Kuat Tekan Beton Berdasarkan SNI

adalah jenis gradasi menerus dengan tujuan meminimalkan celah atau pori yang akan terjadi . Dalam menentukan kuat tekan beton,dapat menggunakan benda uji kubus bersisi 15 cm, atau benda uji silinder berdiameter 15 cm dengan tinggi 30 cm, sehingga didapat perbandingan kuat tekan beton yang terdapat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Perbandingan Kuat Tekan Beton Terhadap Berbagai Benda Uji Benda uji Perbandingan kekuatan beton Kubus 15 x 15 x 15 1 Kubus 20 x 20 x 20 0,95 Silinder Ø15,tinggi 30 cm 0,83 Sumber : SNI 03 - 1974 – 1990 Pada proyek Pembangunan Rumah Sakit Daerah Pekanbaru ini, jenis benda uji kuat tekan beton yang digunakan oleh Laboratorium PT. SHJ dan Laboratorium Uji Bahan Universitas Riau adalah benda uji berbentuk kubus dengan ukuran 15 cm x 15 cm, tinggi 15 cm dan benda uji berbentuk silinder dengan ukuran diameter 15 cm, tinggi 30 cm. Gambar 4.43 Benda Uji Kuat Tekan Sumber : PT Pembangunan Perumahan PP, 2015 Prosedur Pengujian Kuat Tekan : a. Pembuatan Benda Uji 1 Siapkan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk pengujian ini. Alat alat yang harus disiapkan adalah cetakan kubus dan silinder yang terbuat dari baja, kerucut Abraham, tongkat penusuk terbuat dari besi, sendok spesi, sendok semen dan gerobak 2 Ambil beton segar yang akan digunakan dalam proses pengecoran yang beton tersebut sudah dilakukan pengujian slump dan nilai slump sesuai dengan ketentuan. Maka beton segar tersebut dimasukkan kedalam cetakan kubus dan silinder 3 Isi cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, setiap lapisan berisi kira-kira 13 isi cetakan. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali secara merata atau dengan memukul-mukul dengan palu karet hingga gelembung udara tidak kelihatan lagi 4 Setelah dilakukan pemadatan dengan cara menusuk-nusuk maka dilakukan proses perataan benda uji dengan menggunakan sendok spesi hingga datar dan melektakkan benda uji pada tempat yang aman 5 Biarkan beton dalam cetakan selama 24 jam dan letakan pada tempat yang bebas getaran serta ditutup oleh bahan yang kedap air . b. Penyimpanan Benda Uji 1. Setelah selesai percetakan benda uji dirawat selama ± 24 jam 2. Setelah ± 24 jam, keluarkan benda uji dari cetakan 3. Rawat benda uji sampai batas waktu yang telah ditentukan. c. Pengujian Kuat Tekan Untuk pengujian kuat tekan pada beton dilakukan setelah umur beton 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Pengujian kuat tekan beton mengacu pada tabel 4.3 dibawah ini . Tabel 4.3 Perbandingan Kuat Tekan Beton pada Berbagai Umur Umur Beton 3 7 14 21 28 90 365 Semen Portland Biasa 0,4 0,65 0,88 0,95 1 1,2 1,35 Semen Portland yang 0,55 0,75 0,9 0,95 1 1,15 1,2 Sumber : google searching Pemeriksaan uji kuat tekan pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit Daerah Pekanbaru dilakukan pada tanggal 20 Mei 2015 dan 12 Oktober 2015. Kesimpulan dari hasil pemeriksaan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut. Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Uji Kuat Tekan Beton dalam Usia 28 Hari untuk K- 300 Tanggal Pemeriksaan Sampel Ukuran Sampel cm Luas Tekan cm² Kuat Tekan rata-rata kgcm² Jumlah Kode 20 Mei 2015 10 K-300 15×15 225 500,8 12 Oktober 2015 11 K-300 15×30 176.6 329,13545 Sumber : Laboratorium Teknologi Bahan Teknik Sipil Universitas Riau dan PT. SEMANGAT HASRAT JAYA SHJ Dapat dilihat dari data diatas bahwa pemeriksaan sudah memenuhi standar dimana nilai kuat tekan rata-rata benda uji lebih besar dari nilai mutu beton K-300 .

4.8 Pengendalian Waktu

Pengendalian waktu suatu proyek sangat penting karena dengan adanya pengendalian waktu ini maka proyek akan siap tepat waktu seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak. Salah satu jalan untuk pengendalian waktu proyek yaitu dengan Pembuatan Time Schedule Jadwal waktu . Adapun tujuan pembuatan time schedule ini adalah : 1. Untuk menentukan lamanya waktu pelaksanaan yang telah ditentukan sesuai dengan rencana. 2. Sebagai pedoman bagi kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan sehingga pekerjaan dapat berjalan sebagaimana mestinya. 3. Untuk mengontrol kemajuan pekerjaan sehingga bila terjadi keterlambatan akan dapat dicari jalan keluarnya. 4. Mengontrol pengeluaran biaya untuk pelaksanaan proyek. Salah satu aspek keberhasilan dalam suatu proyek adalah apabila proyek tersebut dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Untuk mencapai hal tersebut, upaya yang harus dilakukan adalah dengan pengendalian dan pengontrolan waktu pelaksanaan.

4.8.1 Time Schedule

Pada pengaturan jadwal pelaksanaan proyek, pihak kontraktor harus menyusun jadwal Time Schedule seperti terlihat pada Lampiran 6. Penyusunan jadwal ini sangat diperlukan agar pekerjaan dapat berjalan lancar, efesien dan efektif sesuai dengan kontrak sehingga dapat memberikan keuntungan pada perusahaan. Beberapa hal yang disusun oleh kontraktor untuk pengendalian waktu proyek adalah : 1. Master Schedule Yaitu jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan yang disusun berdasarkan urutan dari saat proyek dimulai sampai proyek berakhir.Master Schedule merupakan pedoman untuk membuat kurva S perencanaan dan kurva S aktual pekerjaan yang telah dilaksanakan, Sehingga dapat dinilai kemajuan pekerjaan secara keseluruhan. 2. Monthly Schedule Yaitu jadwal kerja yang disusun pada minggu terakhir setiap bulan yang berisi rencana pelaksanaan berbagai bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan pada bulan berikutnya. 3. Weekly Schedule Yaitu jadwal rencana pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam satu minggu. 4. Daily Schedule Yaitu jadwal kerja harian yang disusun dengan mengacu kepada Weekly Schedule. 4.8.2 Kurva S Rencana jadwal pekerjaan di lapangan dibuat dan disusun oleh kontraktor berdasarkan laporan harian, mingguan, bulanan kemudian disusun dalam suatu diagram atau disebut juga dengan kurva S. Tahapan waktu pelaksanaan proyek dibuat dengan skala waktu tiap minggu. Pada tiap minggu tercantum jumlah persentase bobot pekerjaan baik untuk mingguan