Slump Test Pengawasan Kualitas Quality Control

Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan 3. Setelah adukan beton diatuangkan dalam kerucut Abrams 13 dari tinggi kerucut abrams maka dilakukan penusukan dengan tongkat sebanyak 25 kali dengan merata dan dalam tahapan ini yang harus diperhatikan jangan terlalu lama dalam penusukan dan penusukan harus konstan juga, kerucut Abrams tidak boleh terangkat . 4. Setelah dilakukan penusukan sebanyak 25 kali maka adukan beton dalam gerobak diaduk kembali untuk menjaga keplastisan adukan. Dan kemudian adukan dimasukkan kembali kedalam kerucut Abrams hingga ketinggian 23 tinggi kerucut Abrams . 5. Setelah dilakukan kembali pengisian adukan beton kedalam kerucut Abrams dengan ketinggian 23 dari tinggi kerucut Abrams, maka dilakukan penusukan kembali samai 25 kali dengan kekuatan konstan. Dalam tahapan ini hal yang harus diperhatikan dalam penusukan tidak boleh terlalu dalam, penusukan diusahan pada kedalaman lapisan pertama 13 tinggi kerucut . 6. Setelah dilakukan penusukan 25 kali pada lapisan kedua maka dilakukan kembali pengisian adukan beton kedalam kerucut Abrams hingga penuh dan dilakukan penusukan kembali sebanyak 25 kali pada lapisan ketiga . 7. Setelah dilakukan penusukan sebanyak 25 kali pada lapisan ketiga maka pada bagian atas kerucut Abrams diratakan hingga pada bagian ujung kerucut Abrams rata dan datar. Maka dengan mendatarkan pada bagian ujung kerucut Abrams sehingga memastikan bahwa adukan dalam kondisi penuh didalam kerucut . 8. Setelah kerucut Abrams terisi penuh dan sudah didatarkan dengan sendok spesi maka didiamkan selama kurang lebih 30 detik sambil membersihkan sisi kerucut abrams . 9. Setelah kira-kira 30 detik maka dilakukan proses pengangkatan dengan kecepatan 5±2 detik dengan kecepatan konstan dan pengangkatan tegak lurus . Setelah dilakukakan proses pengangkatan kerucut Abrams maka ukur tinggi jatuhnya material adukan beton dengan menegakkan kerucut Abrams dan meletakkan tongkat penusuk diatas kerucut Abrams. Maka dengan menggunakan meteran tinggi jatuh material dapat diketahui dengan melakukan pengukuran. Dan setelah dilakukan pengukuran maka langkah selanjutnya menyimpulkan nilai slumnya masuk dalam ketentuan yang diminta atau tidak, jika masuk maka beton boleh langsung digunakan untuk pengecoran . Gambar 4.41 Pengukuran Slump Beton Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan Nilai slump beton dapat dicari dengan cara menghitung penurunan benda uji terhadap puncak kerucut Abrams dalam 3 sisi bagiannya H1, H2, H3. Lalu ambil nilai rata – rata dari penurunan yang terjadi . Slump= H 1+H 2+H 3 3 Keterangan : H1= tinggi sampel pertama H2= tinggi sampel kedua H3= tinggi sampel ketiga Tabel 4.1 Nilai Slump Untuk Berbagai Pekerjaan Beton No. Uraian Slump cm Max Min 1 Dinding, plat pondasi telapak bertulang 12,5 6,5 2 Pondasi telapak tidak bertulang, kaison, dan 9 2,5 3 Plat lantai, balok, kolom, dan dinding 15 7,5 4 Pengerasan jalan 7,5 5 5 Pembetonan missal 7,5 2,5 Sumber : SNI M-12-1989-F Pengujian slump beton yang digunakan adalah dalam bentuk SSD, seperti pada gambar dibawah ini : Gambar 4.42 Pengujian Slump Beton dalam Bentuk SSD Sumber :google searching

4.7.2 Kuat Tekan Beton Berdasarkan SNI

Kuat tekan beton adalah muatan maximum yang dapat dipikul dari persatuan luas. Kuat tekan beton harus direncanakan dengan baik sesuai dengan gaya yang akan bekerja pada konstruksi. Kuat tekan beton pada umumnya dipengaruhi oleh : 1. Faktor air semen Makin rendah faktor air semen makin tinggi kuat tekannya namun terkadang makin rendah faktor air semen maka kekuatannya pun semakin rendah . 2. Umur beton Kuat tekan beton bertambah sesuai dengan bertambahnya umur beton tersebut, kuat tekan beton yang maximum terdapat pada usia 28 hari . 3. Jenis semen Jenis semen akan menyebabkan kenaikan kuat tekan beton yang berbeda. Kualitas semen sangat mempengaruhi kekuatan dari beton yang dihasilkan walaupun sesuai dengan takarannya. Jika hasil kuat tekan beton tidak sesuai dengan yang diharapkan ini berarti kualitas semen tersebut rendah . 4. Jumlah semen Jumlah semen yang sedikit, berarti jumlah air juga sedikit sehingga adukan beton sulit untuk dipadatkan dan kuat tekan beton menjadi rendah . 5. Perawatan Perawatan yang dimaksud adalah yang dilakukan setelah adukan beton dituangkan kedalam cetakan. Perawatan itu biasanya berupa penyiraman beton menggunakan air dengan tujuan menjaga kelembapan beton tersebut . 6. Sifat agregat Sifat agregat yang paling berpengaruh adalah kekerasan optimum dan gradasi agregat yang digunakan. Adapun jenis gradasi agregat yang bagus digunakan Slump Encer Slump plastis Slump Sejati Kental adalah jenis gradasi menerus dengan tujuan meminimalkan celah atau pori yang akan terjadi . Dalam menentukan kuat tekan beton,dapat menggunakan benda uji kubus bersisi 15 cm, atau benda uji silinder berdiameter 15 cm dengan tinggi 30 cm, sehingga didapat perbandingan kuat tekan beton yang terdapat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Perbandingan Kuat Tekan Beton Terhadap Berbagai Benda Uji Benda uji Perbandingan kekuatan beton Kubus 15 x 15 x 15 1 Kubus 20 x 20 x 20 0,95 Silinder Ø15,tinggi 30 cm 0,83 Sumber : SNI 03 - 1974 – 1990 Pada proyek Pembangunan Rumah Sakit Daerah Pekanbaru ini, jenis benda uji kuat tekan beton yang digunakan oleh Laboratorium PT. SHJ dan Laboratorium Uji Bahan Universitas Riau adalah benda uji berbentuk kubus dengan ukuran 15 cm x 15 cm, tinggi 15 cm dan benda uji berbentuk silinder dengan ukuran diameter 15 cm, tinggi 30 cm. Gambar 4.43 Benda Uji Kuat Tekan Sumber : PT Pembangunan Perumahan PP, 2015 Prosedur Pengujian Kuat Tekan : a. Pembuatan Benda Uji 1 Siapkan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk pengujian ini. Alat alat yang harus disiapkan adalah cetakan kubus dan silinder yang terbuat dari baja, kerucut Abraham, tongkat penusuk terbuat dari besi, sendok spesi, sendok semen dan gerobak