13 berlangsung selama 3 jam dengan temperatur reaksi 95
Tahapan proses setelah asetilasi adalah proses netralisasi. Netralisasi bertujuan untuk menghentikan proses asetilasi agar tidak terjadi hidrolisis lanjut
yang dapat menyerang glukosa. Pada proses netralisasi ditambahkan basa hingga tercapai suasana basa yaitu pada pH sekitar 7,5-12 [8]. Basa yang digunakan pada
penelitian ini adalah sodium hidroksida NaOH. Penggunaan larutan NaOH sangat dianjurkan karena NaOH tidak bereaksi terhadap alkohol atau produk.
Proses netralisasi dilakukan pada suhu 70 C. Gambar rangkaian alat
pada proses asetilasi dapat dilihat pada lampiran 4.
Setelah tahapan netralisasi dilanjutkan tahapan berikutnya yaitu tahapan distilasi. Distilasi ini bertujuan untuk menghilangkan fatty alcohol yang tidak
bereaksi. Proses distilasi dilakukan dengan temperatur tinggi dan tekanan rendah atau vakum untuk dapat menguapkan fatty alcohol yang tidak bereaksi. Hasil
akhir proses distilasi akan diperoleh alkyl polyglucosides APG kasar berbentuk cair atau pasta yang berwarna coklat dan berbau kurang enak.
C dan pada tekanan normal. Pengukuran pH diukur sebelum dan sesudah proses netralisasi.
2.7 Karakteristik Alkil Poliglikosida dengan Spektroskopi FTIR
Energi dari kebanyakan vibrasi molekul berhubungan dengan daerah vibrasi molekul yang di deteksi dan diukur pada spektroskopi inframerah. Spektra di
daerah merah dapat dipergunakan untuk mempelajari sifat-sifat bahan, perubahan struktur yang sedikit saja dapat memberikan perubahan yang dapat diamati pada
spektrogram panjang gelombang vs transmitansi. Perubahan ini sangat spesifik dan merupakan sidik jari suatu molekul dengan membandingkan spektogram yang
dihasilkan oleh bahan yang diuji terhadap bahan yang sudah diketahui secara
kualitatif.
Penerapan secara kualitatif dapat dilakukan dengan membandingkan fungsi peak transmitan pada panjang gelombang terkait yang dihasilkan oleh zat-zat
yang diuji dan zat standar. Spektra inframerah terutama ditujukan untuk senyawa organik yaitu gugus fungsi yang dimiliki oleh senyawa tersebut [23]. Karakteristik
peak untuk APG C
10
, C
12
dan C
14
ditunjukkan pada Tabel 2.2.
14 Tabel 2.2 Karakteristik Peak APG
Keterangan Panjang Gelombang cm
-1
C
10
C APG
12
C APG
14
APG O – H
3,200–3,400 3,200–3,400
3,200–3,400 C – O
1,056 1,055
1,040 CHO
1,731 1,716
1,715 Eter
1,152 1,150
1,122 Sumber: El-Sukkary dkk. 2008 [3]
2.8 Potensi Ekonomi Decyl Poliglikosida
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pemenuhan kebutuhan surfaktan nonionik di Indonesia masih dalam bentuk impor. Kombinasi kinerja alkil
poliglikosida APG sebagai surfaktan nonionik dengan sifat tidak beracun nontoxic, tidak menyebabkan iritasi pada kulit dan ramah lingkungan
biodegradable mengakibatkan permintaan terhadap surfaktan ini mencapai 60.000 tontahun [2]. Pengembangan surfaktan ini sebagai bahan intermediate
masih terbuka lebar, mengingat sumber bahan baku untuk memproduksinya yang melimpah dan potensi pasar yang cukup besar dalam berbagai industri herbisida,
personal care, kosmetik dan industri tekstil. Untuk itu perlu dikaji potensi ekonomi untuk memproduksi decyl poliglikosida sebagai salah satu surfaktan
yang penting di masa mendatang. Bahan baku utama dalam pembuatan decyl poliglikosida antara lain dekanol,
glukosa, asam klorida dan natrium hidroksida. Perhitungan biaya bahan baku untuk memproduksi APG dilakukan dengan basis 1 ton glukosa. Perkiraan biaya
bahan baku dapat dilihat pada Tabel 2.3. Dari Tabel 2.3 dapat disimpulkan bahwa untuk memproses 1 ton glukosa
dibutuhkan biaya bahan baku sebesar Rp 77.498.559,61. APG kasar yaitu APG yang tidak melalui proses pemucatan menggunakan karbon aktif.
15 Tabel 2.3 Perkiraan Biaya Bahan Baku Pembuatan Decyl Poliglikosida
Bahan Baku Berat kg
Harga Rpkg Total Rp
Glukosa 1.000,00
6.500 6.500.000,00
a
Dekanol 4.125,87
17.106 70.577.132,22
a
Asam klorida 27,07
1973 53.409,11
a
Natrium Hidroksida 93,24
3.947 368.018,28
a
Total biaya APG Kasar 77.498.559,61
Harga APG Komersial 99.706.800,00
b
Sumber: a www.alibaba.com b www.aquatech-skincare.com
16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian