sekarang menjadi tenang. Suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut dengan otitis media akut stadium perforasi.
1
2.3.7.5 Stadium Resolusi
Gambar 2.7 Stadium resolusi
34
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya
kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah , maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. OMA dapat berubah menjadi otitis media
supuratif kronis OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa sequele menetap
berupa otitis media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.
1
2.3.8. Gejala Klinik
Gejala klinik OMA tergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri didalam telinga,
keluhan di samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, disamping rasa
nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh ditelinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh yang
tinggi dapat sampai 39,5 C pada stadium supurasi, anak gelisah dan sukar tidur, tiba
– tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak memegang telinga sakit. bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir
ke liang telinga , suhu tubuh turun dan anak tertidur tenang.
1
2.3.9 Terapi
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pada stadium oklusi tuba eustachius pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius,
sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Untuk itu diberikan obat tetes hidung HCL efedrin 0,5 dalam larutan fisiologik anak 12 tahun atau HCL
efedrin 1 dalam larutan fisiologik untuk yang berumur diatas 12 tahun dan pada orang dewasa. Disamping itu sumber infeksi harus diobati. Antibiotika diberikan
apabila penyebab penyakit adalah kuman, bukan oleh virus ataupun alergi.
1
Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan
miringotomi.
1
Pada stadium supurasi disamping diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi, bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi
gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.
1
Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat keluarnya sekret
secara berdenyut pulsasi. Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H
2
O
2
3 selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya sekret dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.
1
Sebelum tahun 1965, banyak antibiotika yang efektif digunakan untuk otitis media. Streptococcus pneumoni sensitif terhadap penisilin sedangkan Hemophilus
influenza dan M. kataralis dapat diterapi dengan eritromisin, aminopenisilin atau sulfonamide. Sejalan dengan penggunaan antibiotika yang semakin luas, resistensi
beberapa mikroorganisme terhadap antibiotika semakin berkembang. Mikroorganisme penghasil betalaktamase semakin sering dijumpai pada kultur
telinga tengah suatu OMA. Resistensi terhadap eritromisin juga meningkat di antara
strain H. influenza sehingga pilihan terapi beralih ke sulfametoksazol-trimetoprim, amoksisilinklavulanat co-amoxiclav, dan sefalosporin generasi kedua dan ketiga.
26
Terapi standar permulaan suatu OMA adalah amoksisilin, 40 mgkgBB dalam 24 jam dibagi dalam 3 dosis, atau ampisilin 50-100 mgkgBB dalam 24 jam dibagi
dalam 4 dosis, minimal selama 10 hari. Pada individu yang alergi terhadap penisilin, kombinasi eritromisin 40 mgkgBB dalam 24 jam dan sulfisoksazol 120 mgkgBB
dalam 24 jam dibagi dalam 4 dosis dapat digunakan dan sama efektifnya dengan amoksisilin.
35
Jika mikroorganisme penghasil betalaktamase diduga sebagai penyebab, pemberian jam dibagi dalam 3 dosis atau sulfametoksazoltrimetoprim, 8 mgkgBB
trimetoprim dan 40 mgkgBB sulfametoksazol dalam 24 jam dapat digunakan dalam 2 dosis terbagi. Sefiksim, 8 mgkgBB dalam satu dosis atau cefprozil 15 mgkgBB
dalam 24 jam dalam 2 dosis terbagi juga dapat digunakan.
35
Kebanyakan pasien yang menerima terapi antibiotika untuk OMA akan menunjukan perbaikan yang signifikan dalam waktu 48 jam. Timpanosintesis untuk
kultur bakteri dan tindakan miringotomi dapat dilakukan pada penderita yang tidak mengalami perbaikan setelah 48 jam terapi antibiotika empiris. Penderita sebaiknya
diperiksa ulang selama mendapatkan terapi untuk memastikan keefektifan pengobatan yang diberikan.
35
Terapi tambahan seperti pemberian analgetika, antipiretika dan dekongestan oral dapat diberikan. Dekongestan topikal dan oral dapat menghilangkan sumbatan hidung
dan memberikan aerasi tuba eustachius meskipun efikasinya belum dapat dibuktikan.
35
Rekomendasi terapi antibiotik pada anak dengan OMA berdasarkan pedoman pengobatan OMA di Korea :
12
1. Antibiotik lini pertama o Amoksisilin dosis tinggi, 80-90 mgkghari.
o Amoksisilin dosis standar, 40-50 mgkghari jika usia anak 24 bulan, belum pernah diberi antibiotik dan anak tidak di titipkan di tempat penitipan anak.
o Bila alergi penisilin :
Hipersensitivitas tipe 1 : macrolides.
Bukan hipersensitivitas tipe 1
: cephalosporin. 2. Antibiotik lini ke-2 langsung diresepkan antibiotik lini ke-2 pada OMA berat
o Amoksisilinclavulanate 14:1 80-906,4 mgkghari. o Amoksisilinclavulanate 7:1 40-506,4 mgkghari + amoksisilin 40
mgkghari. o Amoksisilinclavulanate 4:1 23-266,4 mgkghari + amoksisilin 57-64
mgkghari. o Bila alergi penisilin:
Hipersensitifitas tipe 1
: clindamycin.
Bukan hipersensitivitas tipe 1 : ceftriaxone parenteral, 50 mgkghari,
3. Antibiotik lini ke-3 Ceftriaxone parenteral, 50 mgkghari x 3 hari.
2.3.10 Prognosis