ANALISIS RASIO CAMEL (CAPITAL, ASSETS, MANAGEMENT, EARNING, DAN LIQUIDITY) DALAM MEMPREDIKSI KESEHATAN UNTUK MENILAI KEMUNGKINAN KEBANGKRUTAN BANK YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan Oleh :

JULIS FARIANINGSIH 0613010087/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

DI BURSA EFEK INDONESIA Disusun Oleh :

Julis Farianingsih 0613010087/FE/EA Telah dipertahankan dihadapan Dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 21 Mei 2010

Pembimbing Utama Tim penguji

Ketua

Dra.Ec.Sari Andayani,MAks Drs.Ec.H.E.Achsan. AK

Sekretaris

Dra.Ec.Sari Andayani,MAks Anggota

Dra.Erry Andhaniwati,MAks,Ak

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Dekan Fakultas Ekonomi

Dr. H.R.DHANI ICHSANUDDIN NUR, SE.MM NIP. 030 202 389


(3)

EARNING, DAN LIQUIDITY) DALAM MEMPREDIKSI

KESEHATAN UNTUK MENILAI KEMUNGKINAN

KEBANGKRUTAN BANK YANG GO PUBLIK

DI BURSA EFEK INDONESIA

yang diajukan :

JULIS FARIANINGSIH 0613010087/FE/EA

disetujui untuk ujian lisan oleh

Pembimbing Utama

Dra. Ec. Sari Andayani, MAKs Tanggal : ……….

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi NIP. 030.194.437


(4)

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas menyusun skripsi dengan judul : “ Analisis Rasio Camel (Capital, Assets, Management, Earning, dan Liquidity) Dalam Memprediksi Kesehatan Untuk Menilai Kemungkinan Kebangkrutan Bank yang Go Publik di BEI.” Dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.

Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, Mp, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional ಯVeteranರ Jawa Timur.

2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ಯVeteranರ Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ಯVeteranರ Jawa Timur


(5)

Jawa Timur.

5. Ibu Dra. Ec. Sari Andayani, MAks, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan dalam pengerjaan skripsi ini.

6. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ಯVeteranರ Jawa Timur.

7. Para Staff dan Karyawan PT. Bursa Efek Indonesia, yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian dan memberikan data yang dibutuhkan untuk menyusun skripsi ini.

8. Buat Bapak Sugeng Amari dan Ibu Suharnanik yang tercinta, serta buat saudaraku yang tersayang Sugianto, tiada kata yang bisa ananda ucapkan, selain kata terima kasih yang sebanyak-banyaknya, karena merekalah yang selama ini telah memberikan curahan kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.

9. Buat keluarga besarku yang tinggal di Jombang, Kediri, Surabaya, dan Banyuwangi terima kasih atas bantuan kalian selama ini.

10.Buat Froggy Girls : estay, gek, vivi, tyas, nunik, inge, meonk, chubby, ayu. Terima kasih atas pertemanan yang tulus dari kalian semua.

11.Buat adik-adik kosku : Lia, Oniy, yoan, Dina, Eka, Merry dan buat Risa terima kasih atas pinjaman motornya, dan mau mengantar kemana-mana sampai skripsi ini jadi.


(6)

pernah tergantikan.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas smua bantuan yang telah mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa terbatasnya pengalaman serta kemampuan, memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Surabaya, Mei 2010


(7)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 5

1.3.Tujuan Penelitian ... 6

1.4.Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Hasil Penelitian Terdahulu ... 8

2.2.Landasan Teori ... 16

2.2.1.Pengertian Laporan Keuangan ... 16

2.2.2.Perangkat Laporan Keuangan ... 18

2.2.2.1.Neraca ... 19


(8)

2.2.2.2.Laporan Laba Rugi ... 20

2.2.2.3.Laporan Perubahan Posisi Keuangan ... 25

2.2.2.4.Laporan Perubahan Modal ... 27

2.2.2.5.Laporan Arus Kas ... 29

2.2.3.Tujuan Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan ... 31

2.2.3.1.Tujuan Laporan Keuangan ... 31

2.2.3.2.Keterbatasan Laporan Keuangan ... 32

2.2.3.3.Penyajian Laporan Keuangan ... 33

2.2.3.4.Periode pelaporan ... 34

2.2.4.Pihak-pihak yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan ... 35

2.2.5.Analisis Rasio Keuangan ... 35

2.2.5.1.Pengertian Rasio Keuangan ... 35

2.2.5.2. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan ... 37

2.2.5.3.Penggunaan Rasio Keuangan ... 38

2.2.6.Kesehatan Bank (Rasio CAMEL) ... 40

2.2.7.Penilaian Kesehatan Bank Menurut Metode CAMEL ... 42

2.2.8.Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Menurut CAMEL ... 45

2.2.9.Kebangkrutan (ALTMAN) ... 47

2.2.10.Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan ... 50


(9)

2.3.Kerangka Pikiran ... 55

2.4.Hipotesis ... 56

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 57

3.2.Teknik Penentuan Sampel ... 60

3.2.1.Populasi ... 60

3.2.2.Sampel ... 62

3.3.Teknik Pengumpulan Data ... 63

3.3.1.Jenis Data ... 63

3.3.2.Sumber Data ... 63

3.3.3.Metode Pengumpulan Data ... 63

3.4.Uji Normalitas ... 64

3.5.Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 64

3.5.1. Teknik Analisis ... 64

3.5.2. Uji Hipotesis ... 66

3.5.2.1. Hipotesis Statistik ... 67

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Obyek Penelitian ... 68

4.1.1.Bank Arta Graha Internasional Tbk ... 68


(10)

4.1.3.Bank Internasional Indonesia Tbk ... 71

4.1.4.Bank Mandiri Tbk ... 73

4.1.5.Bank Mayapada Tbk ... 74

4.1.6.Bank Mega Tbk ... 75

4.1.7.Bank Niaga Tbk ... 76

4.1.8.Bank Nusantara Parayangan ... 77

4.1.9.Bank Permata ... 78

4.1.10.Bank Swadesi ... 79

4.2.Deskripsi Hasil Penelitian ... 81

4.2.1.Capital ... 81

4.2.2.Assets ... 82

4.2.3.Management ... 83

4.2.4.Earnings ... 84

4.2.5.Liquidity ... 85

4.3.Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 86

4.3.1.Uji Normalitas ... 86

4.3.2.Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 87

4.3.2.1. Analisis Diskriminan ... 87

4.3.2.2. Uji Hipotesis ... 91

4.4.Pembahasan ... 94


(11)

4.4.2. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya ... 95 4.4.3. Konfirmasi Hasil Penetian dengan Tujuan dan Manfaat ... 96 4.4.4.Keterbatasan Penelitian ... 97 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan ... 98

5.2.Saran ... 99 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(12)

Gambar 1 : Kerangka Pikir ... 55

   


(13)

Tabel 2.1 : Contoh Bentuk Neraca Bank ... 20

Tabel 2.2 : Contoh Bentuk Laporan Laba Rugi ... 24

Tabel 2.3 : Contoh Laporan Posisi Keuangan... 27

Tabel 2.4 : Contoh Laporan Perubahan Modal ... 29

Tabel 2.5 : Contoh Laporan Arus Kas ... 30

Tabel 4.1 : Data Capital Adequacy Ratio... 81

Tabel 4.2 : Data Return on Risk Assets... 82

Tabel 4.3 : Data Net Profit Margin... 83

Tabel 4.4 : Data Return of Assets... 84

Tabel 4.5 : Data Loan to Deposit Ratio... 85

Tabel 4.6 : Hasil Uji Normalitas ... 86

Tabel 4.7 : Tabel Test Of Equity Of group Mean ... 87

Tabel 4.8 : Tabel Canonical Diskriminant Function Coeficients ... 89

Tabel 4.9 : Tabel Eigenvalue ... 90

Tabel 4.10 : Tabel Standardized Canonical Discriminant Function Coeficients 91 Tabel 4.11 : Hasil Pengujian Hipotesis ... 92

 

ix 


(14)

xi 

 

Lampiran 1 : Tabulasi Data Capital Lampiran 2 : Tabulasi Data Assets Lampiran 3 : Tabulasi Data Management Lampiran 4 : Tabulasi Data Earning Lampiran 5 : Tabulasi Data Liquidity Lampiran 6 : Tabulasi Data Kesehatan Bank

Lampiran 7 : Tabulasi Data Uji Normalitas “kolmogorov Smirnov.” Lampiran 8 : Daftar Tabel Uji Diskriminan

 


(15)

ANALISIS RASIO CAMEL (CAPITAL, ASSETS, MANAGEMENT,

EARNING, DAN LIQUIDITY) DALAM MEMPREDIKSI

KESEHATAN UNTUK MENILAI KEMUNGKINAN KEBANGKRUTAN BANK YANG GO PUBLIK

DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh :

JULIS FARIANINGSIH

Abstrak

Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu sumber utama indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan itu akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank. Untuk menilai kinerja keuangan perbankan umumnya digunakan lima aspek penilaian yaitu 1) Capital; 2) Assets; 3) Management; 4) Earnings; 5) Liquidity yang biasa disebut CAMEL. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajemen untuk mengidentifikasikan perubahan-perubahan pokok pada trend jumlah, dan hubungan serta alasan perubahan tersebut. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu menginterprestasikan berbagai hubungan kunci serta kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan dimasa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris kegunaan Rasio CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning, dan

Liquidity) dalam memprediksi kesehatan untuk menilai kemungkinan kebangkrutan

bank yang Go Publik.di BEI

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 Bank yang go public di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 – 2007. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Bursa Efek Indonesia, Data yang diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan Uji Diskriminan dengan alat bantu komputer, yang menggunakan program SPSS. 16.0 For Windows

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa Capital, Assets, Earning, dan Liquidtty dapat digunakan dalam memprediksi kesehatan untuk menilai kemungkinan kebangkrutan bank yang go publik di Bursa Efek Indonesia, terbukti kebenarannya, sedngkan untuk hipotesis yang menyatakan bahwa Management dapat digunakan dalam memprediksi kesehatan untuk menilai kemungkinan kebangkrutan bank yang go publik di Bursa Efek Indonesia, tidak terbukti kebenarannya.

Keyword : Capital, Assets, Management, Earning, Liquidtty dan Kesehatan Bank


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit), selain itu bank juga nerupakan lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran.

Kesehatan atau kondisi keuangan dan non keuangan Bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen) Bank, masyarakat pengguna jasa Bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan Bank, dan pihak lainnya. Kondisi Bank tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja Bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko (Pabbentengi, 2009 : 1).

Perkembangan industri perbankan, terutama produk dan jasa yang semakin kompleks dan beragam akan meningkatkan eksposur risiko yang dihadapi Bank. Perubahan eksposur risiko Bank dan penerapan manajemen risiko akan mempengaruhi profil risiko Bank yang selanjutnya berakibat pada kondisi Bank secara keseluruhan. Perkembangan metodologi penilaian kondisi Bank senantiasa bersifat dinamis sehingga sistem penilaian tingkat kesehatan Bank harus diatur kembali agar lebih mencerminkan kondisi Bank saat ini dan di waktu yang akan datang (Pabbentengi, 2009: 1).


(17)

Banyaknya sektor yang tergantung pada perbankan tersebut di sebabkan oleh fungsi dan peranan perbankan. Oleh karena itu, organisasi perbankan selalu di ikutsertakan dalam menentukan berbagai kebijakan di bidang moneter, pengawasan devisa, pencatatan efek-efek, dan lain-lainya. Hal tersebut di sebabkan karena usaha pokok perbankan adalah memberikan kredit dan kredit yang di berikan oleh perbankan tersebut mempunyai pengaruh yang sangat luas dalam segala kehidupan, khususnya di bidang ekonomi (Thomas,1999: 16).

Seiring dengan krisis multi dimensi yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang dimulai dengan merosotnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika yang telah menghancurkan sendi-sendi ekonomi termasuk pada sektor perbankan. Krisis moneter yang terus menerus mengakibatkan krisis kepercayaan, akibatnya banyak bank dilanda penyakit yang sama. Hal ini menyebabkan banyak bank yang lumpuh karena dihantam kredit macet.

Penelitian yang dilakukan oleh Dian (2009) menunjukkan bahwa variasi antara kelompok perusahaan yang tidak mengalami financial distress

dengan kelompok perusahaan yang mengalami financial distress dapat dijelaskan oleh variabel diskriminan CAR, RORA, NPM, ROA, BOPO, dan BR. Selanjutnya (Merkusiwati,2007) yang dalam penelitian tersebut juga dapat membuktikan bahwa secara empiris rasio keuangan bermanfaat untuk memprediksi kinerja perusahaan dan memprediksi pertumbuhan laba tahun berikutnya.

Almillia (2005) dalam penelitiannya menghasilkan bahwa rasio yang memiliki perbedaan yang signifikan antara bank-bank kategori bermasalah


(18)

dan tidak bermasalah perioda 2000 – 2002 adalah CAR, APB, NPL, PPAPAP, ROA, NIM, BOPO. Sedangkan Sawitri (2002) dalam penelitiannya menunjukan bahwa semua kriteria rasio yang dipilih oleh Biro Riset InfoBank masih belum dapat dijadikan estimator atau penentu ukuran kesehatan perusahaan asuransi jiwa karena hanya 44,9% saja ketepatannya, jadi masih banyak variabel lain yang sebenarnya menjadi ukuran kesehatan perusahaan asuransi jiwa.

Haryati (2001) yang dalam penelitiannya menunjukan bahwa 1) dari empat rasio keuangan yang digunakan ternyata rasio ROA, Efisiensi, dan LDR mempunyai perbedaan yang signifikan di antara bank-bank dalam kelompok kategori A, B, dan C, 2) Rasio Cadangan Penghapusan Kredit terhadap kredit tidak mempunyai peerbedaan bermakna mengingat pengukuran rasio ini untuk menilai kualitas asset dari bank kurang tepat (tidak sesuai dengan pengukuran sebagaimana telah ditentukan oleh Bank Indonesia), 3) Mengingat rasio ROA mempunyai perbedaan yang bermakna antara bank-bank kategori A, B, dan C mempunyai pengaruh yang bermakna pula terhadap kebangkrutan, maka meskipun hasil penelitian dari rasio Efisiensi dan LDR tidak mempunyai pengaruh bermakna terhadap kemungkinan kebangkrutan bank.

Dalam Seminar Restrukturisasi Perbankan di Jakarta pada tahun 1998 disimpulkan beberapa penyebab menurunnya kinerja bank, antara lain:

a. Semakin meningkatnya kredit bermasalah perbankan

b. Dampak likuidasi bank-bank 1 November 1997 yang mengakibatkan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan pemerintah, sehingga memicu penarikan dana secara besar-besaran.


(19)

c. Semakin turunnya permodalan bank-bank

d. Banyak bank-bank tidak mampu kewajibannya karena menurunnya nilai tukar rupiah

e. Manajemen tidak profesional

Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu sumber utama indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan itu akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajemen untuk mengidentifikasikan perubahan-perubahan pokok pada trend jumlah, dan hubungan serta alasan perubahan tersebut. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu menginterprestasikan berbagai hubungan kunci serta kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan dimasa mendatang.

Analisis laporan keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, baik pemerintah dan para pemakai laporan keuangan lainnya dalam menilai kondisi keuangan suatu perusahaan tidak terkecuali perusahaan perbankan. Untuk menilai kinerja keuangan perbankan umumnya digunakan lima aspek penilaian yaitu 1) Capital; 2) Assets; 3) Management; 4) Earnings; 5)

Liquidity yang biasa disebut CAMEL.

Pada penelitian ini Aspek Capital meliputi CAR, aspek Assets

meliputi RORA, aspek Management meliputi NPM, aspek Earning meliputi ROA, dan ROE, sedangkan aspek Liquidity meliputi LDR. Empat dari lima aspek tersebut masing-masing capital, assets, management, earning, liquidity dinilai dengan menggunakan rasio keuangan.


(20)

Dari fenomena di atas menunjukan bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank.. Secara empiris tingkat kegagalan bisnis dan kebangkrutan bank dengan menggunakan rasio-rasio keuangan model CAMEL dapat diuji sebagaimana yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti yaitu : (Thomson,1991) dalam (Wilopo,2001) yang menguji manfaat rasio keuangan CAMEL dalam memprediksi kegagalan bank di USA pada tahun 1980an dengan menggunakan alat statistik regresi logit, Whalen dan (Thomson,1988) dalam (Wilopo,2001) menemukan bahwa rasio keuangan CAMEL cukup akurat dalam menyusun rating bank, dan di Indonesia (Surifah,1999) menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan bank dengan menggunakan model CAMEL.

Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka penulis tertarik mengadakan penelitian yang berkaitan dengan rasio camel dalam memprediksi bank dengan judul : “ Analisis Rasio Camel (Capital, Assets, Management, Earning, dan Liquidity) Dalam Memprediksi Kesehatan Untuk Menilai Kemungkinan Kebangkrutan Bank yang Go Publik di BEI.”

1.2 Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah, yaitu


(21)

“Apakah Rasio Camel (capital, assets, management, earning, dan

liquidity) dapat memprediksi kesehatan untuk Menilai kebangkrutan bank yang Go Publik.di BEI.?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan membuktikan apakah pengaruh Rasio Camel (capital,

assets, management, earning, dan liquidity) dapat digunakan dalam

memprediksi kesehatan untuk Menilai kebangkrutan bank yang Go Publik.di BEI.

1.4 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang dikemukakan, manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu antara lain:

1. Bagi Peneliti

Memperluas pola pikir, wawasan dan pengetahuan tentang Rasio CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning, dan Liquidity) dalam memprediksi kesehatan untuk menilai kemunkinan kebangkrutan bank yang Go Publik.di BEI, serta sebagai sarana dalam mengaplikasikan teori empiris yang di dapat oleh peneliti selama ini.


(22)

2. Bagi Praktisi

Sebagai bahan peritimbangan untuk pembuatan kebijakan dalam memprediksi kesehatan untuk menilai kebangkrutan bank dan memberikan informasi yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi di pasar modal.

3. Bagi Akademis

Menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan hasil yang ditemukan selama penelitian dan sebagai perbandingan bagi pembaca yang akan melakukan penelitian pada topik yang sama di masa yang akan datang.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Penelitian Terdahulu

1. Dian (2009) penelitiannya berjudul” Rasio Camel Sebagai Alat Ukur Tingkat Kesehatan Bank Swasta yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.” Dalam penelitian ini bertujuan untuk membuktikan perbedaan tingkat kesehatan bank go public yang diukur dengan rasio CAMEL antara bank yang sehat dengan bank yang gagal serta untuk mengetahui tingkat ketepatan rasio keuangan CAMEL dalam mengukur tingkat kesehatan perbankan. Analisis yang digunakan adalah analisis diskriminan. Rasio yang digunakan adalah CAR, RORA, NPM, ROA, BOPO, dan BR. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Berdasarkan output Eigenvalues menunjukkan bahwa besaran Canonical Correlation

sebesar 0,713 atau besaran Square Canonical Correlation (CR)2 sebesar 0,5084. Jadi dapat disimpulkan bahwa 50,84% variasi antara kelompok perusahaan yang tidak mengalami financial distress dengan kelompok perusahaan yang mengalami financial distress dapat dijelaskan oleh variabel diskriminan CAR, RORA, NPM, ROA, BOPO, dan BR. Nilai

Standardized Canonical Discriminant Function menunjukkan bahwa

besaran koefisien CAR, RORA, NPM, ROA, BOPO, dan BR menunjukkan pentingnya variabel diskriminator secara relatif dan membentuk fungsi diskriminan. Makin tinggi koefisien yang telah


(24)

distandardisasi, makin penting variabel tersebut terhadap variabel lainnya. Variabel ROA merupakan variabel yang paling penting dalam membedakan perusahaan yang tidak mengalami financial distress

dengan perusahaan yang mengalami financial distress. Hasil structure matrix menunjukkan bahwa loading factor untuk variabel ROA, RORA, NPM, BR, dan CAR berkisar antara +1 dan -1. Makin mendekati 1, maka makin tinggi komunalitas antara variabel diskriminan dan fungsi diskriminan. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel ROA paling mampu membedakan antara perusahaan yang tidak mengalami financial distress

dan perusahaan yang mengalami financial distress. Nilai Wilk’s Lambda

yang dihasilkan sebesar 0,492 (tabel 4.12) dengan tingkat signifikan lebih kecil dari 5% yaitu sebesar 0,007 (sig 0,007) maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti fungsi diskriminan yang terbentuk telah signifikan. Sehingga hipotesis penelitian “terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan terhadap tingkat kesehatan bank go public yang diukur menurut rasio CAMEL antara bank yang sehat dengan bank yang gagal” teruji kebenarannya.

2. Kusumo (2008) penelitiannya berjudul”Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 2002-2007. (dengan Pendekatan PBI no. 9/1/PBI/2007).” Dalam penelitian ini peneliti hanya menilai kinerja dari aspek keuangan yaitu Capital, Assets, Earning, Liquidity dan Sensitivity Market Risk. Analisis datanya termasuk penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan rasio keuangan (solvability), Rasio Kualitas


(25)

Aktiva Produksi (KAP), Rasio Rentabilitas (Earning), Rasio Liquidity

dan Rasio capital, assets, management, earning, dan liquidity. Hasil peneltian tersebut adalah 1) Dilihat dari Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) mencerminkan bahwa BSM memiliki modal yang sangat kuat, sehingga jika terjadi kerugian pihak bank dapat menanggung kerugian tersebut dengan modal yang dimilikinya, 2) Dilihat dari rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) ini mencerminkan bahwa BSM belum dapat mengelola aktiva produktif yang dimilikinya dengan baik, 3) Dilihat dari rasio Net Operating Margin (NOM) ini mencerminkan bahwa BSM merupakan bank syariah yang memiliki tingkat profitabilitas sangat baik. 4) Rasio Short Term Mismatch (STM) ini mencerminkan bahwa BSM dapat memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya tanpa mengganggu kebutuhan likuiditas bagi nasabahnya, 5) Rasio Seneitivitas Terhadap Resiko Pasar (MR) ini mencerminkan bahwa kemampuan BSM untuk mengkover resiko yang muncul akibat dari perubahan nilai tukar sangat lemah dan penerapan manajemen resiko pasar yang diterapkannya tidak efektif dan tidak konsisten, 6) Dari keseluruhan rasio keuangan selama enam periode pengamatan ini mencerminkan bahwa kondisi keuangan BSM tergolong baik dalam mendukung perkembangan usaha dan mengantisipasi perubahan kondisi perekonomian dan industry keuangan. Serta BSM memiliki kemampuan keuangan yang memadai dalam mendukung


(26)

rencana pengembangan usaha dan pengendalian resiko apabila terjadi perubahan yang signifikan pada industry perbankan.

3. Merkusiwati (2007) penelitiannya berjudul “Evaluasi Pengaruh Camel Terhadap Kinerja Perusahaan. Dalam penelitian ini tujuannya untuk mengetahui 1) Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1997 – 2000 terhadap kinerja perusahaan (ROA) tahun 1998 – 2001, 2) Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1997 terhadap kinerja perusahaan (ROA) tahun 1998 ? 3) Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1998 terhadap kinerja perusahaan (ROA) tahun 1999, 4) Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1999 terhadap kinerja perusahaan (ROA) tahun 2000, dan 5) Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 2000 terhadap kinerja perusahaan (ROA) tahun 2001. Analisis yang digunakan adalah analisis rasio Camel, analisis ini dilakukan dengan menggunakan ROA. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut dapat dibuktikan secara empiris bahwa rasio keuangan bermanfaat untuk memprediksi kinerja perusahaan dan memprediksi pertumbuhan laba tahun berikutnya. Proksi kinerja dari penelitian ini diukur dengan besarnya return on asset (ROA). Rasio keuangan yang digunakan dalam memprediksi ROA dalam penelitian ini terbatas pada rasio CAMEL saja. Kesimpulan penelitian tersebut adalah Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan

Liquidity (CAMEL) pada tahun 1997--2000 berpengaruh signifikan

terhadap Return On Asset (ROA) tahun 1998—2001, Capital, Asset


(27)

tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) tahun 1998, Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity

(CAMEL) pada tahun 1998 berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) tahun 1999, Capital, Asset Quality, Management, Earning,

dan Liquidity (CAMEL) pada tahun 1999 berpengaruh signifikan

terhadap Return On Asset (ROA) tahun 2000 dan Capital, Asset Quality,

Management, Earning, dan Liquidity (CAMEL) pada tahun 2000 tidak

berpengaruh signifikanterhadap Return On Asset (ROA) tahun2001. 4. Almilia (2005) penelitian mereka berjudul”Analisis Rasio Camelterhadap

Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Perioda 2000 – 2002. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana peranan rasio CAMEL dalam memprediksi kondisi bermasalah pada lembaga perbankan perioda 2000-2002. Variabel yang diteliti adalah rasio CAMEL sesuai dengan ketentuan bank Indonesia, yaitu CAR, ATTM, APB, NPL, PPAP terhadap aktiva produktif, pemenuhan PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO serta LDR. Sedangkan untuk analisisnya, yang digunakan adalah analisis rasio camel yang terdiri atas 16 bank sehat, 2 bank yang mengalami kebangkrutan dan 6 bank yang mengalami kesulitan keuangan. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah CAR, ATTM, APB, NPL, PPAP terhadap Aktiva Produktif, Pemenuhan PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR, rasio yang memiliki perbedaan yang signifikan antara bank-bank kategori bermasalah dan tidak bermasalah perioda 2000 – 2002 adalah CAR, APB, NPL,


(28)

PPAPAP, ROA, NIM, BOPO. Rasio CAR mempunyai pengaruh signifikan terhadap kondisi bermasalah dan pengaruhnya negatif artinya semakin rendah rasio CAR, kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Rasio APB mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah dan pengaruhnya negatif artinya semakin rendah rasio ini, kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Rasio NPL mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah dan pengaruhnya positif artinya semakin tinggi rasio ini, kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.PPAPAP mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah dan pengaruhnya positif artinya semakin tinggi rasio PPAPAP kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. ROA mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah dan pengaruhnya negatif artinya semakin rendah rasio ROA kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. NIM mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah dan pengaruhnya negatif artinya semakin rendah rasio NIM maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. BOPO mempunyai pengaruh signifikan terhadap kondisi bermasalah dan pengaruhnya positif artinya semakin tinggi rasio BOPO maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.


(29)

5. Sawitri (2002) penelitiannya berjudul”Prediksi Tingkat Kesehatan Perusahaan Asuransi Jiwa Termasuk Kemungkinan Kebangkrutannya Dengan Rasio-Rasio Keuangan.” Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah laporan keuangan dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kesehatan perusahaan asuransi jiwa termasuk kemungkinan kebangkrutannya dengan rasio keuangan. Variabel yang diteliti adalah liabilities to liquid assets, profitability rasio, technical reserve rasio, surplus underwriting rasio, net written premium rasio, expense rasio, investment yield, fixed assets to networth rasio. Sedangkan analisisnya sendiri menggunakan analisis rasio CAMEL. Kesimpulan penelitian tersebut adalah semua kriteria rasio yang dipilih oleh Biro Riset InfoBank masih belum dapat dijadikan estimator atau penentu ukuran kesehatan perusahaan asuransi jiwa karena hanya 44,9% saja ketepatannya, jadi masih banyak variabel lain yang sebenarnya menjadi ukuran kesehatan perusahaan asuransi jiwa. Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan:

a. Periode pengamatan hanyalah satu tahun sehingga tidak representatif untuk mengukur kesehatan perusahaan asuransi jiwa. b. Variabel pengukuran kesehatan perusahaan asuransi masih belum

memasukkan factor-faktor lain yang mungkin berpengaruh seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat suku bunga dan lain-lain.


(30)

6. Haryati (2001) penelitiannya berjudul “analisis Kebangkrutan Bank.” Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Apakah terdapat perbedaan bermakna kinerja keuangan yang diukur dari rasio cadangan penghapusan kredit terhadap kredit, terhadap kredit ROA, Efisiensi dan LDR antara bank kelompok kategori A, B, dan C, 2) Apakah rasio keuangan tersebut mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kemungkinan kebangkrutan bank-bank kelompok kategori A, B, dan C. Sedangkan Variabel yang diteliti adalah rasio CAMEL dengan menggunakan ROA, Efisiensi dan LDR. Analisis yang digunakan adalah analisis Z score yang juga disebut sebagai analisis rasio camel, dilakukan dengan cara menggabungkan 3 (tiga) rasio keuangan. Penggunaan rasio keuangan yang mempunyai perbedaan signifikan dalam model logistic

Regression untuk menguji prediksi kebangkrutan bank-bank dalam

kelompok kategori bangkrut dan tidak bangkrut. Hasil penelitian tersebut adalah 1) dari empat rasio keuangan yang digunakan ternyata rasio ROA, Efisiensi, dan LDR mempunyai perbedaan yang signifikan di antara bank-bank dalam kelompok kategori A, B, dan C, 2) Rasio Cadangan Penghapusan Kredit terhadap kredit tidak mempunyai peerbedaan bermakna mengingat pengukuran rasio ini untuk menilai kualitas asset dari bank kurang tepat (tidak sesuai dengan pengukuran sebagaimana telah ditentukan oleh Bank Indonesia), 3) Mengingat rasio ROA mempunyai perbedaan yang bermakna antara bank-bank kategori A, B, dan C mempunyai pengaruh yang bermakna pula terhadap kebangkrutan,


(31)

maka meskipun hasil penelitian dari rasio Efisiensi dan LDR tidak mempunyai pengaruh bermakna terhadap kemungkinan kebangkrutan bank.

1.2. Landasan Teori

2.2.1. Pergertian laporan keuangan

Laporan keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu bank pada suatu periode tertentu. Untuk mengetahui tentang kesehatan keuangan dan prediksi kebangkrutan bank dapat dilakukan dengan analisis rasio camel. Dalam melakukan analisis ini peran laporan keuangan sangat penting. Pemahaman dan perhatian Bank yang tercatat di BEI terhadap laporan keuangan harus selalu diutamakan kerana bank ini memikul tanggung jawab terhadap dana dari masyarakat, yaitu dana yang disetor pada Bank tersebut.

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu usaha perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.

Tujuan penyusunan laporan keuangan suatu bank secara umum adalah sebagai berikut:

1) Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban dan modal bank pada waktu tertentu.


(32)

2) Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu.

3) Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban dan modal suatu bank.

4) Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu periode.

Menurut Munawir (2004 : 2), laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.

Menurut Baridwan (2000 : 17) laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.

Agar pembaca laporan keuangan tadi memperoleh gambaran memperoleh gambaran yang jelas, maka laporan keuangan yang disusun harus didasarkan pada prinsip akuntansi yang lazim.

Sedangkan menurut SAK (2009 : 5) Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.


(33)

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:

(a) Asset; (b) Laibilitas; (c) Ekuitas;

(d) Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;

(e) Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik;dan

(f) Arus Kas.

Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan, khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

2.2.2. Perangkat Laporan Keuangan

Secara umum ada empat bentuk laporan keuangan yang pokok yang dihasilkan perusahaan yaitu laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, laporan perubahan modal, dan laporan aliran kas. Dari kelima laporan tersebut hanya 2 macam yang umum digunakan untuk analisis, yaitu laporan neraca, dan laporan laba rugi. Hal ini disebabkan laporan perubahan modal dan laporan aliran kas pada akhirnya akan diikhtisarkan pada laporan neraca dan laporan laba rugi. Berikut ini


(34)

akan dibahas mengenai masing-masing perangkat laporan keuangan tersebut.

1.2.2.1. Neraca

Menurut Munawir (2004 : 13) neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu, jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada saat dimana buku-buku ditutup ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiscal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut balance Sheet.

Munawir (2004 :13) menjelaskan neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu:

1. aktiva terdiri atas aktiva lancar, investasi jangka panjang, aktiva tetap tak berwujud termasuk aktiva lain-lain.

2. kewajiban terdiri atas kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang. 3. modal terdiri atas modal saham surplus dan laba ditahan.

Sedangkan bentuk neraca yang digunakan menurut Munawir (2004 :20) adalah sebagai berikut :

1. bentuk skontro (account form) dimana semua aktiva tercantum di sebelah kiri atau debet dan hutang serta modal ada disebelah kanan atau kredit.


(35)

2. Bentuk vertikal (report form) dalam bentuk ini semua aktiva nampak di bagian atas yang selanjutnya didikuti dengan hutang jangka panjang serta modal.

3. Bentuk neraca yang ketiga adalah neraca yang disesuaikan dengan kedudukan atau posisi keuangan yang dikehendaki Nampak jelas. Misalnya besarnya modal kerja netto (net working capital) atas jumlah modal perusahaan.

Tabel 2.1

Contoh bentuk neraca bank Bank Asia

Neraca Konsolidasi Per 31 Desember 2004

AKTIVA PASIVA

AKTIVA LANCAR X PASIVA LANCAR

Kas X Rekening Giro X

giro pada bank Indonesia X Kewajiaban Segera Lain X Antar Bank Aktiva X Tabungan X Surat Berharga X Deposito X Pinjaman Yang diberikan X Sertifikat deposito X Penyertaan X Pinjaman yang Diterima X Aktiva Tetap X Rupa-rupa Pasiva Lain X Rupa-rupa Aktiva X Equitas X

Laba ditahan

Jumlah Aktiva X Jumlah Pasiva X

Sumber : Moh. Ramly Faud

2.2.2.2. Laporan Laba Rugi

Menurut PAPI (2008 : 167). Laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama suatu periode tertentu.


(36)

Laba rugi adalah total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk komponen-komponen pendapatan komprehensif lain (SAK, 2009 : 4).

Menurut Wild (2005 :25). Laporan laba rugi adalah lapoaran keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan antara tanggal neraca. Laporan ini mencerminkan aktivitas operasi perusahaan. Laporan laba rugi menyediakan rincian pendapatan, beban, untung, dan rugi perusahaan untuk suatu periode waktu

Laba ditentukan dengan menggunakan dasar akrual (accrual basis)

dalam akuntansi. Dalam akuntansi akrual, pendapatan diakui pada saat perusahaan menjual barang atau menyerahkan jasa, terlepas dari saat diterimanya kas. Sedangakan beban dipadankan dengan pendapatan yang diakui tersebut , terlepas dari saat pembayaran kas (Wild, 2005 : 25).

Laporan laba rugi memuat pendapatan dan beban yang dibedakan antara unsur-unsur pendapatan dan beban yang berasal dari kegiatan operasional dan non operasional (PAPI, 2008 : 171).

Laporan perhitungan laba rugi merupakan suatu laporan sistematis tentang penghasilan, biaya, laba rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan laba rugi perusahaan, prinsip-prinsip yang umum diterapkan menurut (Munawir, 2004 : 26) adalah sebagai berikut :

a) Bagian pertama, menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan servis),


(37)

diikuti dengan harga pokok dari barang atau servis yang dijual, sehingga diperoleh harga pokok.

b)Bagian kedua, menunjukkan biaya operasional yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum dan administrasi cooperating expenses. c) Bagian ketiga, menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi

pokok perusahaan yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi di luar usaha pokok perusahaan (non operating atau financial income dan

expenses).

d)Bagian keempat, menunjukkan laba rugi yang insidentil (extra ordinary or loss) sehingga diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.

Menurut (Baridwan, 2000 : 18) laporan perhitungan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha tertentu dalam setiap periode.

Perhitungan laba rugi harus disusun sedemikian rupa agar dapat memberikan gambaran mengenai hasil usaha perusahaan selama periode tertentu. Sebagai pelengkap laporan rugi laba seyogyanya disusun laporan laba ditahan. Cara penyajiannya dapat juga digabungkan dengan perhitungan laba rugi sehingga dengan demikian dapat menunjukkan sekaligus laba periode tertentu berikut modifikasi tahunan laba ditahan, namun patut dipertahankan agar tetap dilakukan pemisahan antara beban dan kredit pada laba ditahan.

Sedangkan menurut PAPI (2008 : 175).Laporan laba rugi disajikan


(38)

pendapatan dan beban berdasarkan karakteristik serta berdasarkan sumber pendapatan dan beban, baik dari kegiatan operasional maupun non operasional.

Sehubungan dengan hal ini (Baridwan, 2000 : 34)menjelaskan ada dua format laba rugi yang dapat diterima secara umum, yaitu :

a. Single step formal, yaitu dalam bentuk ini tidak dilakukan

pengelompokan pendapatan dan biaya ke dalam kelompok-kelompok usaha dan di luar usaha.

b. Multiple step formal, adalah bentuk laporan rugi laba dimana dilakukan beberapa pengelompokan terhadap pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya yang disusun dalam urutan-urutan tertentu.

Entitas menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang diakui dalam satu periode (SAK, 2009 : 29) :

(a) dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif, atau (b) dalam bentuk dua laporan:

(i) laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi terpisah); dan

(ii) laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen pendapatan komprehensif lain (laporan pendapatan komprehensif).


(39)

Tabel 2.2 Contoh Laporan Laba-Rugi

a. Laporan Laba Rugi Single Step System

Bank Asia Perhitungan Laba Rugi Per 31 Desember 2004 I. Pendapatan

1. Pendapatan Operasional

Pendapatan Non Operasional Xxx

Xxx

2. Biaya-biaya

Biaya umum dan Administrasi Xxx

Biaya Penjualan Xxx

Biaya Non Operasi

Laba sebelum Pajak Xxx

Sumber : Moh. Ramly Faud

b. Laporan Laba Rugi Multiple Step System

Bank Asia Perhitungan Laba Rugi Per 31 Desember 2004

1. Pendapatan

Pendapatan Operasional Xxx

Pendapatan Non Operasional Xxx

2. Biaya-biaya

Biaya Umum dan Operasional Xxx

Biaya Penjualan Xxx

Biaya Non Operasi Xxx

Xxx

Laba Sebelum Pajak Xxx


(40)

2.2.2.3. Laporan Perubahan Posisi Keuangan

Informasi perubahan posisi keuangan bank, antara lain (PAPI, 2008 : 11):

1) Perubahan kas dan setara kas

Informasi perubahan kas dan setara kas berguna untuk menilai kemampuan bank menghasilkan arus kas dan setara kas serta kebutuhan bank untuk menggunakan arus kas pada setiap aktivitas. Informasi ini bermanfaat untuk menilai aliran kas dan setara kas yang berasal dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Informasi perubahan kas dan setara kas tergambar dalam laporan arus kas.

2) Perubahan ekuitas

Informasi perubahan ekuitas bank menggambarkan peningkatan atau penurunan aset bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Informasi ini bermanfaat untuk mengetahui perubahan aset bersih yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham dan jumlah keuntungan atau kerugian yang berasal dari kegiatan bank selama periode yang bersangkutan. Informasi perubahan ekuitas tergambar dalam laporan perubahan ekuitas.


(41)

Menurut Baridwan (2000 : 41) laporan perubahan posisi keuangan berguna untuk :

(1) meringkas kegiatan-kegiatan pembelanjaan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan, termasuk jumlah dana yang dihasilkan dari kegiatan usaha perusahaan dalam tahun buku yang bersangkutan, dan (2) melengkapi penjelasan tentang perubahan-perubahan dalam posisi

keuangan selama tahun buku yang bersangkutan.

Laporan perubahan posisi keuangan dapat disusun berdasarkan perubahan-perubahan kas atau ekuivalennya, atau dapat juga berdasarkan perubahan-perubahan dalam modal kerja netto (net working capital) yaitu aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar. apabila dasarnya adalah perubahan-perubahan dalam modal kerja netto, maka disebutkan sebagai all financial resources concept. Walaupun laporan ini didasarkan pada perubahan-perubahan dalam modal kerja netto, aktivitas pembelanjaan atau investasi yang penting harus ditunjukkan, meskipun tidak mempengaruhi modal kerja. Isi laporan perubahan posisi keuangan biasanya dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu menunjukkan sumber-sumber atau penggunaan atau alasan alasan yang menyababkan modal perusahaan.


(42)

Tabel 2.3 Bank Asia

Laporan Perubahan Posisis Keuangan Per 31 Desember 2004

LAPORAN PERUBAHAN POSISI KEUANGAN periode yang berakhir tanggal 31 Desember

KEWAJIBAN DAN EKUITAS

KEWAJIBAN

kewajiban segera X

simpanan nasabah bukan bank X

pihak yang memiliki hubungan istimewa X

pihak ketiga X

simpanan dari bank lain X

simpanan ketiga X

hutang pajak X

surat berharga yang diterbitkan X pinjaman yang diterima X

beban yang harus dibayar x

kewajiban lain-lain x

JUMLAH KEWAJIBAN x

EKUITAS

modal saham X

tambahan modal disetor X selisih penilaian kembali X selisih transaksi perubahan

ekuitas anak perusahaan X

saldo rugi X

JUMLAH EKUITAS x

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS x

Sumber : Moh. Ramly Faud

2.2.2.4. Laporan Perubahan Modal

Disamping penyusunan neraca dan laporan laba rugi, pada periode akuntansi biasanya juga disusun laporan yang menunjukkan sebab-sebab perubahan modal perusahaan.


(43)

Perusahaan dengan bentuk perseroan, perubahan modalnya ditunjukkan didalam laporan laba tidak dibagi (retained earning). Di dalam laporan ini ditunjukkan laba tidak dibagi awal periode, ditambah dengan laba seperti yang tercantum di dalam laporan perhitungan laba rugi dan dikurangidengan deviden yang diumumkan selama periode yang bersangkutan.

Karena laporan laba rugi dapat disusun dengan cara all inclusive

atau current operating performance, maka disusun laporan laba rugi tidak dibagi juga kan berbeda, tergantung pada laporan perhitungan laba rugi.

Menurut Badriwan (2000 : 39) apabila laporan perhitungan laba rugi disusun dengan cara all inclusive maka di dalam laporan laba tidak dibagi hanya menunjukkan :

a. Saldo awal tidak dibagi awal periode

b. Ditambah laba neto dan elemen-elemen luar biasa c. Ditambah atau dikurangi koreksi kesalahan d. Dikurangi deviden yang diumumkan

Apabila laporan perhitungan laba rugi disusun dengan cara current

operating performance maka elemen-elemen luar biasa akan Nampak dalam


(44)

Tabel 2.4 Bank Asia

Laporan Perubahan Modal Per 31 Desember 2004

Kas X  

investasi jangka pendek X

giro pada Bank Indonesia X

giro padaBank lain-lain X

penyisihan kerugian X

utang pajak X

utang biaya X

Jumlah X  

kenaikan (berkurangnya) modal X  

Sumber : Moh. Ramly Faud

2.2.2.5. Laporan Arus Kas

Menurut SAK (2009 : 37) Informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam menggunakan arus kas tersebut.

Seperti yang telah disebutkan dimuka, FASB dalam Statement Nomor 95 tahun 1988 meminta dibuatnya laporan arus kas sebagai pengganti laporan perubahan posisi keuangn. PAI 1984 masih tetap meminta dibuatnya laporan perubahan posisi keuangan. Untuk membantu kas seperti dalam SFAS 95.

Menurut Baridwan (2000 : 43) tujuan utama laporan aliran kas adalah untuk menyajikan informasi relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama suatu periode. Untuk mencapai tujuan ini, aliran kas diklasifikasikan dalam tiga kelompok yang berbeda


(45)

yaitu penerimaan dan pengeluaran kas yang berasal dari kegiatan investasi, pembelanjaan (financing), dan kegiatan usaha.

Tabel 2.5 Bank Asia Laporan Arus Kas Per 31 Desember 2004 Arus Kas dari Aktivitas Operasi

Penerimaan bunga dan komisi xxx

Pembayaran bunga xxx

Pembayaran pihutang yang telah dihapus xxx

Pembayaran kas pada karyawan dan pemasok xxx

Laba operasi sebelum perubahan dalam aktiva operasi xxx

(Kenaikan) Penurunan dalam Aktiva Operasi :

Dana jangka pendek xxx

Deposito untuk tujuan pengendalian moneter Xxx

Dana uang muka untuk langganan Xxx

Kenaikan bersih dalam piutang kartu kredit Xxx

Surat berharga jangka pendek yang diperjual belikan Xxx

Kenaikan (penurunan) dalam Hutang Operasi :

Deposito dari pelanggan Xxx

Sertifikat deposito yang diperjual belikan Xxx

Kas bersih dari aktivitas operasi sebelum pajak penghasilan Xxx

Pajak penghasilan Xxx

Arus kas bersih dari aktivitas operasi Xxx

Arus Kas dari Aktivitas Investasi

Pelepasan anak perusahaan Y Xxx

Dividen yang diterima Xxx

Bunga yang diterima Xxx

Hasil penjualan surat berharga yang tidak diperjual belikan Xxx Pembelian surat berharga yang tidak diperjual belikan Xxx

Pembelian tanah, bangunan dan peralatan Xxx

Arus kas bersih yang dipergunakan dalam aktivitas investasi Xxx

Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan

Penerbitan modal pinjaman Xxx

Penerbitan saham prioritas oleh anak perusahaan Xxx

Pembayaran kembali pinjaman jangka panjang Xxx

Penurunan bersih pinjaman lain Xxx

Pembayaran dividen Xxx

Arus kas bersih dari aktivitas pendanaan Xxx

Pengaruh perubahan kurs valuta kas dan setara kas Xxx

Kenaikan bersih kas dan setara kas Xxx

Kas dan setara kas pada awal periode Xxx

Kas dan setara kas pada akhir periode Xxx

Sumber : Moh. Ramly Faud

Untuk menyusun laporan aliran kas, perusahaan dapat menggunkan metode langsung atau tidak langsung. FASB mendorong digunakannya metode langsung untuk menyusun laporan aliran kas.


(46)

Selain menggunakan cara langsung, laporan aliran kas dapat juga disusun dengan menggunakan cara tidak langsung. Dalam cara ini laporan aliran kas disusun dalam tiga kelompok seperti diatas, untuk kelompok kas dari kegiatan usaha, bentuknya sama seperti rekonsiliasi di atas, kemudian didikuti dua kelompok lainnya yang isi dan bentuknya sama seperti contoh yang disusun dengan menggunakan cara langsung. Dengan demikian, cara langsung untuk menyusun laporan aliran kas dpat menyajikan informasi yang lebih lengkap dibandingkan cara tidak langsung.

2.2.3. Tujuan Sifat Dan Keterbatasan Laporan Keuangan 2.2.3.1 Tujuan Laporan Keuangan

Menurut PAPI (2008 : 5). Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan,kinerja, perubahan ekuitas, arus kas dan informasi lainnya yang bermanfaat bagi pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Menurut SAK (2009 : 5). Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.Pembahasan mengenai tujuan laporan keuangan, umumnya menganggap bahwa laporan keuangan dipersiapkan untuk para pemakai yang tidak kenal atau calon pemegang


(47)

saham. Jadi tujuan laporan keuangan, umumnya menyajikan informasi mengenai transaksi dan sumber-sumber dari perusahaan yang relevan. Misalnya data-data yang konkrit, juga kondisi perusahaan yang sebenarnya. Guna bahan pengambilan keputusan ekonomis oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Meskipun banyak konsep tujuan laporan keuangan yang lainnya, namun pada prinsipnya memberikan gambaran yang sama.

Pembahasan mengenai tujuan laporan keuangan, umumnya menganggap bahwa laporan keuangan dipersiapkan untuk para pemakai yang tidak kenal atau calon pemegang saham. Jadi tujuan laporan keuangan, umumnya menyajikan informasi mengenai transaksi dan sumber-sumber dari perusahaan yang relevan. Misalnya data-data yang konkrit, juga kondisi perusahaan yang sebenarnya. Guna bahan pengambilan keputusan ekonomis oleh berbagai pihak yang berkepentingan.

2.2.3.2. Keterbatasan Laporan Keuangan

Pengambilan keputusan ekonomi tidak dapat semata-mata didasarkan atas informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Hal ini disebabkan laporan keuangan memiliki keterbatasan, antara lain (PAPI 2008 : 12):

1. Bersifat historis yang menunjukkan transaksi dan peristiwa yang telah lampau.

2. Bersifat umum, baik dari sisi informasi maupun manfaat bagi pihak pengguna. Biasanya informasi khusus yang dibutuhkan oleh pihak


(48)

tertentu tidak dapat secara langsung dipenuhi semata-mata dari laporan keuangan saja.

3. Tidak luput dari penggunaan berbagai pertimbangan dan taksiran. 4. Hanya melaporkan informasi yang material.

5. Bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. Apabila terdapat beberapa kemungkinan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aset yang paling kecil.

6. Lebih menekankan pada penyajian transaksi dan peristi wa sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya (formalitas).

7. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan sehingga menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber daya ekonomis dan tingkat kesuksesan antar-bank.

2.2.3.3. Penyajian Laporan Keuangan

Menurut SAK (2009 : 7). Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas suatu entitas. Penyajian yang wajar mensyaratkan penyajian secara jujur dampak dari transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, laibilitas, pendapatan dan beban yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Penerapan


(49)

SAK, dengan pengungkapan tambahan jika diperlukan, dianggap menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.

Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas disertai pengungkapan yang diharuskan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (PAPI, 2008 : 6)

Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar-periode harus konsisten, kecuali :

1) terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi perbankan; atau 2) perubahan tersebut diperkenankan oleh Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK).

Apabila penyajian atau klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan diubah, maka penyajian periode sebelumnya harus direklasifikasi untuk memastikan daya banding, sifat, dan jumlah. Selain itu alasan reklasifikasi juga harus diungkapkan. Dalam hal reklasifikasi dianggap tidak praktis maka cukup diungkapkan alasannya (PAPI, 2008 : 8).

2.2.3.4.Periode pelaporan

Menurut PAPI (2008 : 9). Laporan keuangan wajib disajikan secara tahunan berdasarkan tahun takwim. Dalam hal bank baru berdiri, laporan keuangan dapat disajikan untuk periode yang lebih pendek dari satu tahun takwim. Selain itu untuk kepentingan pihak lainnya, bank dapat membuat


(50)

dua laporan yaitu dengan menggunakan periode tahun takwim dan periode efektif, dengan mencantumkan:

a. Alasan penggunaan periode pelaporan selain periode satu tahunan.

b. Fakta bahwa jumlah yang tercantum dalam neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan tidak dapat diperbandingkan.

2.2.4. Pihak-pihak yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan

Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan antara lain: pemilik bank, nasabah pemakai dana, nasabah pemasok dana, karyawan, masyarakat, pemerintah, perpajakan, bank lain.

Masing-masing pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut mempunyai kepentingan dan tujuan yang berbeda antara pihak yang satu dengan pihak lainnya, bahkan tidak jarang perbedaan dalam hal ini yang menjadikan tantangan bagi manajer untuk dapat menghadapinya dan mengambil keputusan yang tepat bagi kepentingan semua pihak.

2.2.5. Analisis Rasio Keuangan 2.2.5.1. Pengertian Rasio Keuangan

Rasio merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan untuk mengenalisis laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan menggunkan alat analisa berupa rasio keuangan dapat menjelaskan dan


(51)

memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu period eke periode berikutnya.

Analisa laporan keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca dan laporan laba rugi terhadap satu dengan yang lainnya yang memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan serta perkiraan terhadap keadaan suatu perusahaan tertentu. Analisa rasio keuangan memungkinkan manajer keuangan meramalkan reaksi para calon investor dan kreditor serta dapat melihat ke dalam tentang bagaimana langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk memperoleh dana (Zaki, 2000 : 17).

Suatu rasio tidak memiliki arti dalam dirinya sendiri, melainkan harus diperbandingkan dengan rasio yang lain agar rasio tersebut menjadi lebih sempurna dan untuk melakukan analisis ini dapat dengan cara membandingkan prestasi suatu periode dengan periode sebelumnya sehingga diketahui adanya kecenderungan selam periode tertentu, selain itu dapat pula dilakukan dengan membandingkan dengan perusahaan sejenis dalam industri itu sehingga dapat diketahui bagaimana keuangan dalam industri.

Dalam mengadakan interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu perusahaan, seorang penganalisis memerlukan adanya ukuran atau

yardstick tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah rasio. Pengertian rasio sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam “aritmatical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan


(52)

hubungan antara dua macam data keuangan. Macamnya rasio banyak sekali, karena dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisis.

2.2.5.2 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan

Menurut Munawir (2004 : 36) teknis analisis yang biasanya digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut :

1. analisis Perbandingan Laporan Keuangan, yaitu metode dan teknik

analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih.

2. Trend Percentage Analysis, yaitu suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau turun.

3. Common Size Statement, yaitu sutu metode analisis untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya.

4. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, yaitu suatu analisis

untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.

5. Cash Flow Statement Analysis, yaitu suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.


(53)

6. Analisis Rasio, yaitu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.

7. Gross Profit Analysis, yaitu suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tertentu.

8. Analisis Break-Even, yaitu suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak memderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Selain itu, analisis break-even juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan atau kerugian pada tingkat penjualan.

2.2.5.3. Penggunaan Rasio Keuangan

Pada dasarnya macam atau jumlah angka-angka rasio banyak sekali karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisis. Namun demikian angka-angka rasio yang pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua kelompok (Munawir, 2004 : 68), yaitu :

a. Penggolonagn berdasarkan sumber data 1. Rasio-rasio neraca (balance sheet rasio)

yaitu rasio-rasio yang disususun dari data yang bersumber atau yang berasal dari neraca. Misalnya current ratio, acid test ratio.


(54)

2. Rasio-rasio laporan laba rugi (income statement ratio)

Yaitu angka-angka rasio yang dalam penyusunannya semua datanya diambil dari laporan laba rugi, misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio, dan lain sebagainya. 3. Rasio-rasio antar laporan (intern statement ratio)

yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data yang berasal dari laporan laba rugi. Misalnya tingkat perputaran persediaan (inventory turnover), tingkat perputaran piutang (account receivable turnover), sales to inventory, sales to fixed assets.

b. Penggolongan berdasarkan tujuan penganalisis

1. Rasio–rasio untuk menilai likuiditas (short-term liquidity rations), misalnya current ratio, acid test ratio, account receivable turnover, inventory turnover dan lain sebagainya.

2. Rasio-rasio untuk menilai struktur modal dan solvabilitas (capital

structure and long-term solvency rations), missal rasio antara

modal sendiri dengan total hutang, rasio antara modal sendiri dengan hutang jangka panjang, rasio antara Modal Sendiri dengan Aktiva Tetap dan sebagainya.

3. Return on Investment Rations, missal return on total assets

(rentabilitas usaha) dan rentabilitas modal sendiri (return on equity capital).


(55)

4. Rasio untuk menilai hasil operasi (operating performance rations), antara lain gross margin ratio, net profit ratio dan sebagainya. 5. Rasio-rasio untuk menilai penggunaan aktiva (assets utilization

rations), yaitu rasio-rasio (perimbangan) antara penjualan dengan : kas, persediaan, modal kerja, aktiva tetap, dan aktiva lain-lainnya.

2.2.6. Kesehatan Bank (Rasio CAMEL)

Rasio CAMEL adalah menggambarkan suatu hubungan atau perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. dengan analisis rasio dapat diperoleh gambaran baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu bank.

Untuk menilai kesehatan suatu bank dapat diukur dengan berbagai metode, penilaian kesehatan akan berpengaruh terhadap kemampuan bank dan loyalitas nasabah terhadap bank yang bersangkutan.

Pada tahun 1966. Beaver melaporkan sebuah studi yang membandingkan masing-masing rasio perusahaan bangkrut dengan perusahaan tidak bangkrut yang dilakukannya terhadap kondisi sepuluh tahun sebelum kebangkrutan. Beaver menggunkan pendekatan univariate

dimana kemampuan memprediksi kegagalan perusahaan dengan rasio-rasio yang dianalisa satu per satu.

Penelitian lanjutan yang memanfaatkan analisa rasio keuangan dalam memprediksi kegagalan perusahaan dilaporkan oleh Altman pada tahun 1968. Altman menggunkan metode Multiple Diskriminant Analysis


(56)

dengan lima jenis rasio keuangan. Sampel yang digunakan 66 perusahaan yang terbagi dua masing-masing 33 perusahaan bangkrut dan 33 perusahaan yang tidak bangkrut. Formula Altman yang populer disebut Z-score adalah: Z = 0.012 X1 + 0.014 X2 + 0.033 X3 + 0.006 X4 + 0.999 X5

dimana: X1 : Working Capital /Total Assets; X2 : Retained Earning/Total Assets; X3 : Earning before Interest and Taxes/Total Assets; X4 : Market Value Equity/Book Value of Total Debt; X5 : Sales/Total Assets dan Z : Overall Index. Semakin mendekati saat pailit tingkat akurasi prediksi semakin tinggi.

Thomson (1991) dalam Wilopo (2001) yang menguji manfaat rasio keuangan CAMEL dalam memprediksi kegagalan bank di USA pada tahun 1980an dengan menggunakan alat statistik regresi logit, Whalen dan Thomson (1988) dalam Wilopo (2001) menemukan bahwa rasio keuangan CAMEL cukup akurat dalam menyusun rating bank, dan di Indonesia Surifah (1999) menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan bank dengan menggunakan model CAMEL.

Penelitian di Indonesia yang menggunkan rasio keuangan. Diantaranya adalah riset Machfoedz (1994) bertujuan menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba perusahaan di masa mendatang. Metode yang digunakan untuk memilih rasio keuangan adalah prosedur MAXR. Untuk menguji hipotesis manfaat rasio keuangan yang digunakan dalam model bermanfaat untuk memprediksi laba lebih dari satu tahun. Selain itu studi ini juga menunjukkan bahwa perusahaan besar


(57)

mempunyai komponen rasio yang berbeda dengan perusahaan kecil apabila rasio keuangan tersebut akan digunkan untuk memprediksi laba masa mendatang.

2.2.7.Penilaian Kesehatan Bank Menurut Metode Camel

Untuk melakukan penilaian kesehatan suatu bank dapat dilihat dari berbagai aspek. Penilaian bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat, sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas serta pembina bank-bank dapat memberikan arahan bagaimana bank tersebut harus dijalankan dengan baik atau bahkan dihentikan operasinya.

Ukuran untuk penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh Bank Indonesia. Seperti yang tertera dalam Undang-Undang RI No 7 tahun 1992 tentang perbankan pasal 29, yang isinya adalah:

1) Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia

2) Bank Indonesia menetapkan ketentuan tentang kesehatan bank dengan memperhatikan aspek permodalan, kualitas aset, kualitas manajemen, rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank.

3) Bank wajib memelihara kesehatan bank sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (2) dan wajib melakukan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip kehati-hatian.


(58)

Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan bank Umum menjelaskan bahwa bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulan. Peraturan tersebut menjelaskan bahwa tingkat kesehatan bank merupakan

Dalam Kamus Perbankan (Institut Bankir Indonesia 1999), CAMEL adalah aspek yang paling banyak berpengaruh terhadap tingkat kesehatan lembaga keuangan. CAMEL merupakan tolak ukur objek pemeriksaan bank yang dilakukan oleh pengawas bank. Sesuai dengan kepanjangannya, CAMEL terdiri atas lima kriteria yaitu: (1) modal, (2) aktiva (3) manajemen (4) pendapatan, dan (5) likuiditas. Surat edaran Bank Indonesia No.6/ 23 /DPNP Jakarta tanggal 31 Mei 2004, menyebutkan: Aspek yang dinilai melalui rasio Camel adalah:

1. aspek permodalan (capital)

Penilaian pertama adalah aspek permodalan, dimana aspek ini menilai permodalan yang dimiliki bank yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan pada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang ditetapkan BI, yaitu perbandingan antara Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko.

2. aspek kualitas aktiva produktif (asset )

Aktiva produktif atau Productive Assets atau sering disebut dengan Earning Assets adalah semua aktiva yang dimiliki oleh bank dengan


(59)

maksud untuk dapat memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Ada empat macam jenis aktiva produktif yaitu :

a. Kredit yang diberikan b. Surat berharga

c. Penempatan dana pada bank lain d. Penyertaan

Penilaian aset, sesuai dengan Peraturan BI adalah dengan membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Selain itu juga rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan. Klasifikasi aktiva produktif merupakan aktiva produktif yang telah dilihat kolektabilitasnya, yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan macet. 3. aspek kualitas manajemen (management)

Aspek ketiga penilaian kesehatan bank meliputi kualitas manajemen bank. Untuk menilai kualitas manajemen akan mengajukan 250 pertanyaan yang menyangkut manajemen bank yang ebrsangkutan. Kualitas ini juga akan melihat dari segi pendidikan serta pengalaman para karyawannya dalam menangani bebagai kasus yang terjadi.

4.aspek rentabilitas (earning)

Penilaian aspek ini diguankan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan, juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Penilaian ini


(60)

meliputi ROA atau Rasio Laba terhadap Total Aset, dan Perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional (BOPO)

5. aspek likuiditas (likuidity)

Aspek kelima adapah penilaian terhadap aspek likuiditas bank. Suatu bank dukatakan likuid, apabila bank yangbersangkutan mampu membayar semua hutangnya, terutama hutang-hutang jangka pendek. Selain itu juga bank harus mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Penilaian dalam aspek ini meliputi :

a. Rasio kewajiabn bersih Call Money terhadap Aktiva Lancar b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oelh bank seperti KLBI,

Giro, Tabungan, deposito dan lain-lain. (http://www.google.co.id/)

2.2.8.Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Menurut CAMEL

Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 menyatakan bahwa Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu Bank melalui Penilaian Kuantitatif dan atau Penilaian Kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar.

Tingkat kesehatan bank menentukan peluang untuk melakukan investasi dan mendapatkan dana murah dari Bank Indonesia. Faktor-faktor


(61)

beserta bobot setiap faktor yang diperhitungkan oleh Bank Indonesia dalam menilai tingkat kesehatan sebuah bank umum.

Seraca umum penilaian tingkat kesehatan bank dapat dirangkum sebagai berikut :

Faktor yang dinilai Komponen Bobot

Permodalan Rasio modal terhadapat aktiva tertimbang Menurut resiko (ATMR) 25% Kualitas Aktiva Produktif 1.Rasio aktiva produktif yang diklasifikasi-kan terhadap jumlah aktiva produktif 2.Rasio cadangan penghapusan aktiva terhadaap aktiva produktif yang diklasifikasikan 25% 5%

Manajemen Manajemen Umum dan

Manajemen Resiko

25% Rentabilitas 1. Rasio laba terhadap

rata-rata volume usaha 2.Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional 5% 5%

Likuiditas 1.Rasio kewajiban

bersil call money terhadap aktiva lancar

2.Rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga

5%

5%


(62)

Disamping penilaian analisis CAMEL, kesehatan bank juga dipengaruhi hasil penilaian lainnya, yaitu penilaian terhadap :

1. Ketentauan pelaksanaan pemberian kredit Usaha Kesil (KUK) dan pelaksanaan Kredit Eksport

2. Pelanggaran terhadap ketantuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) atau sering disebut dengan Legal Lending Limit

3. Pelanggaran Posisi Devisa Netto

2.2.9. Kebangkrutan (ALTMAN)

Kebangkrutan menurut Altman (1973) adalah perusahan yang secara hukum bangkrut. Sedangkan kebangkrutan menurut undang-undang no 4 tahun 1998 adalah di mana suatu institusi dinyatakan oleh keputusan pengadilan bila debitur memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat di tagih. Undang-undang ini juga menyatakan bahwa apabila debitur adalah perusahaan perbankan, maka permohonan pernyatan pailit hanya dapat di ajukan oleh Bank Indonesia.

Kebangkrutan akan cepat terjadi pada perusahaan yang berada di Negara yang sedang mengalami kesulitan ekonomi, karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya sudah sakit kemudian semakin sakit dan bangkrut. Perusahaan yang belum sakitpun akan mengalami kesulitan dalam


(63)

pemenuhan dana untuk kegiatan operasional perusahaan akibat adanya krisis ekonomi tersebut.

Namun demikian, proses kebangkrutan sebuah perusahaan tentu saja tidak semata-mata disebabkan oleh faktor ekonomi saja tetapi bisa disebabkan oleh faktor lain yang sifatnya nonekonomi.

Salah satu aspek pentingnya analisis terhadap laporan keuangan dari sebuah perusahaan adalah kegunaannya untuk meramal kontinuitas atau kelangsungan hidup perusahaan. Prediksi akan kontinuitas perusahaan sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya potesi kebangkrutan, karena kebangkrutan berarti menyangkut terjadinya biaya-biaya, baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung. Kebangkrutan perusahaan banyak membawa dampak yang begitu berarti, bukan Cuma untuk perusahaan itu sendiri tetapi juga terhadap karyawan, investor dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam kegiatan operasi perusahaan.

Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan juga sering disebut likuiditas perusahaan atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas. Kebangkrutan sebagai kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti (Martin et.al, 1995 : 376) :

1. Kegagalan ekonomi (economic failure)

Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak menutup biayanya


(64)

sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dar perusahaan tersebut jatuh di bawah arus kas yang diharapkan. Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa pendapatan atas biayahistoris dari investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan.

2. Kegagalan keuangan (financial failure)

Kegagalan keuangan bisa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk :

a. Insolvensi teknis (tecnhcal insolvencyI)

Perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan, tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Walaupun total aktiva melebihi total utang atau terjadi bila suatu perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih kondisi dalam ketentuan hutangnya seperti rasio aktiva lancar terhadap utang lancar yang telah ditetapkan atau rasio kekayaan bersih terhadap total aktiva yang disyaratkan. Insolvensi teknis juga terjadi bila arus kas tidak cukup untuk memenuhi pembayaran bunga pembayaran kembali pokok pada tangga tertentu.

b. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan

Dalam pengertian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau


(65)

nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban.

Kebangkrutan dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan sebagai suatu keadaan atu situasi dimana perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban kepada debitur karena perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan tidak dapat dicapai yaitu profit, sebab dengan laba yang diperoleh perusahaan bisa digunakan untuk mengembalikan pinjaman, bisa membiayai operasi perusahaan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi bisa ditutup dengan laba atau aktiva yang dimiliki.

2.2.10.Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan

Kebangkrutan yang terjadi pada perbankan di awali oleh memburuknya kondisi perekonomian Indonesia pada awal 1997. Suku bunga yang tinggi, rush, hutang membengkak, simpanan nasabah rendah dan tingginya kredit macet melanda hampir semua bank di Indonesia.

Kebangkrutan akan cepat terjadi di Negara yang sedang mengalami kesulitan ekonomi, karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya sudah sakit, kemudian semakin sakit dan bangkrut. Perusahaan yang belum sakit pun dengan adanya kesulitan ekonomi akan mengalami kesulitan dalam pemenuhan dana untuk kegiatan operasi sehingga bisa juga suatu saat


(66)

perusahaan tersebut bangkrut. Banyak sekali kejadian seperti itu, perusahaan yang tadinya sehat akibat adanya kesulitan ekonomi, secara langsung atau tidak, ambruk atau bangkrut.

2.2.11.Manfaat CAMEL untuk Memprediksi Kebangkrutan

Machfoedz (1994) menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi laba perusahaan dimasa yang akan datang. Rasio keuangan yang digunakan adalah cash flows/current liabilities, net worth and total liabilities/fixed assets, gross profit/sales, operating income/sales, net income/sales, quick assets/inventory, operating income/total liabilities, net worth/sales, current liabilities/net worth, dan net worth/total liabilities. Ditemukan bahwa rasio keuangan yang digunakan dalam model bermanfaat untuk memprediksi laba satu tahun ke muka, namun tidak bermanfaat untuk memprediksi lebih dari satu tahun.

Penelitian berkaitan dengan prediksi kebangkrutan bank di Indonesia dilakukan oleh Wilopo (2001). Penyampelan dalam penelitian ini dilakukan secara cluster yaitu 235 bank pada akhir tahun 1996 dibagi menjadi 16 bank terlikuidasi dan 219 bank yang tidak dilikuidasi, selanjutnya diambil 40% sebagai sampel estimasi, terdiri atas 7 bank terlikuidasi dan 87 bank yang tidak dilikuidasi. Kemudian dari 215 bank pada akhir tahun 1997 yang terdiri atas 38 bank terlikuidasi dan 177 bank pada tahun 1999 yang tidak dilikuidasi, diambil 40% sebagai sampel validasi yang terdiri atas 16 bank terlikuidasi dan 70 bank yang tidak


(67)

dilikuidasi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk memprediksikan kebangkrutan bank adalah rasio keuangan model CAMEL (13 rasio), besaran (size) bank yang diukur dengan log. assets, dan variabel dummy (kredit lancar dan manajemen).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat prediksi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini tinggi (lebih dari 50% sebagai cutoff value-nya). Tetapi jika dilihat dari tipe kesalahan yang terjadi tampak bahwa kekuatan prediksi untuk bank yang dilikuidasi 0% karena dari sampel bank yang dilikuidasi, semuanya diprediksikan tidak dilikuidasi. Dengan demikian hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis yang diajukan bahwa “rasio keuangan model CAMEL, besaran (size) bank serta kepatuhan terhadap Bank Indonesia” dapat digunakan untuk memprediksikan kegagalan bank di Indonesia.

Simpulan ini diambil didasarkan atas tipe kesalahan yang terjadi, khusus kasus di Indonesia ternyata rasio CAMEL serta variabel-variabel independen lain yang digunakan dalam penelitian ini belum dapat memprediksikan kegagalan bank. Dengan demikian perlu eksplorasi lebih lanjut terhadap variabel lain di luar rasio keuangan agar diperoleh model yang lebih tepat untuk memprediksikan kegagalan bank. Sedangkan penelitian yang dilakukan Swandari (2002) berusaha untuk menganalisa apakah tingginya perilaku risiko dari pemegang saham, kepemilikan institusi dan kinerja mempengaruhi kebangkrutan bank.


(1)

4.4.2. Perbed

leh Thomson (1991) dalam Wilopo (2001) yang menguji manfaat rasio keuangan CAMEL dalam memprediksi son (1988) dalam

4.4.3. ian Dengan Tujuan Dan Manfaat aan Dengan Penelitian Sebelumnya

Adapun persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama membahas mengenai Analisa Rasio CAMEL dalam memprediksi kesehatan untuk menilai kemungkinan kebangkrutan bank, sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada objek, jumlah sampel dan periode penelitian, sehingga penelitian ini bukan merupakan replikasi.

Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukan bahwa Rasio CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning, dan Liquidity) dapat digunakan dalam memprediksi kesehatan untuk menilai kemungkinan kebangkrutan bank yang Go Publik.di Bursa Efek Indonesia, hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan o

kegagalan bank di USA pada tahun 1980an, Whalen dan Thom

Wilopo (2001) menemukan bahwa rasio keuangan CAMEL cukup akurat dalam menyusun rating bank, dan di Indonesia Surifah (1999) menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan bank dengan menggunakan model CAMEL.

Konfirmasi Hasil Penelit

Berdasarkan dari tujuan penelitian yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris kegunaan Rasio CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning, dan Liquidity) dalam memprediksi kesehatan untuk


(2)

97

menilai kemungkinan kebangkrutan bank yang Go Publik.di Bursa Efek Indone

asi yang dapat dijadikan

4.4.4. Keterbatasan Penelitian

menilai kemungkinan kebangkrutan bank.

yaitu berupa situasi yang dapat dirasakan peneliti pada saat melakukan penelitian, yang mana pada saat ini situasi negara dalam keadaan krisis ekonomi sehingga dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan

3. Dari hasil penelitian juga dapat dilihat adanya pengaruh dari variabel – variabel lain yang diteliti, sehingga dalam penelitian yang akan datang hendaknya diperhitungkan variabel lain yang kemungkinan berpengaruh dalam memprediksi kesehatan untuk menilai kemungkinan kebangkrutan bank.

sia, telah tercapai.

Dari manfaat yang telah dikemukakan, maka hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan peritimbangan untuk pembuatan kebijakan dalam memprediksi kesehatan untuk menilai kemungkinan kebangkrutan bank dan memberikan inform

pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi di pasar modal

Peneliti menyadari adanya beberapa keterbatasan yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian ini. Adapun batasan-batasan tersebut yaitu : 1. Sampel yang diambil relatif kecil, sehingga kurang dapat mengukur

kegunaan Analisa Rasio CAMEL dalam memprediksi kesehatan untuk


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil analisis dan uji hipotesis dengan menggunakan uji determinan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hipotesis yang menyatakan bahwa Capital dapat digunakan dalam memprediksi kesehatan untuk menilai kemungkinan kebangkrutan bank yang go publik di Bursa Efek Indonesia, terbukti kebenarannya.

2. Hipotesis yang menyatakan bahwa Assets dapat digunakan dalam memprediksi kesehatan untuk menilai kemungkinan kebangkrutan bank yang go publik di Bursa Efek Indonesia, terbukti kebenarannya.

3. Hipotesis yang menyatakan bahwa Management dapat digunakan dalam memprediksi kesehatan untuk menilai kemungkinan kebangkrutan bank yang go publik di Bursa Efek Indonesia, tidak terbukti kebenarannya. 4. Hipotesis yang menyatakan bahwa Earning dapat digunakan dalam

memprediksi kesehatan untuk menilai kemungkinan kebangkrutan bank yang go publik di Bursa Efek Indonesia, terbukti kebenarannya.

5. Hipotesis yang menyatakan bahwa Liquidity dapat digunakan dalam memprediksi kesehatan untuk menilai kemungkinan kebangkrutan bank yang go publik di Bursa Efek Indonesia, terbukti kebenarannya.


(4)

99

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka beberapa saran yang dikemukakan adalah :

1. Perusahaan diharapkan dapat lebih memperhatikan variabel-variabel yang akan digunakan dalam penilaian kesehatan Bank, karena tidak semua variabel dapat digunakan untuk menilai kesehatan Bank dan perusahaan diharapkan dapat mematuhi Peraturan yang telah dikeluarkan Oleh Bank Indonesia tentang sistem penilaian kesehatan Bank.

2. Untuk menyempurnakan penelitian ini perlu mempertimbangkan faktor-faktor kegagalan bank yang belum diperhitungkan dalam penelitian ini seperti BLBI, BMPK, inflasi dan sebagainya.


(5)

Anonim, 2009, Standar Akuntansi Keuangan, Ikatan Akuntansi Indonesia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Anonim, 2008, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya. Anonim, 2008, Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, Ikatan Akuntansi

Indonesia, www.google.co.id.

Baridwan, Zaki., 2000, Intermediate Accounting, Edisi Ke Tujuh, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Ghozali, Imam., 2005, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Pertama, Badan Peneliti Universitas Diponegoro, Semarang.

Martin, et.al, 1995, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Lima, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Pabbentengi, M., Ahza Anwari, 2009,Penilaian Tingkat Kesehatan Bank, www.google.co.id.

Santoso, Singgih dan Fandy Tjiptono, 2001, Riset Pemasaran: Konsep dan Aplikasi Dengan SPSS, Edisi Pertama, Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.

Sari, Kartika, Komponen Lembaga Keuangan Perbangkan, www.google.co.id

S. Munawir, 2004, Analisa Laporan Keuangan. Edisi 2, Penerbit Liberti, Yogyakarta.

Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi, Edisi Revisi, Penerbit UPN Veteran Jawa Timur, Surabaya.

Supranto, J., 2004, Statistik Pasar Modal : Keuangan dan Perbankan, Edisi Pertama, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Wahana Komputer, 2005, Pengembangan Analisis Multivariate Dengan SPSS 12, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Infotek, Jakarta.


(6)

Wild, J., John, et. al.2005, Analisa Laporan Keuangan, Edisi 8, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Junal :

Adi Kusumo, Yunanto, 2008, Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 2002-2007. (dengan Pendekatan PBI no. 9/1/PBI/2007). Jurnal Ekonomi Islam, Volume II, No. 1, Juli 2008.

Aryani Merkusiwati, Ni Ketut Lely, 2007, Evaluasi Pengaruh Camel Terhadap Kinerja Perusahaan, Buletin Studi Ekonomi, Volume 12 Nomor 1 tahun 2007.

Asri, K, Dian, Rasio Camel Sebagai Alat Ukur Tingkat Kesehatan Bank Swasta yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, Sripsi Sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional”Veteran”Jawa timur.

Luciana S. A, SE. Msi dan Winny H, SE, 2005, Analisis Rasio Camel terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Perioda 2000 – 2002,Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 7, no.2, Nopember 2005.

Sawitri, Peni, 2002, Prediksi Tingkat Kesehatan Perusahaan Asuransi Jiwa Termasuk Kemungkinan Kebangkrutannya Dengan Rasio-Rasio Keuangan, Jurnal Ekonomi dan Bisnis No.2, Jilid 7, Tahun 2002

Sri Haryati, 2001, Analisis Kenangkrutan Bank, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Volume Keempat.

Hadad, D., Muliaman, 2004, Model Prediksi Kepailitan Bank Umum Di Indonesia, Kajian Stabilitas Keuangan,Jakarta.

suardana, ketut alit, 2005, pengaruh rasio camel terhadap return saham,www.google.co.id

Website :

www.google.co.id


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Likuiditas, Profitabilitas, dan Working Capital Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Otomotif Dan Komponen yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2013

0 20 113

Analisis rasio camel dalam memprediksi kondisi kebangkrutan pada lembaga perbankan yang go public di Indonesia periode 2002-2006

2 8 120

ANALISIS RASIO CAMELS (Capital, Assets, Management, Earning, ANALISIS RASIO CAMELS (Capital, Assets, Management,Earning, Liquidity, dan Sensitivity to Market Risk) UNTUK MENILAI TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN (Studi Empiris pada Bank Go Public 2007-2008).

0 1 14

PENDAHULUAN ANALISIS RASIO CAMELS (Capital, Assets, Management,Earning, Liquidity, dan Sensitivity to Market Risk) UNTUK MENILAI TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN (Studi Empiris pada Bank Go Public 2007-2008).

0 0 10

ANALISIS RASIO CAMEL UNTUK MENILAI KESEHATAN BANK (Studi Empiris pada Bank Go Public yang Terdaftar di BEI).

0 2 8

Analisis Capital, Asset, Management, Earning dan Liquidity untuk Memprediksi Kebangkrutan Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

0 1 135

ANALISIS RASIO CAMEL (CAPITAL, ASSETS, MANAGEMENT, EARNING, DAN LIQUIDITY) DALAM MEMPREDIKSI KESEHATAN UNTUK MENILAI KEMUNGKINAN KEBANGKRUTAN BANK YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 22

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANKDENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL (CAPITAL, ASSETS, MANAGEMENT, EARNING, LIQUIDITY) PADA BANK-BANK BUMN YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009 – 2014

0 0 136

ANALISIS RASIO CAMEL TERHADAP PREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA BANK UMUM YANG TELAH GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 16

PENGARUH RASIO CAPITAL, ASSET, MANAGEMENT, EARNING DAN LIQUIDITY (CAMEL) TERHADAP RETURN ON ASSETS (ROA) PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI INDONESIA

0 0 18