Aksesibilitas Sistem Penghidupan Penduduk

Sarana dan prasarana yang dimiliki Desa Karangsong terdiri dari saranaprasarana pendidikan yaitu 2 unit BKB, 3 unit SD, dan 5 unit Madrasah. Saranaprasarana kesehatan terdiri dari 7 unit Posyandu, 1 unit Poskesdes, 1 unit Puskesmas, 2 orang Bidan Desa, dan 42 orang Kader Posyandu. Sedangkan saranaprasarana ekonomi yang ada di Desa Karangsong terdiri dari 3 pasar tradisional, 1 Bank Desa, dan 1 KPL Koperasi Perikanan Laut Mina Sumitra.

4.2. Aksesibilitas

Akses untuk menuju Desa Karangsong dari pusat Kota Indramayu dapat ditempuh dengan waktu sekitar 5 menit menggunakan kendaraan bermotor roda dua maupun menggunakan kendaraan umum seperti angkutan kota Angkot dengan keadaan jalan raya beraspal yang masih cukup bagus hingga pertigaan antara Desa Paoman, Pabean Udik dan Karangsong, namun keadaan jalan Desa Karangsong sendiri rusak dan cukup mengganggu perjalanan untuk dapat sampai ke lokasi penelitian. Selain Angkot, terdapat juga kendaraan umum berupa becak yang bisa dimanfaatkan untuk dapat menuju Desa Karangsong dari pusat Kota Indramayu.

4.3. Sistem Penghidupan Penduduk

Penduduk Desa Karangsong sebagian besar adalah nelayan laut, diantaranya yaitu nelayan dengan perahu besar yang melaut sampai perbatasan Negara Indonesia hingga memakan waktu berbulan-bulan berada di tengah laut, dan nelayan harian yang melaut menggunakan perahu kecil. Mereka membuat sendiri perahu besar atau perahu kecil yang akan dipakai melaut dengan bantuan jasa dari nelayan lain atau ABK Anak Buah Kapal. Pemilik perahu besar biasanya disebut sebagai “Bos Perahu” karena memiliki modal yang besar untuk membuat perahu. Perahu-perahu besar yang sedang dibuat dapat dilihat di samping aliran sungai menuju laut yang menjadi pembatas antara Desa Karangsong dan Desa Pabean Udik. Pemandangan nelayan yang membuat perhahu dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Kegiatan Nelayan dalam Membuat Perahu Seperti yang telah dijelaskan pada profil Desa Karangsong berdasarkan data monografi Desa Karangsong tahun 2010, sebagian besar luas lahan sebesar 204,067 ha dari total luas 243,067 ha di Desa Karangsong dimanfaatkan sebagai tambakempang budidaya ikan bandeng dan udang windu. Lahan yang dimanfaatkan merupakan tanah milik, namun tidak jarang sebagian dari mereka juga menyewa lahan yang sudah menjadi tambak. Masyarakat yang tidak memiliki dan tidak mampu untuk menyewa tambak, mereka sering kali memanfaatkan aliran sungai atau saluran irigasi tambak untuk mencari ikan atau udang dengan cara menjaring, memasang bubuh, dan anco. Selain itu, masyarakat yang tidak memiliki tambak juga bisa mencari nafkah dengan menjadi buruh atau penggarap tambak dengan tugas mengurusi tambak, memberi makan bandengudang, dan pekerjaan lainnya yang dibutuhkan dalam budidaya bandeng maupun udang pada tambak. Pada tabel 3 disajikan mata pencaharian secara keseluruhan penduduk Desa Karangsong yang diambil dari data monografi desa tahun 2010. Tabel 3. Mata Pencaharian Penduduk Desa Karangsong Jenis Pekerjaan Jumlah Orang Persentase Nelayan 769 53,33 Buruh tani tambak 269 18,65 WiraswastaPedagang 144 9,99 Petani tambak 89 6,17 Pegawai Negeri Sipil 60 4,16 Pertukangan 47 3,26 Jasa 32 2,22 Swasta 25 1,73 ABRI 2 0,14 Pensiunan 5 0,35 Jumlah 1.442 100,00 Terdapat beberapa jenis nelayan nelayan penangkap ikan maupun nelayan aquakulturpetambak berdasarkan alat tangkap yang digunakan yang terdapat di Desa Karangsong yang di dapat dari data Nama Petani Tambak dan Nelayan Penerima Ganti Rugi Akibat Kebocoran Floating Hose SBM 150.000 DWT PT. PERTAMINA persero RU VI Balongan 2010, diantaranya: 1. Alat tangkap yang sering digunakan oleh nelayan aquakultur atau petambak a. Jaring kantongarad non perahu, alat tangkap ini berupa jaring dengan kerenggangan yang halus. Alat tangkap ini sering digunakan untuk memanen bandeng pada tambak. b. Panaranoslah, adalah nelayan aquakultur atau petambak yang memiliki lapak penjualan nener maupun benur sebagai bibit budidaya bandeng dan udang pada tambak. 2. Alat tangkap yang sering digunakan oleh nelayan penangkap ikan: a. Jaring rampus perahu, adalah jaring yang digunakan untuk menangkap ikan. Nelayan dengan alat tangkap ini merupakan nelayan kecil yang melaut pada pagi hari kemudian pulang pada sore harinya. b. Jaring Rajungan perahu, yaitu alat tangkap kepiting rajungan berupa jaring yang digunakan nelayan dengan alat bantu perahu untuk mencapai lokasi penangkapan. c. Bubuh perahu, yaitu alat tangkap yang digunakan untuk menangkap kepiting rajungan yang terbuat dari bambu mnyerupai tabung. Untuk memasang bubuh dibantu menggunakan perahu di lokasi penangkapan yang jaraknya agak jauh dari bibir pantai. d. Jaring Blanak perahu, alat tangkap ini berupa jaring yang digunakan oleh nelayan kecil untuk menangkap ikan blanak yang dibantu dengan menggunakan perahu untuk mencapai lokasi penangkapan ikan. e. Jaring Blanak non perahu, alat tangkap ini digunakan oleh nelayan kecil untuk menangkap ikan blanak di pantai atau di saluran irigasi menuju pantai. f. Anco non perahu, yaitu alat tangkap berupa jaring yang dibuat sedemikian rupa dan dipasangkan pada batang bambu untuk mempermudah memasang dan mengangkat jaring tersebut. Anco sering digunakan oleh nelayan kecil untuk menangkap ikan di sekitar saluran irigasi maupun di laut yang dangkal atau tepian laut. g. Jaring udang non perahu, yaitu alat tangkap berupa jaring yang digunakan untuk menangkap udang di sekitar saluran irigasi maupun di laut yang dangkal tanpa menggunakan perahu. h. Nyudu non perahu, adalah kegiatan petani pencari udang dengan alat tangkap seperti seser dalam ukuran besar. Dalam mencari udang, nelayan tidak menggunakan perahu karena lokasi penangkapan hanya di bagian laut yang tidak terlalu dalam. i. Pencari kerang non perahu, adalah orang yang mencari kerang tanpa menggunakan perahu. Dalam mencari kerang, biasanya dibantu dengan menggunakan alat yang disebut garok, yaitu alat menyerupai garpu yang biasa dipakai petani untuk menggemburkan tanah. Jenis nelayan berdasarkan alat tangkap di atas, beberapa diantaranya sudah jarang ditemui bahkan tidak lagi melakukan kegiatan atau profesi tersebut, diantaranya adalah kegiatan “nyudu” dan mencari kerang. Hal tersebut dikarenakan keadaan pantai yang tidak memungkinkan. Kerusakan yang terjadi pada pantai Karangsong mempengatuhi kondisi tanah maupun ekosistem lainnya sehingga biota yang ada didalamnya pun tidak mampu bertahan hidup dengan keadaan ekosistem yang rusak. BAB V KONVERSI MANGROVE DAN USAHA PERTAMBAKAN DI DESA KARANGSONG

5.1. Kronologi Konversi Mangrove