Gambar 4.8. Penyebaran retak pada pelat beton Serat 1
setelah umur beton 60 hari
4.5.5.2. Jumlah Retak
Dari hasil pengamatan diketahui retak yang terjadi pada setiap luasan 100 cm
2
variasi beton berbeda, baik dari pola penyebaran, jumlah, panjang dan lebar retak.
Variasi Campuran Jumlah Retak
Hari Hari Hari Hari
Hari Hari
Hari ke-1 ke-3 ke-7
ke-14 ke-28
ke-45 Ke-60
Serat 0 12
12 23
29 34
34 34
Serat 1 8
11 18
28 32
32 32
Tabel 4. 17 Jumlah retak selama pengamatan
Gambar 4.9. Grafik jumlah retak terhadap waktu pengamatan
4.5.5.3. Panjang Retak
Pengamatan lebar retak pada penelitian ini menggunakan pengamatan visual.
5 10
15 20
25 30
35 40
ke-1 ke-3
ke-7 ke-14
ke-28 ke-45
Ke-60 Serat 0
Serat 1
Jum la
h R e
ta k
Waktu Pengamatan Hari
Variasi Campuran Panjang Retak mm
Hari Hari Hari Hari
Hari Hari
Hari ke-1 ke-3 ke-7
ke-14 ke-28
ke-45 Ke-60
Serat 0 17.3 20.3 28.1
34.6 39.6
47.7 48.3
Serat 1 11.2 18.4 24.4
30.7 34.1
44.0 46.2
Tabel 4.18
Panjang retak maksimum
Gambar 4.10. Grafik Perubahan panjang retak terhadap waktu pengamatan
Hasil pengamatan visual dari pola retak pelat beton fiber tidak terlalu signifikan mengalami penurunan, hal ini mungkin di akibatkan dari factor suhu dari beton itu
sendiri dimana mutu beton yang di tinjau adalah k-400 yang memiliki suhu tinggi, karena semakin besar mutu beton semakin semakin besar suhu beton itu sendiri.
Polypropelyne adalah bahan yang tidak dapat mereduksi panas yang besar dan juga bahan yang tidak tahan panas, sehingga untuk mengurangi retak akibat suhu
serat polypropelyne tidak terlalu membantu.
10 20
30 40
50 60
ke-1 ke-3
ke-7 ke-14
ke-28 ke-45
Ke-60 Serat 0
Serat 1
Waktu Pengamatan Hari P
a nj
a ng
R e
ta k
m m
Kesimpulan dari penelian pertama dengan menggunakan Straping Band polos :
Dari data-data di atas maka perlu diadakan tes ulang untuk lebih mencari kegunaan dari serat polypropelyne dalam hal lain, dimana dari data yang
diperoleh diatas, hal positif yang didapat dari penambahan serat polypropelyne adalah pada tes uji tarik brequitte mortar, dimana terjadi peningkatan gaya tarik,
namun masih tidak terlalu besar. Oleh karena itu pada serat polypropelyne itu sendiri kita tingatkan keunggulannya dengan membuat suatu pola pada fiber untuk
mampu menambah gaya tarik beton tersebut. Tes yang akan di uji selanjutnya adalah uji lentur balok.
4.6 Hasil Tes Untuk Pemakain Serat Polypropylene Starping Band berpola
Gambar 4.11. Straping Bang Berpola
4.6.1. Nilai Slump Kadar Polypropylene
Nilai slump cm
12 3
9,5
Tabel 4.20 . Nilai Slump terdapat persentase polypropylene straping band berpola
Dari tabel dapat dilihat bahwa dengan meningkatnya persentase pemakaian polypropylene nilai slump menurun. Hasil slump dilakukan untuk mengukur
workability kelecakan adukan beton ada penelitian beton dengan kadar 0 diperoleh nilai slump rata-rata 12.0 cm, untuk kadar serat 3 diperoleh nilai
slump rata-rata 9.5 cm. . Nilai slump ini cenderung besar hal ini mungkin di sebabkan kesalahan pemberian jumlah air pada saat pengadukan beton, karena
pada beton mutu tinggi nilai slump berkisar antara 25 - 100 mm, sehingga nilai slump yang tinggi pada yes ini kemungkinan akan mengurangi kuat tekannya,
Nilai Slump mengalami penurunan pada penambahan 3 serat polypropelyne sebesar 20.83 .
Nilai slump menurun signifikan. Hal ini diakibatkan karena kemampuan penyerapan dari serat polypropelyne berpola yang besar.
Data yang di atas didapat dari masing-masing pengujian 3 sampel slump test.
Gambar 4.12. Grafik Nilai Slump Terhadap Kadar Bahan Tambah Polypropylene
Straping Bang berpola
5 10
15
3 12
9.5
N ila
i S lu
m p
cm
Persentase Slag
Pengaruh Persentase Slag Terhadap Slump
4.6.2. Kuat Tarik Brequit Beton