itu, dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia anggota petani yang tercermin dari tingkat pengetahuan yang dimiliki, ada beberapa aspek yang perlu ditumbuhkan
: 1 adanya pengetahuan teknis, 2 penciptaan peluang –peluang beragribisnis, 3 juga
aspek-aspek administrasi Sedana 2003, dalam Revitalisasi Subak Dalam Memasuki Era Globalisasi . Program pendidikan dan pelatihan bagi para petani, khususnya
pengurus subak perlu dilakukan terutama pada hal –hal yang berkaitan dengan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai bidang seperti operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi, manajemen agribisnis, pembukuan dan
kewirausahaan. Pelaksanaan Sekolah Lapangan SL yang merupakan salah satu metode pembelajaran orang dewasa untuk memberikan keterampilan kepada petani
sangat cocok dilakukan sehingga petani mampu menemukenali permasalahan yang dihadapinya, selanjutnya mencari alternatif pemecahannya Sutawan 1998, dalam
Revitalisasi Subak Dalam Memasuki Era Globalisasi. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang didapat baik formal maupun non formal yang diperoleh secara
mandiri atau dari hasil interaksi dapat meningkatkan wawasan dan kepekaan mereka terhadap tuntutan perubahan termasuk kepedulian mereka akan inovasi, dalam hal ini
adalah pembangunan pertanian.
2.4 Kepemimpinan Subak Dalam Pembangunan Pertanian
Kepemimpinan telah menjadi topik yang sangat menarik dari para ahli sejarah dan filsafat sejak masa dahulu, dan menawarkan 350 definisi tentang kepemimpinan.
Salah seorang ahli menyimpulkan bahwa ” kepemimpinan merupakan salah satu
fenomen a yang paling mudah diobservasi”, tetapi menjadi salah satu hal yang paling
sulit untuk dipahami Triantoro Safaria, 2004. Untuk lebih mempermudah pemahaman, maka akan diacu satu definisi yang kiranya
mampu menjadi landasan untuk membahas konsep kepemimpinan itu sendiri. Menurut Joseph C. Rost, 1993 dalam kepemimpinan 2004 kepemimpinan adalah
sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut bawahan yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersama.
Kepemimpinan melibatkan hubungan pengaruh yang mendalam, yang terjadi diantara orang
–orang yang menginginkanperubahan signifikan, dan perubahan tersebut mencerminkan tujuan yang dimiliki bersama oleh pemimpin dan pengikutnya.
Pengaruh influence dalam hal ini berarti hubungan diantara pemimpin dan pengikut sehingga bukan sesuatu yang pasif, tetapi merupakan suatu hubungan timbal balik
dan tanpa paksaan. Dengan demikian, kepemimpinan itu sendiri merupakan proses yang saling mempengaruhi.
Kepemimpinan lebih menekankan bagaimana mengkomunikasikan visi dan mengembangkan budaya yang dimiliki bersama dan menyusun seperangkat nilai
– nilai pokok di dalam organisasi yang menjadi pedoman utama untuk mencapai tujuan
tertinggi organisasi. Penekanan ini melibatkan bawahan sebagai pemikir, pelaksana dan pemimpin mendorong rasa kebersamaan akan komitmen dan kepemilikan
organisasi.Menurut Robert J House, 1971 dalam Kepemimpinan 2004, teori Path –
goal memberikan empat klasifikasi perilaku pemimpin yang dapat di adopsi oleh seorang pemimpin, salah satu diantaranya adalah : Kepemimpinan Partisipatif
Participative Leadership digambarkan sebagai pemimpin yang lebih banyak mengkonsultasikan dan mendiskusikan masalah pada bawahan sebelum membuat
keputusan. Perilaku pemimpin yang muncul termasuk menanyakan opini dan saran dari bawahan, mendorong partisipasi dalam pembuatan keputusan, dan banyak
berdiskusi dengan bawahan di lokasi kerja. Sedangkan pada sistem pertanian tradisional atau subak, dalam pelaksanaannya
pada pengelolaan lahan pertanian dipimpin oleh seorang Pekaseh. Kepemimpinan seorang Pekaseh dalam organisasi subak memiliki lima tugas utama yang harus
dilaksanakan yaitu : 1 pencarian dan distribusi air, 2 operasi dan pemeliharaan air irigasi, 3 mobilisasi sumberdaya, 4 penanganan persengketaan, 5 kegiatan
upacararitual Subak, 1993 :10 Dari uraian tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa kepemimpinan dalam
organisasi menekankan kepada komunikasi, menampung aspirasi, memberikan solusi, menciptakan budaya dan iklim organisasi, memberi motivasi dan mendorong prestasi
anggotanya.
2.5 Operasional Dan Pemeliharaan Bangunan Air Pada Jaringan Irigasi
Keberlanjutan pertanian beririgasi berbasis subak sangat tergantung pada keberlanjutan dari sistem irigasi sebagai faktor pendukung penyelenggaraan sistem
pertanian dalam suatu institusi subak. Kebijakan penyerahan pengelolaan irigasi PPI seperti tertuang dalam INPRES RI, nomor 3 tahun 1999, yang dalam UU RI nomor 7
tahun 2004 dikenal sebagai pengelolaan irigasi partisipatif PIP merupakan upaya pemerintah untuk memberikan peran yang lebih besar kepada masyarakat petani
termasuk subak dalam hal pengelolaan jaringan irigasi, sebagai akibat semakin terbatasnya kemampuan pemerintah dari segi personil maupun dana terutama untuk
melaksanakan operasional dan pemeliharaan O P jaringan irigasi. Ketentuan yang termuat dalam undang
–undang tersebut adalah : 1 masyarakat ikut berperan dalam pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sumber daya air, 2 pelaksanaan operasi dan
pemeliharaan sistem jaringan ditetapkan sebagaiu berikut : a pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi primer dan sekunder menjadi wewenang dan
tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah daerah sesuai kewenangannya, b pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi tersier menjadi hak dan
tanggung jawab petani pemakai airsubak Budiasa, dalam Revitalisasi subak dalam memasuki era globalisasi, 2005 .
Pelaksanaan operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi bertujuan untuk dapat mempertahankan adanya kontinyuitas air yang diperlukaan oleh petani, pelaksanaan
operasional dan pemeliharaan meliputi : pengaturan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi untuk menjamin kelestarian fungsi dari jaringan irigasi beserta bangunannya.
Dalam hal perkumpulan petani pemakai air tidak mampu melaksanakan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang menjadi hak dan tanggung jawabnya, pemerintah,
pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten kota, dapat memberikan bantuan danatau dukungan fasilitas berdasarkan permintaan dari perkumpulan petani pemakai
air dengan memperhatikan prinsip kemandirian UU RI No 7 tahun 2004. Peran sektor pertanian sangat strategis dalam perekonomian nasional dan
kegiatan pertanian tidak dapat terlepas dari air. Oleh sebab itu, irigasi sebagai salah
satu komponen pendukung keberhasilan pembangunan pertanian mempunyai peran yang sangat penting. Berdasarkan atas uraian tersebut diatas maka dapat dijelaskan
bahwa implimentasi dari operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi O P pada daerah irigasi terhadap seluruh fasilitas irigasi akan berpengaruh pada kontinyuitas air
,penetapan pola tanam, intensitas tanam, efektifitas saluran dan bangunan fasilitas serta produksi hasil pertanian. Meskipun operasional dan pemeliharaan ditingkat
tersier menjadi tanggung jawab petani namun kenyataannya tetap mendapat perhatian dari pemerintah untuk menjaga kontinyuitas air irigasi.