1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akhir-akhir ini masyarakat sangat selektif dalam memilih produk kebutuhan sehari-hari dan semakin peduli terhadap lingkungannya. Surfaktan memainkan
peranan penting dalam bidang industri maupun produk konsumer. Perkembangan surfaktan tidak hanya dalam pencarian jenis surfaktan yang baru untuk suatu
aplikasi tertentu di suatu industri, tetapi aspek keramahan lingkungan menjadi suatu syarat utama. Oleh karena itu penelitian mengenai surfaktan ramah
lingkungan terus dilakukan hingga saat ini. Surfaktan Alkil Poliglikosida APG merupakan salah satu surfaktan yang
banyak dibutuhkan dan berpotensi sebagai surfaktan yang ramah lingkungan. Salah satu keunggulan dari surfaktan APG antara lain tidak beracun non toxic
sehingga permintaan dunia terhadap surfaktan APG menjadi meningkat. APG biasa digunakan pada formulasi beberapa produk seperti formulasi herbisida,
produk-produk perawatan badan, produk kosmetik maupun pemucatan kain tekstil.
Saat ini, kebutuhan akan surfaktan APG di Indonesia masih dalam bentuk impor. Impor surfaktan nonionik Indonesia pada tahun 2009 mencapai 18.176 ton
[1]. Permintaan surfaktan didunia international cukup besar. Pada tahun 2004, permintaan surfaktan sebesar 11,84 juta ton per tahun dan pertumbuhan
permintaan surfaktan rata-rata 3 per tahun [2]. Bahan baku untuk APG adalah karbohidrat dan alkohol lemak yang secara
alami terbentuk dan renewable [3]. APG dapat diperoleh dengan mereaksikan fatty alcohol dengan karbohidrat menggunakan katalis asam.
Selama ini alkil poliglikosida banyak diproduksi melalui proses transasetilasi indirect method antara glukosa dengan alkohol menggunakan proses dua tahap
yang memerlukan peralatan dan biaya yang lebih mahal [4]. Atas dasar pemikiran yang telah dipaparkan, maka pada penelitian ini akan dilakukan sintesis alkil
poliglikosida dengan menggunakan proses asetilasi direct method, dimana
2 alkohol lemak yaitu dekanol C
10
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membuat surfaktan alkil poliglikosida dengan menggunakan satu tahap, yaitu tahap asetilasi,
seperti yang dipaparkan pada Tabel 1.1 berikut: direaksikan dengan D-glukosa menggunakan
HCl sebagai katalis dimana prosesnya hanya berlangsung satu tahap.
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu Pembuatan Alkil Poliglikosida dengan Satu Tahap Bahan Baku
Variasi Kondisi Optimum
Referensi
Glukosa dan dodekanol
Rasio molar substrat 1:1; 1:2; 2:1
mol GL mol C12
Rasio molar substrat 2:1
dan konsentrasi katalis HCl 0,3
M; 0,4M; 0,5M; 0,6M
mol GL mol C12
Swasono dkk., 2012 [4]
dan konsentrasi HCl 0,6 M
Pati sagu dan Dodekanol
Rasio molar substrat 1:2,5 sampai 1:6
mol sagu mol C12
dan temperatur 100–120 Rasio sagu : dodekanol
1:4,83 C
mol sagu mol C12
dan temperatur 114,03 Suryani dkk.,
2007 [5] C
Glukosa dan dodekanol
Rasio molar substrat 1:3 sampai 1:6
mol GL mol C12
dan temperatur 100–120 Rasio sagu : dodekanol
1:4,83 C
mol GL mol C12
dan temperatur 114 Indrawanto.
2008 [2] C
Pada proses asetilasi ada beberapa faktor yang berpengaruh diantaranya suhu reaksi, waktu asetilasi, kecepatan pengadukan, jumlah reaktan serta jumlah pelarut
[6]. Salah satu permasalahan dalam proses pengolahan karbohidrat dan alkohol lemak menjadi APG yaitu kelarutan monosakarida, oligosakarida, dan
polisakarida terhadap alkohol lemak [7]. Selain itu pemilihan katalis berpengaruh terhadap kecerahan dan DP dari produk akhir alkil poliglikosida yang dihasilkan
[8]. Dari berbagai latar belakang yang telah disebutkan maka pada penelitian ini
akan diteliti pengaruh konsentrasi katalis dan rasio molar substrat pada pembuatan surfaktan decyl poliglikosida, untuk mendapatkan informasi penting terkait
pengaruh konsentrasi katalis dan rasio molar substrat pada pembuatan decyl poliglikosida dari D-glukosa dan dekanol dengan proses asetalisasi sehingga
metode ini nantinya dapat dikembangkan untuk skala industri.
3
1.2 Perumusan Masalah