Perspektif Responden Terhadap Rehabilitasi Mangrove

menebang kayu mangrove adalah tindakan yang dilarang. Namun selebihnya masih belum ada sosialisasi secara formal dari pemerintah desa mengenai pengenalan peraturan tersebut.

7.3. Perspektif Responden Terhadap Rehabilitasi Mangrove

Berdasarkan hasil wawancara dan analisa persepsi responden, persepsi penduduk lokal terhadap mangrove didasari dengan pengetahuan mengenai manfaat mangrove secara umum yang mereka dapatkan dari mulut ke mulut antar penduduk Desa Karangsong. Seperti misalnya mangrove merupakan tanaman jenis bakau yang berfungsi untuk mencegah abrasi, mencegah longsornya tanggul pada tambak dan merupakan tanaman yang mampu memberikan pakan alami pada ikan maupun udang pada tambak. Namun pemikiran terhadap mangrove yang seperti itu masih belum mampu membuat penduduk Desa Karangsong lebih berpartisipasi aktif dalam kegiatan rehabilitasi sehingga mempengaruhi persepsi mereka dan memberikan penilaian atau sudut pandang yang cenderung netral. Skala tambak yang semakin besar yang dimiliki petambak, maka semakin tidak terdapat lahan yang cukup untuk menanam mangrove diantara petak-petak tambak yang ada. Mereka tidak bisa menanami tanaman mangrove pada tanggul tambak maupun di tengah tambak karena dapat menyulitkan proses pemanenan. Bagi nelayan pencari ikan, terdapat dua sudut pandang mengenai mangrove, yaitu menurut nelayan besar dan nelayan kecil. Bagi nelayan besar, ada maupun tidak adanya mangrove tidak begitu berpengaruh bagi mereka, karena banyak atau sedikitnya tangkapan yang mereka dapat dipengaruhi oleh semakin banyaknya perahu yang juga mencari ikan. Namun sebaliknya bagi nelayan kecil yang hanya mencari ikan di tepi laut, mereka sangat merasakan manfaat adanya mangrove, karena saat masih terdapat hutan mangrove, hasil tangkap yang mereka dapat lebih banyak, seperti kerang, kepiting bakau, ikan air payau dan sebagainya. Bagi non petambak maupun non nelayan, tidak adanya interaksi atau hubungan langsung antara kegiatan mereka sehari-hari dengan mangrove membuat mereka tidak merasakan manfaat langsung dari tanaman mangrove. Namun hal tersebut tidak membuat cara pandang mereka menjadi negatif terhadap mangrove, hanya saja jika dibandingkan antara penduduk non petambaknon nelayan yang memiliki pendidikan tinggi, penduduk non petambaknon nelayan berpendidikan rendah lebih bersikap netral terhadap kegiatan rehabilitasi mangrove karena selain tidak berinteraksi langsung dengan mangrove, pengetahuan mengenai manfaat mangrove pun tidak banyak diketahui oleh mereka. Pada penjelasan mengenai gambaran lokasi penelitian sebelumnya telah dijelaskan bahwa persentase mata pencaharian penduduk Desa Karangsong sebagian besar adalah nelayan, dan persentase mata pencaharian tertinggi kedua adalah mata pencaharian sebagai petani tambak maupun buruh tambak yaitu sebanyak 24,82 berdasarkan data monografi Desa Karangsong 2010. Tingginya persentasi tersebut dikarenakan tambak dianggap sebagai usaha yang sangat penting dan menguntungkan bagi penduduk lokal terutama bagi petani tambak atau nelayan aquakultur untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Dengan tingginya persentase petambak, jika luas lahan tambak masing-masing petambak adalah rata-rata 2 Ha maka luas lahan yang dibutuhkan untuk tambak pun sangat besar. Hal tersebut merupakan tugas tersendiri bagi kelompok aktor rehabilitasi mangrove untuk menyiapkan berbagai metode agar kegiatan rehabilitasi mangrove dapat berjalan sesuai tujuan dan tepat sasaran. Aktor rehabilitasi yang juga merupakan penduduk lokal tentu dapat lebih memahami bagaimana cara atau pendekatan yang harus dilakukan agar program dapat dilakukan sesuai dengan yang diharapkan. Dari lima orang pengurus inti aktor rehabilitasi tersebut, terdapat pula diantaranya yang berprofesi sebagai petani tambak, pengajar atau guru, pedagang, maupun ketua RT. Bermacam profesi yang dijalani tersebut dapat saling melengkapi dan mendukung terlaksananya program rehabilitasi yang dimiliki kelompok. Selain itu dengan profesi yang dijalankan tersebut, maka posisi masing-masing aktor rehabilitasi di mata penduduk juga dapat mendukung upaya pendekatan dalam mensosialisasikan program yang dimiliki kelompok, seperti dengan profesinya sebagai ketua RT maupun pengajar atau guru maka dapat memudahkan aktor rehabilitasi untuk mendapatkan kepercayaan penduduk untuk bekerja sama dalam kegiatan rehabilitasi.

8.4. Partisipasi Penduduk