita sindroma ovarium polikistik dibandingkan dengan wanita tanpa sindroma
ovarium polikistik. 5.
Untuk mengetahui perbandingan kadar D-dimer berdasarkan kelompok indeks massa tubuh antara wanita penderita sindroma
ovarium polikistik dibandingkan dengan wanita tanpa sindroma ovarium polikistik.
Universitas Sumatera Utara
31
6. Untuk mengetahui perbandingan kadar fibrinogen berdasarkan
kelompok umur antara wanita penderita sindroma ovarium polikistik dibandingkan dengan wanita tanpa sindroma ovarium polikistik.
7. Untuk mengetahui perbandingan kadar D-dimer berdasarkan
kelompok umur antara wanita penderita sindroma ovarium polikistik dibandingkan dengan wanita tanpa sindroma ovarium polikistik.
8. Untuk mengetahui rerata kadar fibrinogen pada wanita penderita
sindroma ovarium polikistik berdasarkan resistensi insulin. 9.
Untuk mengetahui rerata kadar D-dimer pada wanita penderita sindroma ovarium polikistik berdasarkan resistensi insulin.
1.5. MANFAAT PENELITIAN
1. Dari hasil penelitian diharapkan dapat diketahui perbedaan rerata
kadar fibrinogen dan D-dimer pada wanita penderita sindroma ovarium polikistik dibandingkan dengan wanita tanpa sindroma ovarium
polikistik. Sehingga dapat mengarahkan klinisi dalam melakukan manajemen terhadap penderita sindroma ovarium polikistik mengenai
perlunya pemberian antikoagulan. 2.
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi data dasar untuk penelitian sejenis ataupun penelitian lanjutan.
Universitas Sumatera Utara
32
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI SINDROMA OVARIUM POLIKISTIK
SOPK adalah suatu sindroma, kumpulan dari gejala disfungsi ovarium, dengan tampilan utama hiperandrogenisme dan morfologi ovarium yang
polikistik. manifestasi klinis dari kelainan ini dapat berupa : menstruasi yang ireguler, tanda -tanda kelebihan kadar androgen beserta obesitas, dan
dihubungkan dengan DM tipe 2.
10,11,12
Sejak pengamatan awal oleh Stein dan Leventhal pada tahun 1935, ternyata sindroma ovarium polikistik SOPK, telah berkembang menjadi
suatu endokrinopati multisistim. Jika melihat dari gejala dan tandanya, yaitu hirsutisme, infertilitas pada wanita dengan siklus anovulatorik dan gangguan
menstruasi, maka SOPK merupakan suatu gangguan endokrin yang paling banyak dijumpai pada wanita terutama usia subur.
10,11
2.2. ETIOLOGI SINDROMA OVARIUM POLIKISTIK
Etiologi dari SOPK sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. dasar genetik dan multifaktor diduga sebagai penyebab kelainan ini. Model pasti
hubungan genetik atau familial dari SOPK masih belum jelas. SOPK diketahui sebagai kelainan yang bersifat familial yang mana saudara
kandung penderita SOPK mempunyai risiko mengalami kelainan ini sebesar 50. Prevalensi risiko penderita SOPK meningkat sebesar 32 - 66
Universitas Sumatera Utara