BAB IV PENERAPAN BATAS-BATAS WANPRESTASI DENGAN PERBUATAN
MELAWAN HUKUM DALAM PERIKATAN
A. Pelaksanaan Pasal 1365 KUH Perdata
Perbuatan melawan hukum adalah suatu bentuk perikatan yang lahir dari undang-undang sebagai akibat perbuatan manusia yang melanggar hukum yang
diatur dalam KUH Perdata. Secara garis besar pengaturan mengenai perbuatan melawan hukum dapat dilihat dari ketentuan, yaitu pada pasal 1365 KUH Perdata
dan Pasal 1366 KUH Perdata yang secara lengkap berbunyi sebagai berikut : Pasal 1365
: “Tiap perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya
menerbitkan kerugian itu menggantikan kerugian tersebut”
34
Pasal 1366 :
“Setiap orang bertanggungjawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk
kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati- hatinya”
.
35
Di dalam ketentuan pasal 1365 Perdata ada dikemukakan masalah “perbuatan” sesuatu yang aktif. Sementara pada pasal 1366 KUH Perdata
memperbandingkan antara “perbuatan” dan “kelalaian” atau “kurang hati-hati”. Dengan membandingkan kedua pasal tersebut, dapat ditarik sebuah kesimpulan
.
34
Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
35
Pasal 1366 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Universitas Sumatera Utara
bahwa pembuat undang-undang dalam pasal 1365 KUH Perdata mengatur tentang “tindakan” perbuatan melawan hukum, yang bersifat aktif , sedang dalam pasal
1366 KUH Perdata diatur tentang “perbuatan melawan hukum” yang terjadi karena kelalaian, jadi yang bersifat pasif atau diam saja, tidak berbuat apa-apa,
atau membiarkan sesuatu berlangsung. Sebenarnya, untuk peristiwa yang kedua lebih tepat dikatakan “sikap
melawan hukum”, tetapi karena istilah perbuatan melawan hukum sudah populer maka cukup disepakati saja bahwa yang dimaksud adalah seperti itu. Apalagi
dengan adanya penafsiran luas, keduanya baik itu onrechtmatigedaad yang timbul karena tindakan aktif maupun pasif telah tercakup dalam pasal 1365 KUH
Perdata. Pasal 1365 KUH Perdata ini, dalam sejarahnya merupakan konkordansi
dari ketentuan pasal 1401 BW Belanda, yang mengatur ketentuan yang sama, yaitu tentang onrechtmatigedaad. Pada awal perkembangannya ketentuan pasal
1401 BW 1365 KUH Perdata ditetapkan secara sangat sempit oleh pengadilan di negeri Belanda. Suatu tindakan baru dianggap sebagai perbuatan melawan hukum,
hanya apabila ada suatu ketentuan yang mewajibkan dan atau melarang orang perorangan tertentu untuk melakukan suatu tindakan, salah satu contoh dari
peristiwa perbuatan melawan hukum yang dtafsirkan secara sempit adalah sebagai berikut :
Diketahui pada waktu dulu di Belanda mayoritas rumah penduduk adalah berloteng bertingkat, sehingga orang yang tinggal di bagian bawah dari suatu
bangunan rumah adalah berbeda dengan mereka yang tinggal di atas rumah.
Universitas Sumatera Utara
Di salah satu kota di negeri Belanda, Zuptken, pernah terjadi suatu peristiwa, sebagai akibat cuaca yang sangat dingin telah menyebabkan pipa
saluran air dari rumah bagian atas menjadi pecah. Pecahnya pipa saluran air ini menyebabkan air yang bocor meluap hingga memasuki kamar-kamar penghuni di
bagian bawah rumah tersebut. Ternyata setelah diminta oleh para penghuni rumah di bagian bawah, penghuni rumah di bagian atas tetap tidak mau mematikan air
tersebut, yang pada akhirnya menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi para penghuni rumah bagian bawah. Kebocoran telah merusak isi kamar dari penghuni
rumah bagian bawah. Atas kejadian tersebut penghuni rumah bagian atas digugat dihadapan pengadilan oleh penghuni rumah bagian bawah dengan mengacu
kepada pasal 1401 BW Belanda pasal 1365 KUH Perdata, yaitu perbuatan melawan hukum. Atas gugatan tersebut, ternyata oleh pengadilan gugatan
penghuni rumah bagian bawah tersebut ditolak dengan alasan bahwa tidak ada suatu peraturan pun undang-undang yang mewajibkan seorang penghuni rumah
di bagian atas untuk menutup kran air tersebut
36
Contoh tersebut memperlihatkan kepada kita semua, bagaimana pengadilan negeri Belanda waktu itu telah dengan sangat sempit sekali
menafsirkan kata “hukum” dalam perbuatan melawan hukum tersebut. Putusan tersebut banyak mendapat tanggapan dan kritik dari berbagai kalangan. Oleh
karena pembuat undang-undang sendiri tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai apa itu yang dinamakan “perbuatan melawan hukum” menyebabkan
timbulnya penafsiran oleh para sarjana dan pihak pengadilan yang pada akhirnya .
36
Perkara Zutphense Waterleiding, dikutip dari J.Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir dari Undang-undang,bagian pertama,
Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 2001,hal.146.
Universitas Sumatera Utara
dikenallah penafsiran sempit dan penafsiran luas dalam perbuatan melawan hukum. Yang dimaksud dengan penafsiran sempit adalah bahwa baru dapat
dikatakan ada onrechtmatigedaad, kalau :
37
Pendukung aliran sempit ini adalah Land dan Simon. Simon mempunyai dasar bahwa timbul kekhawatiran, kalau onrechtmatigedaad diberikan penafsiran
“ a. Ada pelanggaran terhadap hak subjektif seseorang; b.Tindakan tersebut bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku.”
Hak subjektif disini adalah hak subjektif seseorang yang diberikan oleh undang-undang, dengan mengecualikan semua orang lain. Harus diperhatikan kata
“yang diberikan undang-undang”, yang berarti hak tersebut harus diatur dalam undang-undang. Jadi, untuk menggugat berdasarkan perbuatan melawan hukum
orang harus dapat menunjukkan ketentuan undang-undang yang menjadi dasar gugatannya. Sehingga perbuatan yang tidak bertentangan dengan undang-undang
di waktu lampau tidak pernah merupakan tindakan melawan hukum, sekalipun mungkin sangat bertentangan dengan moral ataupun tata krama goede zedin.
Pada pokoknya “tindakan melawan hukum harus berupa tindakan yang melanggar hak subjektif yang diatur oleh undang-undang wettelijk subjektiefrecht atau
bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku yang ditentukan dalam undang- undang. Dengan begitu maka onrechtmatig sama dengan onwetmatig”. Sudah
dapat dibayangkan, bahwa mengingat tidak semua kepentingan orang diatur dalam undang-undang, ada banyak kepentingan yang kalau dilanggar orang lain
tak dapat meminta perlindungan berdasarkan pasal 1365 KUH Perdata.
37
Di mulai semenjak arrest tanggal 6 April 1883, menjadi pendapat tetap dari Hogeraad, vide
Lie Oen Hock,hal.3. Dikutip dari J.Satrio, Ibid, hal.141.
Universitas Sumatera Utara
luas, meliputi pelanggaran terhadap norma kesusilaan dan tata krama goede zeden
, maka kepastian hukum akan hilang, karena dengan itu akan banyak sekali yang menyerahkan masalah onrechtmatigedaad kepada penilaian subjektif para
hakim. Pendapat yang sempit ternyata telah menimbulkan banyak ketidakpuasan
diantara para sarjana maupun para pencari keadilan. Karena dianggap sebagai sebab dari jatuhnya keputusan-keputusan yang tidak patut atau adil.
Selanjutnya mulai tahun 1919, yang dipelopori oleh hogeraad Belanda melalui putusannya tanggal 31 Januari 1919, perkataan “hukum” dalam perbuatan
melawan hukum telah ditafsirkan secara lebih luas, sehingga tidak hanya meliputi pada undang-undang atau peraturan dan ketentuan tertulis yang berlaku melainkan
juga pada kepatutan dan kesusilaan. Adapun peristiwa yang menyebabkan lahirnya penafsiran luas tentang
perbuatan melawan hukum adalah kasus dua kantor percetakan buku yaitu Cohen
dan Lindenbaum, yang saling bersaing satu dengan yang lainnya.
38
38
Gunawan Widjaja Kartini Muljadi,Seri Hukum Perikatan,Perikatan yang Lahir dari Undang-undang,
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003,Hal. 98.
Kasus Cohen dan Lindenbaum bermula dari penerimaan pegawai Lindembaum oleh Cohen
melalui suatu iming-iming dan bujuk rayu yang disertai dengan hadiah. Kepindahan karyawan Lindenbaum ke perusahaan percetakan Cohen tersebut
bukannya tanpa imbalan. Karyawan Lindenbaum yang dipekerjakan oleh Cohen tersebut selanjutnya dimanfaatkan oleh Cohen, dengan cara mengorek segala
macam informasi maupun data yang dimiliki oleh karyawan tersebut, khususnya yang berhubungan dengan jalannya kegiatan operasional Lindenbaum, termasuk
Universitas Sumatera Utara
berbagai informasi mengenai pembelian, pemasok supplier, penjualan, promosi dan advertensi, pelanggan customer, serta segala keterangan yang mengenai
proses penentuan harga pricing. Dari informasi yang diperoleh tersebut, Cohen kemudian menyusun strategi untuk merebut pangsa pasar Lindenbaum.
Mengetahui hal tersebut, bahwa Cohen telah memanfaatkan informasi rahasia Lindenbaum dari pegawai yang dibajak Cohen, Lindenbaum selanjutnya
menggugat Cohen di Arrondissementrechtbank di Amsterdam, dengan dasar gugatan, Cohen telah melakukan perbuatan melawan hukum yaitu pasal 1401
Burgerlijk Wetboek Belanda pasal 1365 KUH Perdata.
Dalam pemeriksaan tingkat pertama, Lindenbaum dimenangkan. Namun, pada pemeriksaan tingkat Banding oleh Gerechtshoft, Amsterdam, Lindenbaum
dikalahkan berdasarkan yurisprudensi bahwa tindakan Cohen tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai suatu perbuatan melanggar hukum. Tidak ada satu
ketentuan pun dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku waktu itu dilanggar oleh Cohen.
Pada pemeriksaan kasasi oleh hogeraad, Lindenbaum dimenangkan. Hogeraad
menyatakan bahwa perbuatan Cohen tersebut dapat dimasukkan sebagai perbuatan melawan hukum yaitu pasal 1401 Burgerlijk Wetboek Belanda
pasal 1365 KUH Perdata,karena telah memperkosa suatu hak hukum milik orang lain secara bertentangan dengan kepatutan atau kesusilaan goede zeden
atau dengan suatu kepantasan dalam masyarakat tanpa memperhatikan
Universitas Sumatera Utara
kepentingan orang lain indroits tegen de zorgvuldigheid, welke in het maatschappelijk verkeer betaamt ten aanzien van eens anders persoon of goed
39
a. Yang melanggar hak orang lain;
. Dengan keputusan tanggal 31 Januari 1919, hogeraad telah beralih ke
paham yang luas dan penafsirannya atas pasal 1365 KUH Perdata didasarkan atas perumusan tindakan melawan hukum. Keputusan hogeraad tersebut dinilai oleh
para sarjana sebagai suatu tonggak dalam sejarah peradian dan dapat disamakan dengan suatu perubahan perundang-undangan.
Setelah keputusan tersebut, maka hogeraad dan pengadilan-pengadilan lain menganut penafsiran paham yang luas, dimana onrechtmatigedaad tidak
hanya diartikan sebagai perbuatan melanggar hak orang lain atau yang bertentangan dengan kewajiban si pelaku, yang diatur oleh undang-undang, tetapi
meliputi pula tindakan atau sikap yang bertentangan dengan ketentuan hukum yang tidak tertulis, yaitu kesusilaan dan kepatutankepantasan dalam
memperhatikan kepentingan diri dan harta orang lain dalam pergaulan masyarakat.
Selanjutnya, muncullah klasifikasi pelaku yang dapat disebut melawan hukum yang terbagi atas 4 perilaku yaitu :
b. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku;
c. Bertentangan dengan kesusilaan;
d. Bertentangan dengan kepatutan dalam memperhatikan kepentingan diri dan
harta orang lain dalam pergaulan hidup.
39
Gunawan Widjaja Kartini Muljadi,Op.cit.,hal.100.
Universitas Sumatera Utara
B. Penerapan Batas Antara Wanprestasi dengan Perbuatan Melawan Hukum