Menentukan Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Produk Domestik Regional Bruto per Kapita di Indonesia

Kalimantan Selatan P63, Sulawesi Utara P71, Sulawesi Tengah P72, Sulawesi Selatan P73, Sulawesi Tenggara P74, Gorontalo P75, Sulawesi Barat P76, Maluku P81, Maluku Utara P82, Papua Barat P91, Papua P94. Provinsi tersebut merupakan objek yang terletak berlawanan arah dengan semua variabel, maka objek tersebut memiliki nilai di bawah rata-rata. Gambar 2 juga menunjukkan variabel dan memiliki panjang vektor yang relatif sama panjang. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman data pada variabel-variabel tersebut relatif sama besar. Variabel digambarkan dengan vektor yang lebih pendek dari variabel lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa variabel tersebut keragaman yang relatif kecil. Korelasi antar variabel dicerminkan oleh seberapa kecil sudut yang dibentuk antar variabel, semakin kecil sudut antar variabel semakin tinggi korelasi. Variabel membentuk sudut lancip terhadap variabel dan artinya semakin tinggi PDRB sektor konstruksi maka PDRB sektor pertanian, industri, listrik, perdagangan, komunikasi, keuangan, dan jasa semakin meningkat. Variabel hampir membentuk sudut siku-siku terhadap variabel artinya sektor konstruksi tidak berkorelasi dengan sektor pertambangan.

3.3 Menentukan

Bentuk Hubungan Terbaik dan Menganalisis Masalah Multikolinearitas Antarsektor Lapangan Usaha Untuk melihat hubungan yang linear antara PDRB per kapita dengan sektor lapangan usaha yaitu dengan analisis regresi. Data yang digunakan yaitu sembilan sektor lapangan usaha dengan PDRB per kapita provisi di Indonesia. Lampiran 2 menghasilkan regresi data 33 provinsi di Indonesia dengan sembilan sektor yaitu R 2 adj= 0,939 dan nilai sig = 0, maka model tersebut sudah cukup baik artinya 93,9 respon dapat dijelaskan oleh model sedangkan sisanya 6,1 dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model penelitian ini, regresi disajikan pada persamaan 1. Berdasarkan Lampiran 3 output yang dihasilkan multikolinearitas dari sembilan sektor lapangan usaha yang diteliti terdapat delapan sektor lapangan usaha memiliki nilai VIF 5 hanya satu sektor yang menghasilkan nilai VIF 5 yaitu sektor pertambangan sebesar 3,525. Jadi data tersebut tidak bebas multikolinearitas. Sebagai akibatnya interpretasi dari koefisien regresi menjadi tidak valid. Berdasarkan Lampiran 2 model persamaan yang dihasilkan yaitu 1 Regresi setiap sektor lapangan usaha dengan PDRB per kapita Untuk melihat bentuk hubungan terbaik antara sektor lapangan usaha dengan PDRB per kapita yaitu dengan meregresikan setiap satu per satu sektor lapangan usaha. a. Sektor Pertanian Analisis regresi sederhana antara PDRB per kapita dan PDRB sektor pertanian menghasilkan R 2 = 0 dan nilai p = 0,929. Kemudian dilakukan analisis regresi berbagai model. Model yang terbaik adalah model persamaan invers dengan R 2 = 0,090 dan nilai p = 0,089 Lampiran 4.1 dengan model regresi sebagai berikut ̂ Gambar 3 Grafik PDRB per kapita dengan PDRB sektor pertanian. b. Sektor Pertambangan Analisis regresi sederhana antara PDRB per kapita dan PDRB sektor pertambangan menghasilkan R 2 = 0,582 dan nilai p = 0 Lampiran 4.2. Dari hasil tersebut nilai R 2 sudah cukup baik dan dapat disimpulkan bahwa sektor pertambangan memiliki hubungan yang linear dengan model regresi sebagai berikut ̂ . Gambar 4 Grafik PDRB per kapita dengan PDRB sektor pertambangan. c. Sektor Industri Analisis regresi sederhana antara PDRB per kapita dan PDRB sektor industri menghasilkan R 2 = 0,104 dan nilai p = 0,680. Kemudian dilakukan analisis regresi berbagai model. Model yang terbaik adalah model persamaan kubik dengan R 2 = 0,423 dan nilai p = 0,001 Lampiran 4.3 dengan model regresi sebagai berikut ̂ . Gambar 5 Grafik PDRB per kapita dengan PDRB sektor industri. d. Sektor Listrik Analisis regresi sederhana antara PDRB per kapita dan PDRB sektor listrik menghasilkan R 2 = 0,016 dan nilai p = 0,489. Kemudian dilakukan analisis regresi berbagai model. Model yang terbaik adalah model persamaan S sigmoid dengan R 2 = 0,302 dan nilai p = 0,001 Lampiran 4.4 dengan model regresi sebagai berikut ̂ . Gambar 6 Grafik PDRB per kapita dengan PDRB sektor listrik. e. Sektor Konstruksi Analisis regresi sederhana antara PDRB per kapita dan PDRB sektor konstruksi menghasilkan R 2 = 0,244 dan nilai p = 0,003. Kemudian dilakukan analisis regresi berbagai model. Model yang terbaik adalah model persamaan power R 2 = 0,432 dan nilai p = 0 lampiran 4.5 dengan model regresi sebagai berikut PDRB sektor pertanian PDRB sektor industri PDRB sektor pertambangan PDRB sektor listrik P DRB p er Ka p it a P DRB p er Ka p it a P DRB p er Ka p it a P DRB p er Ka p it a ̂ . Gambar 7 Grafik PDRB per kapita dengan PDRB sektor konstruksi. f. Sektor Perdagangan Analisis regresi sederhana antara PDRB per kapita dan PDRB sektor perdagangan menghasilkan R 2 = 0,068 dan nilai p = 0,144. Kemudian dilakukan analisis regresi berbagai model. Model yang terbaik adalah model persamaan power dengan R 2 = 0,269 dan nilai p = 0,002 Lampiran 4.6 dengan model regresi sebagai berikut ̂ . Gambar 8 Grafik PDRB per kapita dengan PDRB sektor perdagangan. g. Sektor Komunikasi Analisis regresi sederhana antara PDRB per kapita dan PDRB sektor komunikasi menghasilkan R 2 = 0,162 dan nilai p = 0,020. Kemudian dilakukan analisis regresi berbagai model. Model yang terbaik adalah model persamaan kubik dengan R 2 = 0,314 dan nilai p = 0,011 Lampiran 4.7 dengan model regresi sebagai berikut ̂ . Gambar 9 Grafik PDRB per kapita dengan PDRB sektor komunikasi. h. Sektor Keuangan Analisis regresi sederhana antara PDRB per kapita dan PDRB sektor keuangan menghasilkan R 2 = 0,236 dan nilai p = 0,004. Kemudian dilakukan analisis regresi berbagai model. Model yang terbaik adalah model persamaan power dengan dengan nilai R 2 = 0,319 dan nilai p = 0,001 Lampiran 4.8 dengan model regresi sebagai berikut ̂ . Gambar 10 Grafik PDRB per kapita dengan PDRB sektor keuangan. i. Sektor Jasa Analisis regresi sederhana antara PDRB per kapita dan PDRB sektor jasa menghasilkan R 2 = 0,130 dan nilai p = 0,039. Kemudian dilakukan analisis regresi berbagai model. Model yang terbaik adalah model persamaan kubik dengan R 2 = 0,284 dan nilai p = 0,020 Lampiran 4.9 dengan model regresi sebagai berikut ̂ . PDRB sektor konstruksi PDRB sektor perdagangan PDRB sektor komunikasi PDRB sektor keuangan P DRB p er Ka p it a P DRB p er Ka p it a P DRB p er Ka p it a P DRB p er Ka p it a Gambar 11 Grafik PDRB per kapita dengan PDRB sektor jasa.

3.4 Menentukan Model Persamaan Terbaik

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Di Kabupaten Karo

2 65 87

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Batu Bara

1 42 75

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kota Medan

8 90 39

Analisa Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kab. Dairi

1 27 80

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Di Kabupaten Labuhan Batu

0 35 94

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Di Kabupaten Asahan

0 3 51

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KAWASAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb) Di Kawasan Subosukowonosraten Surakarta, Boyolali, Sukoharjo,Karanganyar, Wonogiri, S

1 2 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KAWASAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb) Di Kawasan Subosukowonosraten Surakarta, Boyolali, Sukoharjo,Karanganyar, Wonogiri, S

0 2 18

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KABUPATEN ASAHAN.

0 1 29

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) DI INDONESIA ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) DI INDONESIA TAHUN 1978 – 2004.

0 1 11