26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.12 Stabilitas Krim
Umumnya suatu emulsi diangkap tidak setabil secara fisika jika, fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk agregat
dari bulatan-bulatan, jika bulatan-bulata atau agregat dari agregat naik ke permukaan atau turun kedasar emulsi tersebut akan membentuk suatu lapisan
bekat dari fase dalam, dan jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau
pada dasar emulsi, yang merupakan hasil dari bergabungnya bulatan-bulatan fase dalam. Disamping itu suatu emulsi mungkin sangat dipegaruhi oleh kontaminasi
dan pertumbuhan mikroba Ansel,.2005. Ketidakstabilan fisika dari sediaan ditandai dengan adanya pemucatan
warna atau munculnya warna, timul bau, perubahan atau emisahan fase, pecahnya emulsi, pengendapan suspensi atau caking, perubahan konsistensi, pertumbuhan
kristal, terbentuknya gas, dan perubahan fisik lainnya. Kestabilan dari emulsi ditandai dengan tidak adanya penggabungan fase dalam, tidak adanya creaming,
dan memberikan penampilan, bau, warna dan fisik lainnyayang baik Martin, et al., 1983 Ketidakstabilan dalam emulsi farmasi dapat digolongkan sebagai
berikut :
a. Flokulasi dan creaming
‘Creaming’ merupakan pemisahan dari emulsi menjadi beberapa lapis cairan, dimana masing-masing lapis mengandung fase dispersi yang berbeda
Anief., 1987. Creaming ke arah atas terjadi dalam suatu emulsi am atau ma yang tidak stabil dimana fase terdispersi mempunyai kerapatan lebih kecil
daripada kerapatan fase luar. Creaming ke arah bawah dalam emulsi yang tidak stabil dimana kerapatan fase dalam lebih besar daripada kerapatan fase luar
Ansel,.2005. b.
Koalesen dan pecahnya emulsi crecking atau breaking Creaming adalah suatu proses yang bersifat dapat kembali, berbeda
dengan proses creaking pecahnya emulsi yang bersifat tidak dapat kembali Anief.,1987. Hal ini dikarenakan lapisan pelindung disekitar bulatan-bulatan
fase terdispersi tidak ada lagi Ansel.,2005.
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
3.1.1 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai Maret 2014 hingga September 2014. 3.1.2
Tempat Penelitian
Untuk proses ekstraksi kulit buah manggis Garcinia mangostana L. dan uji aktivitas dilakukan di laboratorium penelitian 1 sedangkan formulasi dilakukan
di laboratorium penelitian 2 Program Strudi Famasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan Penelitian
Ekstrak etanol 50 kulit buah manggis Garcinia mangostana L. yang telah dikarakterisasi oleh Narulita 2014, Vitamin C, Lanolin anhidrat Bratako,
Vaselin Bratako, Asam stearat Bratako, Dimeticon Bratako, Gliserin Bratako, Span 60, Tween 80, Propilenglikol Bratako, Metylparaben Bratako,
Propylparaben Bratako, DPPH Sigma, Metanol P.A Merck, aquadest. 3.2.2
Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah rotary evaporator EYELA digital water bath, gelas ukur 100 ml Pyrex, batang pengaduk besar,
corong besar, erlenmeyer 500 ml Schot Duran, spatula besar, botol maserasi, cawan penguap besar, gelas kimia 100 ml Pyrex, refrigerator Panasonic,
corong buchner Pyrex, neraca analitik digital Wiggen Hauser, hot plate, lumpag, alu, spektrofotometer UV-Vis Hitachi, pH meter, erlenmayer 2000 ml
Schot Duran, gelas ukur, pipet tetes, batang pengaduk, cawan penguap, termometer, sentrifugator, vakum, kertas saring, Homogenizer, pH meter Navi,
micropipet effendrof reference 100 L, 200 L, dan 1000 L, Viskometer
Brookfield Haake, Sentrifugator.