Latar belakang Simulation of Best Management Practices Using SWAT Model To Reduce Surface Runoff in Upper Ciliwung Watershed

C-organik yaitu 96566,67 ppm 9,66 dan terendah adalah P yaitu 1,00 ppm yang berasal dari penggunaan lahan perkebunan Tabel 1. Tabel 1 Kadar unsur hara dalam aliran air dan sedimen sesudah hujan menurut penggunaan lahan di DAS Ciliwung Hulu Parameter Kadar unsur hara sesudah hujan ppm Aliran air Sedimen Hutan Perkebunan Tegalan Hutan Perkebunan Tegalan N 20,73 14,74 16,39 3200,00 3500,00 2900,00 P 0,68 0,65 2,14 14,10 1,00 1,90 K 0,93 0,80 1,00 39,00 58,50 158,60 Ca 10,43 4,50 7,30 190,00 478,00 1706,00 Mg 2,70 1,95 2,30 33,60 93,60 90,00 C-organik - - - 96566,67 42700,00 21500,00 Kegiatan pertanian merupakan salah satu penyebab dari non point source pollution . Suatu kegiatan pertanian secara langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas perairan, yang diakibatkan oleh penggunaan bermacam- macam pupuk buatan dan pestisida. Pupuk yang mengandung N dan P dapat larut oleh aliran permukaan dan terakumulasi di badan air sungai.

2.6 Model SWAT

Model merupakan replika sistem dengan perbandingan tertentu, suatu konsep, sesuatu yang mengandung hubungan empiris, atau suatu seri persamaan matematis atau statistik yang menggambarkan sistem Indarto 2012. Model merupakan alat yang digunakan untuk mempelajari hubungan antar parameter di dalam suatu sistem. Soil and Water Assessment Tool SWAT adalah model prediksi untuk skala daerah aliran sungai DAS yang dikembangkan oleh Dr. Jeff Arnold untuk USDA ARS Neitsch et al. 2005. SWAT dikembangkan untuk memprediksi dampak praktek pengelolaan lahan terhadap air, sedimen dan bahan kimia pertanian yang masuk ke sungai atau badan air pada suatu DAS yang kompleks dengan tanah, penggunaan tanah dan pengelolaannya yang bermacam-macam sepanjang waktu yang lama. Model SWAT mempunyai beberapa keunggulan yaitu dibangun berdasarkan proses yang terjadi dengan menghimpun informasi mengenai iklim, sifat tanah, topografi, tanaman dan pengelolaan lahan yang terdapat dalam DAS, mempunyai data input yang sudah tersedia, dapat dikerjakan secara efisien menggunakan komputer sehingga hemat waktu dan biaya dan memungkinkan pengguna untuk mengevaluasi dampak jangka panjang dalam suatu DAS Neitsch et al. 2005. Selain itu Model SWAT menggunakan hubungan deskripsi matematika dan empiris dalam menghitung respon hidrologi. Dalam penggunaannya, model SWAT membutuhkan data input yang cukup banyak dan kompleks. SWAT merupakan perkembangan dari model CREAMS Chemical, Runoff and Erosion from Agriculture Management System Knisel 1980, GLEAMS Groundwater Loading Effects on Agriculture Managements System Leonard et al . 1987 dan EPIC Erosion-Productivity Impact Calculator Gassman et al. 2005. Dalam perkembangannya, SWAT telah dikembangkan dalam Windows dan Microsoft Visual Basic. SWAT juga telah dikembangkan sebagai interface dalam software GIS ArcGIS. Komponen model SWAT mencakup iklim, hidrologi, temperatur tanah, sifat-sifat tanah, pertumbuhan tanaman, hara, pestisida, bakteri dan manajemen lahan. Untuk pemodelan, suatu DAS dibagi menjadi beberapa sub-basin atau sub- DAS. Sub-basin adalah pembagian atau pengelompokan berdasarkan kesamaan penggunaan lahan dan tanah atau sifat lain yang berpengaruh terhadap hidrologi. Informasi input untuk setiap sub-basin dikelompokkan atau disusun ke dalam katagori berikut: iklim, unit respon hidrologi HRUs, daerah basah, air bawah tanah dan saluran utama yang mendrainase sub-basin. SWAT Editor merupakan suatu interface yang digunakan dalam melakukan pengeditan parameter, database SWAT, point source model, inlet, data reservoir, menjalankan proses running model SWAT dan analisis kalibrasi serta sensitivitas Winchell dan Srinivasan 2007. SWAT Editor memerlukan parameter geodatabase dan database yang sesuai dengan format SWAT.