45
yang dimaksud adalah gabunga nilai pasar dari modal biasa dan saham preferen, sedangkan hutang mencakup hutang lancar dan hutang jangka
panjang. d.
Penjualan terhadap total harta sales to total asset digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi
persaingan. Rasio tersebut mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan.
Analisis diskriminan dilakukan untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan dengan menganalisa laporan keuangan suatu perusahaan dua
sampai dengan lima tahun sebelum perusahaan tersebut diprediksi bangkrut. Kebangkrutan adalah suatu kondisi di saat perusahaan
mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya. Kebangkrutan biasanya dihubungkan dengan kesulitan keuangan.
Analisis diskriminan bermanfaat bagi perusahaan untuk memperoleh peringatan awal kebangkruatn dan keberlanjutan usahanya. Semakin
awal perusahaan memperoleh peringatan kebangkrutan, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan
perbaikan-perbaikan dan dapat memberikan gambaran dan harapan yang mantap terhadap nilai masa depan perusahaan tersebut.
2.9. Penelitian Terdahulu
Banyak penelitian dilakukan untuk membangun sebuah model prediksi kebangkrutan. Berbagai model tersebut biasanya menggunakan data
akuntansi yang dinyatakan dalam bentuk rasio keuangan. Studi
46
kebangkrutan pertama kali dilakukan oleh Beaver 1966 yang menggunakan 29 rasio keuangan pada lima tahun sebelum terjadi
kebangkrutan. Dalam studinya, Beaver membuat enam kelompok rasio keuangan dan membuat univariate analisys, yaitu menghubungkan tiap-tiap
rasio untuk menetukan rasio mana yang paling baik digunakan dalam prediktor. Rasio keuangan tersebut terdiri dari cash flow to totaldebt, net
income to total assets, current plus long-tem liabilities to total assets, current ratios, working capital to total, no-credit interval. Dari enam ratio
kelompok tersebut, Beaver menemukan bahwa rasio dari aliran kas terhadap kewajiban total merupakan prediktor yang paling baik untuk menetukan
tingkat kebangkrutan perusahaan. Sampel yang diambil terdiri dari 79 perusahaan sehat dan 79 perusahaan yang bangkrut.
Sri Haryati 2001 melakukan penelitian tentang pengaruh rasio Camel terhadap prediksi kebangkrutan bank. Rasio-rasio Camel yang
digunakan adalah rasio cadangan penghapusan kredit terhadap kredit, Return On Assets ROA, rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
BOPO, dan Loan to Deposit Rasio LDR. Rasio camel yang digunakan merupakan hasil analisis laporan keuangan periode 1997. Sampel terdiri
dari bank swasta nasional hasil due diligence yaitu 74 bank kategori A, 18 bank kategori B dan 13 bank kategori C yang diumumkan pada bulan Maret
1999. Dalam penelitiannya Haryati menggunakan analisis Regresion Logistic yang hasilnya menunjukan bahwa a ROA, BOPO, dan LDR
mempunyai perbedaan yang signifikan diantara bank-bank dalam kelompok kategori A, B, dan C, b Rasio keuangan tersebut daapat digunakan sebagai
alat prediksi kebangkrutan bank. Muliaman Hadad, Wimboh dan Ita 2003 melakukan penelitian
mengenai faktor-faktor keuangan perusahaan yang mampu membedakan perilaku perusahaan yang masuk kelompok pailit dan tidak pailit serta
membandingkan kemampuan dua teknik yang sering dipakai dalam memprediksi kepailitan. Metode yang digunakan adalah discriminant
analysis dan logistic regression analysis. Hasil studi menunjukan bahwa
47
rasio yang terkait dengan likuiditas merupakan discriminator terbaik dalam membedakan perusahaan pailit dengan perusahaan tidak pailit. Selanjutnya,
studi ini menunjukan bahwa logistic regresion analysis merupakan pendekatan yang baik dibandingkan discriminant analysis.
Tarmizi dan Wiliyanto 2003 menggunakan sampel bank, yaitu 15 bank tidak bangkrut dan 10 bank bangkrut, dengan data laporan keuangan
bank periode 2000 sampai 2002, dan menggunakan alat logistic regresion analysis. Rasio keuangan yang digunakan adalah CAR, RORA Return On
Risk Assets, COM Cost Of Money, ROA dan LDR. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa rasio keuangan Camel dapat digunakan sebagai alat
prediksi kebangkrutan suatu bank dalam periode satu maupun dua tahun sebelum terjadi kebangkrutan.
Luciana Spica A. dan Winny Herdiningtyas 2005 melakukan penelitian yang berttujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai
faktor-faktor yang diuji dalam penentuan kondisi kebangkrutan dan kesulitan keuangan perusahaan adalah rasio keuangan Camel sesuai dengan
ketentuan bank Indonesia. Rasio yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah CAR, ATTM, APB, NPL, PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO, dan
LDR, dengan sampel penelitian terdiri dari 16 bank sehat, 2 bank yang mengalami kebangkrutan dan 6 bank yang mengalami kesulitan keuangan.
Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa rasio keuangan
Camel memiliki daya klasifikasi atau daya prediksi untuk kondisi bank yang mengalami kesulitan keuangan dan bank yang mengalami kebangkrutan.
Secara umum penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut, dalam penelitian ini menganalisis tentang pengaruh rasio-rasio keuangan
Camel terhadap potensi kebangkrutan dengan pendekatan Altman, menggunakan sampel bank-bank go public yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta periode 2003-2005. variabel yang diguanakn dalam penelitian ini adalah rasio Camel sebagai variabel independen yaitu CAR, KAP, NIM,
ROA, dan LDR. Sedangkan rasio-rasio Z-Score sebagai variabel dependen
48
yaitu rasio modal kerja, rasio laba ditahan, rasio laba, rasio pasar modal, dan rasio penjualan. Dari rasio-rasio Camel akan dihitung tingkat kessehatan
bank dengan menggunakan total skor, dari tingkat kesehatan bank tersebut akan diteliti pengaruhnya terhadap prediksi kebangkrutan bank yang diukur
dengan Z-Score dengan menggunakan analisis sederhana.
2.10. Kerangka Pemikiran