4.2 KoefIsien Determinasi R
2
Pertama sekali akan dilakukan uji determinasi untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model, yaitu variabel independen menerangkan variasi variabel
dependen. Hal ini dilakukan sebelum uji hipotesis. Nilai koefisien determinasi R
2
dapat dilihat pada table 4.1 di bawah ini:
Table 4.1 Nilai Koefisien Determinasi
Model Summary
b
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .541
a
.293 .238
218.3976 Sumber : Output SPSS, diolah penulis, 2015.
Nilai koefisien determinan R
2
yang hasilnya sebesar 0,293 atau 27,30 . Ini berarti apabila variabel bebas dikurang maka pengaruhnya lebih besar terhadap
tingkat harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa 23,80 harga saham dipengaruhi oleh CAR, RORA, ROA dan LDR dan sisanya sebesar 76,20 di pengaruhi oleh
variabel diluar penelitian Ghojali 2006;154
4.3 Analisis Hasil Penelitian
4.3.1 Analisis Statistik Deskriptif
Informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diproleh dari
www.idx.co.id berupa data keuangan sampel perusahaan perbankan dari
tahun 2011 sampai tahun 2013. Variable dari penelitian ini terdiri dari Capital Adequacy Ratio CAR, Return On Risked Asset RORA, Return on Assets ROA,
dan Load to Deposit Ratio LDRsebagai variable independen dan harga saham sebagai variabel dependen. Statistik deskriptif dari variabel tersebut dari perusahaan
perbankan selama periode 2011-2013 disajikan dalam table berikut.
Table 4.2 Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation HARGA SAHAM
57 43.0
876.0 373.123
250.2607 CAR
57 9.41
23.19 15.5082
3.52475 RORA
57 2.09
83.21 21.6807
14.28495 ROA
57 .43
4.45 2.1316
1.13780 LDR
57 44.24
104.42 81.2114
10.86961 Valid N listwise
57
Sumber : Output SPSS, diolah penulis, 2015. Berdasarkan table 4.1 dapat dilihat bahwa nilai terendah dari harga saham adalah
sebesar 43.0 yang bermakna bahwa sesungguhnya terdapat sejumlah emiten yang memiliki harga saham yang rendah yang terdaftaf di BEI. Sedangkan harga saham
yang tertinggi adalah 876.0 yang menunjukkan bahwa emiten telah tumbuh dan berkembang dengan baik dan diharapkan terus berkembang dimasa yang akan dating.
Secara rata-rata dapat dilihat bahwa harga saham emiten yang menjadi sampel dalam penelitian ini berada pada kisaran harga sebesar
373.123.
Nilai CAR terendah adalah 9.41 dan tertinggi sebesar 23.19, hal ini berarti bahwa perusahaan perbankan yang listing di BEI memiliki tingkat kecukupan modal
yang dapat menunjang aktiva yang mengandung risiko adalah berkisar 9.41 hingga 23,19 sedangkan secara rata-rata yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
sebesar 15,5082. Nilai RORA terendah adalah 2,09 dan tertinggi sebesar 83,21 hal ini berarti
bahwa perusahaan perbankan yang listing di BEI memiliki kemampuan dalam mengoptimalkan aktiva yang mengandung risiko untuk memproleh laba. Sedangkan
secara rata-rata yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebesar 21.6807. Nilai ROA terendah adalah 0,43 dan tertinggi sebesar 4,43 yang menunjukkan
bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan laba berdasarkan nilai ROA adalah 0,43 hingga 4,43. Rata-rata nilai ROA sepanjang waktu penelitian ini adalah sebesar
2.1316. Dari table diatas dapat dilihat nilai LDR terendah adalah 44,24 dan tertinggi
adalah sebesar 104,42. Situasi nilai tersebut menunjukkan bahwa selama penelitian bank dapat dikatakan likuidapabila nilai LDR perusahaan perbankan yang telah
delisting di BEI berkisar 44,24 hingga 104,42 sedangkan rata-rata nilai LDR sepanjang waktu penilaian ini adalah sebesar 81.2114.
4.4 Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukanpengujian untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh penaksiran yangterbaik.Adapun uji
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas,multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.
4.4.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal Ghozali,2006:147.Uji
normalitas dilakukan dengan melihat penyebaran data titik padasumbu diagonal pada grafik.
Hasil perhitungan normalitas data pada lampiran menunjukkan bahwa penyebaran data titik berada di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal 45 , dengan demikian menunjukkan bahwa data-data pada variabel
penelitian berdistribusi normal Ghozali, 2006. Lebih jelasnya gambar mengenai penyebaran plot pada uji normalitas dapat di lihat pada grafik normalitas berikut:
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalita
Sumber : Output SPSS, diolah oleh penulis, 2015
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas
Sumber : output SPSS, diolah penulis 2015.
4.4.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antar variiabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak
orthogonal.Multikolinearitas terjadi jika nilai VIF Varian inflation factor 10; dan jika tolerance 0,1. Berikut ini adalah hasil uji multikolinearitas dalam penelitian ini :
Table 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error
Beta Tolerance
VIF Constant
24.759 265.652
.093 .926 CAR
-3.949 8.875
-.056 -.445 .658
.870 1.149
RORA .628
2.187 .036
.287 .775 .873
1.146 ROA
118.240 29.167
.538 4.054 .000
.773 1.293
LDR 1.773
2.697 .077
.657 .514 .991
1.009 a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Sumber : Output SPSS, diolah penulis,2015. Dari hasil analisis program SPSS, pada bagian koefisien untuk keempat variabel
independen terlihat bahwa nilai tolerance dari variabel CAR 0,870; RORA 0,873; ROA 0,773 dan LDR 0,991. Sedangkan VIF CAR 1,149; RORA 1,146; ROA 1,293
dan LDR 1,009.Dari angka-angka tersebut dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini bebas dari masalah multikolinearitas.
4.4.3 Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresiterjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatanyang lain. Jika
ada pola yang tertentu, maka telah terjadi heteroskedastisitas.Jikatidak ada pola yang
jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 4.3 Hasil Uji Heterokedastisitas
Sumber : Output SPSS, diolah penulis, 2015. Berdasarkan gambar 4.2 di atas, dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam
penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas. Karena titik-titiknya menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y.
4.4.4 Uji Autokorelasi
uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi liner ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode sebelumnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.Untuk mendeteksi autokorelasi dilakukan pengujian Durbin- Watson.
Table 4.4 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .541
a
.293 .238
218.3976 1.526
a. Predictors: Constant, LDR, ROA, RORA, CAR b. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Sumber : Output SPSS, diolah penulis,2015. Asumsi diterima tidak terdapat autokorelasi jika du d 4-du Ghozali, 2006:100.
Dari Tabel Durbin-Watson, untuk n = 57, k = 4 diperoleh: dl = 1,515; du = 1,739 sehingga 4 – du = 4 – 1,739 = 2,261. Pada bagian Model Summary pada tabel 4.6 di
atas, terlihat angka D-W sebesar 1,526.Karena angka ini terletak antara du 1,739 dan 4-du 2,261, maka hal ini berarti pada model regresi tidak ada autokorelasi
positif atau negatif, atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.
4.5 Uji Hipotesis
4.5.1 Analisis Regresi Berganda
Untuk mengetahui pola pengaruh variabel bebas dalam penelitian ini, maka disusun persamaan regresi berganda.Regresi berganda dalam penelitianinidigunakan untuk
mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas CAR, RORA,ROA dan LDR terhadap variabel terikat Perubahan Harga Saham.Analisis regresi tersebut menghasilkan
koefisien-koefisien regresi yangmenunjukkan arah hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variabelterikat.Berdasarkan perhitungan komputer program
statistik SPSS 22 forwindows diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
PHS = 24.759 - 3.949 CAR + 0.628 RORA + 118.240 ROA + 1.773 LDR Dimana :
PHS : Perubahan Harga Saham CAR :Capital Adequacy Ratio
RORA :Return on Risk Asset ROA :Return on Asset
LDR :Loan to Deposit Ratio Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa variabel bebas yang palingberpengaruh
adalah ROA dengan koefisien sebesar 118,240.Kemudian diikutioleh variabel CAR dengan koefisien sebesar 3,949, LDR dengan koefisien1,773.Sedangkan variabel
yang berpengaruhpaling rendah yaitu variabel RORA dengan nilai koefisien 628.Dari persamaantersebut dapat dilihat bahwa ROA berpengaruh positif terhadapperubahan
harga saham, yang berarti bahwa meningkatnya nilai ROAsehingga harga saham juga meningkat. Sedangkan CAR, LDR dan RORAmemberikan pengaruh negatif terhadap
perubahan harga saham, yang berartimeningkatnya CAR, LDR dan RORA mengakibatkan menurunnya harga saham.
4.5.2 Uji t Uji Farsial
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen, yaitu CAR, RORA, ROA dan LDR terhadap variabeldependennya, yaitu perubahan
harga saham perusahaan perbankan yang go publicdi BEI tahun 2011 hingga 2013. Pengambilan keputusan didasarkan padaprobabilitas signifikansi 0,05 5.
Table 4.5 Hasil Uji Parsial
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error
Beta Tolerance
VIF Constant
24.759 265.652
.093 .926
CAR -3.949
8.875 -.056
-.445 .658
.870 1.149
RORA .628
2.187 .036
.287 .775
.873 1.146
ROA 118.240
29.167 .538
4.054 .000
.773 1.293
LDR 1.773
2.697 .077
.657 .514
.991 1.009
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Sumber : Output SPSS, diolah penulis 2015. Uji Signifikansi masing-masing variabel diuraikan sebagai berikut :
1. Capital Adequacy Ratio CAR
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 22.0For Windows seperti terlihat pada Tabel 4.7 di atas, diperoleh nilai signifikansi untuk
variabel CAR sebesar 0,658. Ketentuan pengambilan keputusan hipotesisditerima atau ditolak didasarkan pada besarnya nilai signifikansi. Jika signifikansilebih kecil
atau sama dengan 0.05 ≤ 0.05 maka hipotesis kerja diterima dansebaliknya. Hasil
penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.658 0.05,maka disimpulkan bahwa hipotesis kerja H
1
yang berbunyi “Terdapat pengaruh negatif antara Capital Adequacy Ratio CAR terhadap perubahan harga sahamperusahaan perbankan yang
go public di Bursa Efek Indonesia BEI”, ditolak.
2. Return on Risk Asset RORA Variabel RORA memiliki nilai signifikansi sebesar 0,003 pada tingkat
signifikansi 0,05. Karena 0,775 0,05 maka Hipotesis kerja H
2
yang berbunyi “Terdapat pengaruh negatif Return on Risked Asset RORA terhadap perubahan
harga saham perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek IndonesiaBEI”
ditolak .
3. Return on Asset ROA Variabel ROA memiliki t hitung sebesar 4,054 dan nilai signifikansi sebesar
0,000 pada tingkat signifikansi 0,05. Karena 0,000 0,05 maka Hipotesis kerja H
3
yang berbunyi “Terdapat pengaruh positif Return on Asset ROA terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek
Indonesia BEI” diterima.
4. Loan to Deposit Ratio LDR
Variabel LDR memiliki t hitung sebesar 657 dan nilai signifikansi sebesar 0,514 pada tingkat signifikansi 0,05. Karena 0,514 0,05 maka Hipotesis kerja H
4
yang berbunyi “Terdapat pengaruh negatif Loan to Deposit Ratio LDR terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek
Indonesia BEI” ditolak. 4.5.3
Uji F Uji Simultan
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara variabel Capital CAR, RORA, ROA dan LDR secara bersama-sama simultan terhadap variabel perubahan
harga saham pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia BEI, dilakukan Uji F Uji Simultan. Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan dapat
dilihat pada tabel berikut:
Table 4.6 Hasil Uji Simultan
ANOVA
a
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression 1027033.871
4 256758.468
5.383 .001
b
Residual 2480270.270
52 47697.505
Total 3507304.140
56 a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
b. Predictors: Constant, LDR, ROA, RORA, CAR
Sumber :Output SPSS, diolah penulis 2015. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 22.00 For
Windows, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,001 dan signifikan pada 0,05. Hal ini berarti Capital Adequacy Ratio CAR, Return on Risked Asset RORA, Return
OnAsset ROA dan Loan to Deposits Ratio LDR secara bersama-sama simultan berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan yang
go public di Bursa EfekIndonesia BEI.
4.6 Pembahasan Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang didasarkan pada hasil pengolahan data, yang terkait dengan judul, permasalahan, dan hipotesis penelitian, maka dalam penelitian
ini ada beberapa hal yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
A. Pengaruh Capital Adequacy Ratio CAR Terhadap Perubahan HargaSaham
Menurut Kasmir 2003:76 CAR merupakan rasio keuangan yang mengukurkemampuan bank menanggung risiko yang mungkin timbul atas aktiva.
CARdimaksudkan untuk mengetahui kemampuan permodalan yang ada untuk menutupkemungkinan kerugian di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-
suratberharga.Menurut SK BI No. 3011KEPDIRTgl. 30 April 1997, nilai CARperusahaan perbankan tidak boleh kurang dari 8.
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa, Capital Adequacy Ratio CAR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham.Hasil ini tidak
sesuai dengan teori yang diungkapkan olehKasmir 2003:76, yangmenyatakan bahwa dengan CAR tinggi berarti bank tersebut semakin solvable,bank memiliki
modal yang cukup guna menjalankan usahanya sehingga akanmeningkatkan keuntungan yang diperoleh sehingga akan terjadi kenaikan padaharga sahamnya.
Capital Adequacy Ratio CAR tidak berpengaruh secara signifikanterhadap perubahan harga saham, disebabkan karena proporsi pembentuk modalsendiri pada
perusahaan perbankan banyak yang berasal dari modal pelengkap,yaitu dari modal pinjaman dan pinjaman sub-ordinasi. Hal ini berarti harusdiimbangi pula dengan
kemampuan bank untuk membayar hutang-hutangnya.Modal pinjaman yang besar berarti bahwa bank harus membayar biaya bungayang lebih besar pula.Jika kondisi
tersebut yang terjadi, meskipun sebuah bankmemiliki rasio CAR diatas 8, sewaktu- waktu dapat mengalami penurunan.Haltersebut menyebabkan investor menjadi
kurang memperhatikan CAR dalam berinvestasi, sehingga CAR tidak berpengaruh terhadap perubahan harga saham.
B. Pengaruh Return on Risk Asset RORA Terhadap Perubahan Harga Saham
Return on Risk Asset RORA merupakan rasio untuk mengukur kualitasaktiva yang berkaitan dengan kelangsungan usaha bank. RORA merupakan rasioantara
operating income dengan total loans dan investasi. Rasio ini berfungsiuntuk mengukur kemampuan bank dalam mengoptimalkan aktiva yangdimilikinya untuk
memperoleh laba. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia, nilai RORA yang sehat berada di atas 7,85 .RORA merupakan rasio untuk mengukur kualitas aktiva yang
berkaitan dengan kelangsungan usaha bank. RORA merupakan rasio antara operating income dengan total loans dan investasi. Rasio ini berfungsi untuk mengukur
kemampuan bank dalam mengoptimalkan aktiva yang dimilikinya untuk memperoleh laba. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia, nilai RORA yang sehat berada di atas
7,85. Hasil dari penelitian menunjukkan pengujian terhadap RORA menghasilkan
koefisien negatif.Adanya pengaruh negatif ini menunjukkan fakta bahwa selama ini
perusahaan banyak menanggung beban kerugian yang berasal dari kewajiban jangka panjang yang berisiko tinggi.Sehingga mengasilkan pengaruh negative bagi harga
saham.
C. Pengaruh Return on Asset ROA Terhadap Perubahan Harga Saham
Return on Asset ROA menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengukur efektivitas kinerja perusahaan dalam memperoleh laba dengan
memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Menurut Dendrawijaya 2003, semakin besar ROA suatu bank, maka semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan
asset. Bank Indonesia mengisyaratkan tingkat ROA yang baik diatas 1,22. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi
penggunaan aset. Hasil penelitian pada variabel keempat menunjukkan ROA berpengaruh secara positif signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan
perbankan yang go public di BEI.Tingkat ROA merupakan gambaran kemampuan bank untuk memperoleh laba pengembalian aset yang digunakan dalam operasi
perusahaan dengan menggunakan aset yang tersedia.Karenanya rasio ini tidak kalah penting digunakan dalam memprediksi perubahan harga saham.Rasio ini merupakan
perbandingan antara laba bersih yang diperoleh perusahaan dengan total aktiva.Dari rasio ROA para investor dapat mengetahui tingkat kemampuan perusahaan untuk
memperoleh laba.Pada ekonomi konvensional motif utama investor dalam menanamkan dananya adalah untuk pencapaian laba atau keuntungan maksimal.
Jadi apabila suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut mampu menghasilkan laba yang tinggi pula. Dengan laba yang tinggi, akan
semakin tinggi pula besarnya deviden yang akan dibagikan kepada investor. Sinyal berupa peningkatan rasio ROA akan berdampak pada persepsi positif investor dalam
menilai perusahaan, sehingga rasio ROA berpengaruh secara positif signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan.
D. Pengaruh Loan to Deposit Ratio LDR Terhadap Perubahan Harga Saham
Loan to Deposit Ratio LDR menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit
yang diberikan sebagai sumber likuiditas. Semakin tinggi rasio LDR semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank Siamat, 1993. LDR yang tinggi berarti resiko
dalam berinvestasi menjadi tinggi. Dengan likuiditas bank yang rendah maka hal tersebut akan berdampak pada hilangnya kepercayaan konsumen pada bank tersebut.
Hasil penelitian pada variabel keempat menunjukkan LDR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan yang go
public di BEI. Nilai LDR mencerminkan kegiatan usaha atau operasi sehari-hari perbankan.Bagaimana operasinya dibiayai, apakah lebih banyak dari hutang atau
modal perusahaan. Investor akan lebih memilih bank-bank yang mampu membiayai operasinya dengan modal atau apabila harus dibiayai dengan hutang, maka bank
tersebut harus bisa mengembalikannya dengan asset yang dimiliki. Tingkat LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.Hal ini dikarenakan kredit yang
disalurkan oleh bank tidak banyak memberikan kontribusi laba, karena pada periode penelitian terdapat gap yang tinggi diantara bank-bank go public di BEI yang
beroperasi pada saat itu dalam mengucurkan kredit. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
minimum dan maksimum LDR yang berbeda cukup jauh, 44,24 dan 104,42. Hal ini mengindikasikan bahwa masih terdapat bank-bank yang kurang mengoptimalkan
dana pihak ketiga tetapi di sisi lain masih terdapat pula bank-bank yang berlebihan dalam memberikan kredit. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa investor kurang
memperhatikan rasio LDR dalam berinvestasi, sehingga tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap perubahan harga saham. E.
Pengaruh CAR, RORA, ROA dan LDR Terhadap Perubahan Harga Saham
Berdasarkan hasil dari analisis regresi dalam penelitian ini diketahui bahwa rasio CAR, RORA, ROA dan LDR secara bersama-sama berpengaruh terhadap
perubahan harga saham perusahaan perbankan yang telah go public, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu dasar atau pedoman bagi investor didalam memprediksi
perubahan harga saham dan membantu dalam pengambilan keputusan berinvestasi dalam bentuk saham. Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa 16,5 perubahan
harga saham perusahaan perbankan yang go public di BEI dapat dijelaskan oleh variabel CAR, RORA, ROA, dan LDR, sedangkan sisanya 83,5 dijelaskan oleh
sebab-sebab lain di luar model persamaan regresi. Hasil ini menunjukkan bahwa investor dalam pengambilan keputusan investasi mempertimbangkan tingkat
perubahan harga saham, tingkat pengembalian yang akan diperoleh dan juga mempertimbangkan kemampuan alat alat likuid dana dari pihak ketiga, pinjaman
yang diterima lebih dari tiga bulan, dan modal inti terhadap kewajiban hutang lancar perusahaan. Pandangan ini dapat diterima karena usaha pokok perbankan
adalah menghimpun dana masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali dalam
bentuk kredit. Dan tingkat perputaran piutang ini juga akan mempengaruhi pada
tingkat pencapaian
laba perusahaan. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk meminimalkan
resiko piutang atau memperkecil piutang tidak tertagih diantaranya memperkecil jumlah penjualan kredit dari keseluruhan penjualan, memperpendek batas waktu
pembayaran kredit, meminimalkan volume penjualan kredit dan melakukan penagihan piutang secara aktif. Sehingga kemampuan kinerja perusahaan perbankan
dalam mendapatkan laba akan tercapai. Hal ini dapat menarik para investor untuk bergabung dan membeli saham perusahaan. Karena prospek pertumbuhan perusahaan
juga dinyatakan dalam harga-harga saham, dan perusahaan-perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk setiap aktiva yang
dimiliki. Selain itu perusahaan perbankan yang mempunyai reputasi kinerja sehat atau baik dan fluktuasi profitabilitas cenderung meningkat dapat menandakan kondisi
pasar yang semakin bergairah. Kondisi ini juga mampu memikat para investor untuk menanamkan dananya melalui saham pada perusahaan perbankan yang go public di
BEI.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan