Gambar 9. Mekanisme pengaruh narkoba terhadap kesehatan periodontal
Gambar 9 di atas menunjukkan terdapat dua mekanisme pengaruh narkoba terhadap kesehatan periodontal yaitu mekanisme langsung direct dan tidak langsung
indirect. Mekanisme langsung berupa iritasi jaringan gingiva disebabkan oleh kontak langsung zat-zat narkotika yang bersifat toksik maupun efek termal yang
didapat dari jenis narkotika yang dibakar Gambar 10.
16
Metode penggunaan narkotika antara lain yang diletakkan langsung pada mukosa alveolar, biasanya di
bawah lidah akan menyebabkan terbakarnya jaringan secara kimiawi. Parry dkk seperti yang dikutip dari Brazier dkk melaporkan suatu kasus dari pengguna narkotika
multipel berumur 14 tahun yang memiliki kebiasaan meletakkan kokain dan ampetamin pada daerah mukosa alveolar bagian labial rahang atas menunjukkan
PENGARUH NARKOBA TERHADAP KESEHATAN
PERIODONTAL
PENGARUH LANGSUNG DIRECT
PENGARUH TIDAK LANGSUNG INDIRECT
MENGIRITASI JARINGAN GINGIVA
1. XEROSTO-
MIA 2.
AKUMULASI PLAK TERUTAMA DI
DAERAH SERVIKAL 3.
PENEKANAN SISTEM
IMUN 4.
PERUBAHAN PROFIL
MIKROBIO- LOGIS
FAKTOR LAIN YANG MEMPERPARAH :
1. ALKOHOL 2. DEFISIENSI DIET
3. NEGLECT KEBIASAAN BURUK 4. MEROKOK
5. ATRISI GIGI DAN
TEKANAN BERLEBIHAN
PADA JARINGAN PERIODONTAL
GINGIVITIS PERIODONTITIS
Universitas Sumatera Utara
terjadinya nekrose pada gingiva dengan gejala klinis adanya eritema dan ulserasi pada daerah gingiva dimana narkotika tersebut diaplikasikan.
17
Gambar10. Permukaan superfisial mukosa palatum yang terbakar akibat iritasi
panas dari rokok ganja Rees TD. Drugs and oral disorders. Periodontology 2000 1998; 18: 21-36.
Efek paling besar dari penggunaan narkotika yang dilaporkan pada beberapa laporan kasus adalah xerostomia. Sekitar 93-99 pengguna narkoba menyatakan
adanya kekeringan mulut dan hal ini berlangsung sekitar 48 jam setelah penggunaan ekstasi. Kekeringan mulut dan tenggorokan juga dilaporkan oleh 25
sukarelawan sehat yang diteliti setelah mengkonsumsi 0,5mg MDMAkg dan 88 dengan dosis MDMA 1,5mg kg. Hal ini menunjukkan semakin tinggi dosis
narkotika yang dikonsumsi maka lamanya xerostomia yang terjadi akan semakin panjang.
Xerostomia diawali dengan mekanisme terjadinya hiposalivasi. Narkotika seperti methampetahmine MA merupakan zat amin simpatomimetik yang dalam
kerjanya mempengaruhi reseptor adrenergik α dan β. Stimulasi dari reseptor α
terhadap kelenjar saliva akan menyebabkan vasokontriksi dan pengurangan laju
14
Universitas Sumatera Utara
saliva.
18
Selain itu narkotika seperti candu dan metadon mengurangi sekresi pankreas dan kelenjar lambung yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi terjadinya
xerostomia. Akumulasi plak yang tinggi sering dijumpai pada pengguna narkoba
Gambar 11. Molendijk dkk 1995 melakukan penelitian terhadap tiga kelompok remaja pengguna narkoba dan menemukan bahwa dijumpai penumpukan plak di
daerah servikal pada satu atau lebih permukaan gigi sebanyak 76,5 , 82,4 , dan 88,2.
10
5
Selanjutnya, penelitian lain oleh Scheutz dkk 1984 menemukan bahwa kondisi higiena oral pengguna narkoba yang diukur dengan Indeks Plak Visibel rata-
rata cukup tinggi yaitu 77.4, demikian juga indeks perdarahan untuk menilai kondisi inflamasi yaitu rata-rata indeks perdarahan adalah 71.3.
6
Gambar11. Fotografi intraoral pengguna amphetamine. Terlihat akumulasi plak yang
besar terutama di daerah servikal yang menginduksi terjadinya karies dan penyakit periodontal. Anonymous. Methampetamine use and oral health.
J Am Dent Assoc 2005;136;1491
Akumulasi plak yang besar pada pengguna narkoba dipengaruhi oleh terjadinya xerostomia sehingga menyebabkan higiena oral yang buruk dan
Universitas Sumatera Utara
menginduksi tingkat karies yang tinggi serta penyakit periodontal. Hal ini diperparah dengan kebiasaan buruk pengguna narkoba yang lebih sering mengkonsumsi
makanan yang kaya akan gula ditambah dengan kondisi ekonomi yang tidak mampu untuk membeli makanan yang bergizi. Seringnya menggunakan narkoba dan
penggunaan jangka panjang dari sirup gula yang mengandung methadone juga mengakibatkan tingginya level plak pada penggunanya.
Efek imunosupresif juga ditunjukkan selama penggunaan narkoba. Opium memiliki efek terhadap fungsi imun antara lain menurunkan jumlah total limfosit,
penekanan terhadap rasio CD4:CD8, mengurangi produksi imunoglobulin dan tumor necrosis factor TNF, dan penekanan terhadap aktivitas sel natural killer NK.
Pengguna opium juga menunjukkan kerentanan terhadap sejumlah penyakit infeksi seperti HIV, hepatitis dan endokarditis yang biasanya diakibatkan kebiasaan bertukar
jarum suntik, aktivitas seksual yang selalu berganti pasangan dan penurunan kekebalan imun tubuh.
10
Walaupun tidak terdapat studi yang menunjukkan profil mikrobiologis spesifik dari pengguna narkoba, perubahan profil bakteri dipercaya terjadi pada
pasien dengan hipofungsi kelenjar ludah. Beberapa laporan kasus menunjukkan kecanduan terhadap opium secara klinis melihatkan adanya kandidiasis oral dan
displasia mukosa. Morfin juga diketahui memiliki efek inhibitor terhadap fagositosis kandida oleh makrofag, dan bersama-sama dengan adanya hipofungsi kelenjar saliva
menjadi faktor predisposisi bagi terjadinya kandidiasis oral bagi pengguna narkoba.
10
Milosevic dkk 1999 dalam penelitiannya terhadap 30 orang pengguna ekstasi dibandingkan dengan 28 orang bukan pengguna ekstasi menemukan bahwa
10
Universitas Sumatera Utara
terdapat atrisi yang meliputi email hingga mencapai dentin pada 60 pengguna ekstasi dan hanya 11 pada bukan pengguna ekstasi.
7
Keparahan atrisi serta banyaknya gigi yang terlibat pada pengguna ekstasi adalah disebabkan oleh grinding
dan clenching yang merupakan efek samping dari penggunaan ekstasi. Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Readfearn 1998 yang menemukan bahwa
dari 30 orang sampel pengguna narkoba yang dibandingkan dengan 28 orang bukan pengguna narkoba, kehilangan struktur gigi terbesar didapati pada pengguna narkoba
terutama di permukaan gigi posterior.
8
Namun di sisi lain, penelitian oleh Nikson dkk 2002 menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan dari derajat atrisi antara
pengguna narkoba dengan bukan pengguna narkoba walaupun keparahan atrisi pada gigi molar pertama bawah ditemukan lebih besar pada kelompok pengguna narkoba.
9
Kebiasaan bruksism, grinding maupun clenching yang disebabkan oleh narkoba meningkatkan aktivitas motorik dari sendi temporomandibular. Aktivitas tersebut
menjadi tidak terkontrol dan dipengaruhi oleh dosis dan banyaknya menggunakan narkoba. Kebiasaan mengkonsumsi minuman bersifat asam setelah menggunakan
narkotika memperparah kondisi atrisi yang telah ada. Atrisi ditemukan lebih dominan pada daerah premolar dan molar, khususnya molar pertama mandibula, namun tidak
signifikan pada aderah insisal.
14
Duxbury 1993 mengemukakan efek xerostomia juga dapat memperparah kehilangan email pada pengguna narkoba.
9
Universitas Sumatera Utara
Gambar12. Atrisi gigi dan kehilangan email pada pengguna methampetamine
Goodchild JH dkk. Methampetamine abuse and dentistry : A review of the literature and presentation of clinical case. Quintessence Int 2007; 38 7:
583-90.
2.3 Keadaan Periodontal Pengguna Narkoba