Definisi Operasional Prosedur Penelitian

3.6.3 Variabel Kendali

Umur

3.6.4 Variabel Tak Terkendali

1. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut 2. Terganggunya produksi saliva 3. Stres 4. Kebiasaan merokok 5. Nutrisi

3.7. Definisi Operasional

1. Narkotika adalah zat atau bahan yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintestis yang dapat memberikan pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakannya. 2. Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah ataupun sintetis, bukan narkotika, yang bersifat atau berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. 3. Zat adiktif ialah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung yang mempunyai sifat karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi. Universitas Sumatera Utara 4. Tahanan narkoba ialah orang-orang yang memiliki kasus hukum akibat menggunkanan narkoba dan atau mengedarkan narkoba.

3.8. Alat dan Bahan Penelitian

3.8.1 Alat Penelitian

Alat 1. Prob periodontal Kohler, Germany .

2. Pinset, sonde bengkok, kaca mulut SMIC, China . 3.8.2 Bahan Penelitian

Bahan 1. Sarung tangan disposibel Supermax, Latex med. Excem 2. Masker disposibel Ammeda, Bonded Fibre Fabric 3. Kapas Swallow Brand

3.9. Prosedur Penelitian

3.9.1 Pengisian Kuesioner

Penelitian dilakukan terhadap narapidana narkoba di Sel Tahanan Narkoba Poltabes MS . Data mengenai jumlah tahanan diperoleh dari bagian Administrasi Reserse Narkoba Poltabes MS. Kondisi periodontal, kebiasaan higiena oral, serta kebiasaan lain yang menyertai penggunaan narkoba diperoleh dari hasil wawancara yang dimasukkan ke dalam kuesioner Gambar 16. Bentuk kuesioner dapat dilihat pada lampiran 1. Universitas Sumatera Utara Gambar 16. Proses pengisian kuesioner di Sel Tahanan

3.9.2 Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan klinis terhadap kelompok tahanan narkoba dilakukan menggunakan prob periodontal, sonde, kaca mulut, pinset. Pemeriksaan klinis meliputi : 1. Indeks Higiena Oral Oral Hygiene Index Indeks Higiena Oral bertujuan mengukur permukaan gigi yang ditutupi oleh debris dan kalkulus. Indeks ini terdiri dari dua komponen : Indeks Debris dan Indeks Kalkulus. Universitas Sumatera Utara Kriteria skor untuk indeks debris ditunjukkan pada Gambar 17. SKOR KRITERIA GAMBARAN KLINIS Tidak dijumpai adanya penumpukan plak 1 Adanya penumpukan plak yang menutupi kurang dari 13 permukaan gigi 2 Adanya penumpukan plak yang menutupi lebih dari 13 permukaan gigi tetapi belum melewati 23 permukaan gigi 3 Adanya penumpukan plak yang telah melewati 23 permukaan gigi Gambar 17. Indeks plak menurut Greene dan Vermillion 1964 yang dimodifikasi Rateitschak dkk., Colour Atlas of Periodontology, 1985; 30. Universitas Sumatera Utara Kriteria skor untuk indeks kalkulus adalah sebagai berikut. SKOR KRITERIA GAMBARAN KLINIS Tidak dijumpai adanya kalkulus 1 Adanya kalkulus supragingiva menutupi lebih dari sepertiga permukaan gigi 2 Adanya kalkulus supragingiva menutupi lebih dari sepertiga tapi belum melewati dua pertiga permukaan gigi atau ada flek-flek kalkulus subgingiva di sekeliling serviks gigi atau kedua-duanya. 3 Adanya kalkulus supragingiva menutupi lebih dari duapertiga permukaan gigi atau kalkulus subgingiva mengelilingi serviks gigi atau kedua-duanya. Gambar 18. Indeks Kalkulus menurut Greene dan Vermillion 1964, Spolsky V. The epidemiology of gingival and periodontal disease, in : Carranza. Glickman Clinical Periodontology, 7 th , WB Saunders and Co. : 309. Universitas Sumatera Utara Alat yang digunakan adalah kaca mulut dan sonde. Setiap permukaan gigi dibagi secara horizontal atas sepertiga gingival, sepertiga tengah, dan sepertiga insisal. Untuk mengukur skor Indeks Debris, sonde ditempatkan pada sepertiga insisal gigi kemudian digerakkan ke arah sepertiga gingival dan skor diberikan sesuai dengan kriteria di atas. Skor akhir Indeks Debris dan Kalkulus individu dihitung dengan membagi jumlah skor Indeks Debris dan Kalkulus dari semua gigi yang diperiksa dengan jumlah permukaan gigi yang diperiksa Vestibular dan Oral. Skor Indeks Debris dan Kalkulus dijumlahkan untuk mendapatkan Skor Higiena Oral berdasarkan rumus berikut : Kemudian skor dimasukkan ke dalam 3 kategori untuk menentukan level Higiena Oral, yaitu : a. 0,0 – 1,2 : baik b. 1,3 – 3,0 : sedang c. 3,1 – 6,0 : buruk 2. Kehilangan Perlekatan Klinis KPK Kehilangan perlekatan klinis KPK didefinisikan sebagai jarak dari batas sementum-enamel ke dasar saku klinis. Pengukuran KPK dilakukan pada 6 sisi Skor Indeks Debris = Jumlah total skor debris seluruh gigi pada permukaan vestibular oral Jumlah gigi Skor Indeks Higiena Oral = Skor Indeks Debris + Skor Indeks Kalkulus Skor Indeks Kalkulus = Jumlah total skor kalkulus seluruh gigi pada permukaan vestibular oral Jumlah gigi Universitas Sumatera Utara mesio-bukal, mid-bukal, disto-buka l, mesio-lingualmesio-palatal, disto- lingualdisto-palatal dari 6 gigi indeks Ramfjord. Pengukuran terhadap kehilangan level perlekatan dilakukan dengan mengambil nilai rata-rata dari tiap-tiap gigi dan dimasukkan di dalam kriteria berikut: Kriteria Kehilangan Perlekatan Klinis Rentangan Skor KPK Kehilangan perlekatan ringan Kehilangan perlekatan sedang Kehilangan perlekatan parah 0-3 mm 3-6 mm 6 mm 3. Indeks Periodontal Gigi indeks yang digunakan adalah gigi indeks dari Ramfjord yaitu enam gigi terpilih masing-masing 16, 21, 24, 36, 41, 44 karena keenam gigi terpilih telah terbukti merupakan indikator yang dapat diandalkan bagi keadaan seluruh mulut. Bila salah satu gigi ini hilang maka akan di gantikan oleh gigi di sampingnya 17, 11, 25, 37, 42, 45. Indeks pengukuran tingkat keparahan penyakit periodontal yang di pakai pada penelitian ini adalah Indeks Periodontal yang dikembangkan oleh Russel, Tabel 1.Indeks Periodontal IP oleh Russel Dalimunthe SH. Periodonsia. 2005 : 53 Skor Kriteria 1 2 6 8 Negatif. Tidak terlihat inflamasi pada gingiva maupun kehilangan fungsi akibat destruksi struktur periodontal pendukung. Gingivitis ringan. Terlihat daerah inflamasi ringan pada daerah gingiva bebas,tapi perluasannya tidak sampai mengelilingi gigi Gingivitis. Inflamasi telah meluas mengelilingi gigi, tetapi perlekatan epitel belum mengalami kerusakan Gingivitis dengan pembentukan saku. Perlekatan epitel telah mengalami destruksi dan terjadi pembentukan saku absolut periodontal. Tidak ada hambatan pada fungsi pengunyahan; gigi masih ketat dan tidak bergeser posisinya Destruksi lanjut disertai kehilangan fungsi pengunyahan. Gigi bisa goyang; bisa drifting, pada perkusi tidak berbunyi nyaring atau dapat di depresikan kedalam soket. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan skor indeks periodontal dapat ditetapkan kondisi klinis danstadium penyakit individu, sebagai berikut: Kondisi Klinis Rentangan Skor IP Periodonsium secara klinis normal Gingivitis sederhana Penyakit periodontal destruktif tahap awal Penyakit periodontal destruktif tahap mantap Penyakit pada tahap akhir 0,0 - 0,2 0,3 – 0,9 0,7 – 1,9 1,6 – 5,0 3,8 – 8,0 4. Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi IPPD Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi IPPD yang dikemukakan oleh Saxer dan Muhelmann didasarkan pada pengamatan pendarahan gingiva yang timbul setelah prob periodontal diselipkan dari arah vestibular ke col sebelah mesial dari gigi yang diperiksa. Dengan tetap mempertahankan ujung prob menyentuh dasar sulkus, secara perlahan-lahan prob digerakkan sepanjang permukaan vestibular gigi. Prob kemudian ditarik keluar dari sulkus pada sudut mesiovestibular, prosedur ini diulangi pada setiap gigi yang akan diukur indeks pendarahannya.Kriteria pemberian skor: Jumlah skor Indeks Periodontal = --------------------------------------- Jumlah gigi yang diperiksa 6 Universitas Sumatera Utara Gambar 19. Indeks perdarahan papila dimodifikasi menurut Saxen dan Muhlemann Rateitschak dkk., Colour Atlas of Periodontology, 1985; 30. 5. Indeks Penggunaan Gigi Pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat ada tidaknya atrisi yang terjadi pada gigi pengguna narkoba. GAMBARAN KLINIS Skor 0 Tidak terjadi perdarahan Skor 1 Perdarahan berupa titik kecil Skor 2 Perdarahan berupa titik yang besar atau berupa garis Skor 3 Perdarahan menggenang di interdental Total Skor IPPD = Jumlah total skor IPPD dari tiap gigi yang diperiksa Universitas Sumatera Utara Kriterianya adalah sebagai berikut. Tabel 2.Smith and Knight tooth wear index. Nixon dkk. Tooth Surface Loss : does reactional drug use contribute.2002 Skor Permukaan Kriteria BLOIC Tidak ada kehilangan karakter permukaan gigi. Tidak ada kehilangan kontur gigi. 1 BLOIC Kehilangan permukaan enamel. Kehilangan sedikit kontur gigi. 2 BLO I C Kehilangan enamel hingga terpaparnya dentin kurang dari 13 permukaan. Kehilangan enamel hingga terpaparnya dentin. Kehilangan kurang dari 1 mm 3 4 BLO I C BLO I C Kehilangan enamel hingga terpaparnya dentin lebih dari 13 permukaan Kehilangan enamel dan substansi dentin tidak mengenai dentin sekunder atau pulpa. Kehilangan hingga kedalaman 1-2 mm Kehilangan seluruh enamel, terpaparnya pulpa, atau terpaparnya dentin sekunder Terpaparnya pulpa atau terpaparnya dentin sekunder Kehilangan lebih dari kedalaman 2 mm, atau terpaparnya pulpa, atau terpaparnya dentin sekunder. Universitas Sumatera Utara

3.10. Skema Penelitian