Pengolahan Data Citra Prosedur Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2008 bertempat di Bagian Hutan Bancar Kesatuan Pemangkuan Hutan Jatirogo di bawah pengelolaan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

B. Data

Data yang digunakan selama penelitian meliputi: 1. Citra IKONOS Bagian Hutan Bancar perekaman tanggal 9 Oktober 2006. 2. Peta Kelas Hutan wilayah Bagian Hutan Bancar KPH Jatirogo. 3. Hasil inventarisasi tegakan tahun 2007. 4. Data Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan RPKH jangka 1979-1988, jangka 1988-1998, jangka 1998-2007, dan jangka 2008-2017.

C. Perangkat Keras Hardware dan Perangkat Lunak Software

Perangkat keras yang digunakan dalam penelitian ini adalah komputer dengan perangkat lunak meliputi: 1. Arc View 3.2 dan ERDAS Imagine 9.1 untuk pengolahan dan analisis data citra dan data spasial geografis, 2. Stella Research 8 dan Microsoft Excel untuk pembuatan model perhitungan etat hasil hutan.

D. Prosedur Penelitian

1. Pengolahan Data Citra

1.1 Koreksi Geometrik Koreksi geometrik dilakukan untuk memudahkan fusi citra dengan sumber data lain agar tidak mengalami distorsi ukuran luas, dan memungkinkan dilakukan perbandingan piksel demi piksel Jaya 2007. Koreksi geometrik dapat dilakukan dengan rektifikasi citra ke citra image to image rectification maupun dari peta ke citra map to image rectification. Koreksi dilakukan dengan membuat titik kontrol lapangan Ground Control Point GCP yang merata di seluruh areal citra. Titik GCP yang dipilih umumnya berupa obyek yang relatif tidak berubah dalam kurun waktu lama misal persimpangan jalan. Ukuran dalam menilai poses koreksi adalah nilai Root Mean Square Errors RMSE, yang mencerminkan keakuratan persamaan transformasi. RMSE dianjurkan tidak melebihi 0,5 piksel dan dinyatakan dalam rumus berikut: 2 2 l l p p RMSE − + − = dimana : p’ = koordinat estimasi kolom p = koordinat asli kolom l’ = koordinat estimasi baris l = koordinat asli baris Ground Control Point GCP yang dipilih pada citra IKONOS KPH Jatirogo tahun 2006 sebanyak 27 buah dan tersebar secara merata pada citra Gambar 3. Nilai RMSE hasil pemilihan titik kontrol citra IKONOS tahun 2006 berada di bawah anjuran yang ditentukan 0,5 piksel yaitu sebesar 0,0003. Rincian nilai RMSE disajikan pada Lampiran 1. Gambar 3 Sebaran Ground Control Point GCP pada citra IKONOS Citra IKONOS KPH Jatirogo Kombinasi Band Red-Green-Blue Perekaman 09 Oktober 2006 2.1 Penyekatan Citra Cropping Penyekatan citra Cropping dilakukan untuk mengurangi dimensi data yang digunakan untuk memfokuskan pada areal penelitian sehingga pemrosesan citra dapat berlangsung lebih cepat. Penyekatan citra dilakukan dengan menggunakan peta batas hutan Bagian Hutan Bancar. Hasil cropping Bagian Hutan Bancar disajikan pada Gambar 4. Gambar 4 Citra IKONOS Bagian Hutan Bancar 3.1 Deskripsi Penutupan lahan Deskripsi penutupan lahan diperoleh dari data hasil pengecekan lapangan groundcheck dan bantuan peta kelas hutan yang digunakan sebagai kelas dalam klasifikasi citra. Luas tiap penutupan lahan dihitung dengan melakukan proses on sreen digitizing pada citra. Dari hasil digitasi terhadap citra IKONOS wilayah Bagian Hutan Bancar, dapat dibedakan menjadi beberapa obyek seperti tanaman jati Kelas Umur Muda KU I- KU II, Kelas Umur Sedang KU III- KU IV, Kelas Umur Tua KU V-up, Tanah Kosong, Tanaman Jati Bertumbuhkan Kurang TJBK, Enclave, Tanaman Jenis Kayu Lain TJKL, dan Areal Tak Produktif untuk jati. Pada Tabel 3 disajikan definisi masing-masing tutupan lahan di Bagian Hutan Bancar. Tabel 3 Definisi Tutupan Lahan Bagian Hutan Bancar No. Tutupan lahan Definisi 1. Kelas Umur KU Hutan tanaman jati produktif dengan kerapatan bidang dasar KBD minimal 0,6 dimana masing-masing kelas umur meliputi 10 tahun. 2. Miskin Riap MR Hutan jati yang berdasarkan keadaannya tidak memuaskan yaitu tidak ada harapan memiliki riap yang cukup KBD 0,3-0,5. 3. Tanah Kosong TK Lapangan yang gundul dan dianggap akan memberi permudaan yang berhasil baik setelah ditanami jati juga termasuk lahan produktif yang belum ditanami dan tanah kosong yang terjadi karena kegagalan tanaman. 4. Tanaman Kayu Lain TKL Tanaman kayu lain yang dibuat pada tempat- tempat dimana jati dapat tumbuh. 5. Tanaman Jati bertumbuhkan Kurang TJBK Tanaman jati yang sebagian besar rusak volume 6-25 m 3 ha dengan kerapatan bidang dasar 0,05-0,3. 6. Hutan Lindung HL Kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah yang ditunjuk dengan surat keputusan pemerintah. 7. Lapangan dengan Tujuan Istimewa Ldti Lapangan yang telah diberi tujuan istimewa sehingga tidak disediakan untuk menghasilkan kayu secara teratur waduk, rawa, mata air, kuburan, dll. 8. Enclave Lapangan yang digunakan bukan untuk produksi jati pertanian, pemukiman di kawasan hutan jati. Sumber: Perum Perhutani 1974 Proses on screen digitizing dilakukan berdasarkan penampakan obyek pada citra serta dengan menggunakan bantuan data rujukan yaitu peta kelas hutan wilayah Bagian Hutan Bancar dan data hasil inventarisasi tegakan. Dari hasil digitasi diperoleh Kelas Umur I memiliki pesentase luas tertinggi yaitu seluas 1.908,29 ha 29,69 Tabel 4. Pada Gambar 5 disajikan peta tutupan lahan Bagian Hutan Bancar hasil proses digitasi dan pada Tabel 5 disajikan tampilan tutupan lahan di citra IKONOS serta di lapangan. Tabel 4 Luas Penutupan Lahan Bagian Hutan Bancar Hasil Digitasi Citra Penutupan Lahan Luas Ha Persentase KU I 1.908,29 29,69 KU II 620,06 9,65 KU III 360,49 5,61 KU IV 237,48 3,70 KU V 11,31 0,18 KU VI 111,97 1,74 KU VII 54,79 0,85 KU VIII 140,54 2,19 Miskin riap 149,21 2,32 Tanah Kosong 546,35 8,50 Tanaman Kayu Lain TKL 119,63 1,86 Tanaman Jati Bertumbuhkan Kurang TJBK 1.538,41 23,94 Hutan Lindung 13,58 0,21 Lahan dengan Tujuan Istimewa Ldti 215,25 3,35 Areal tak Produktif lainnya 208,86 3,25 Enclave 190,31 2,96 Jumlah 6.426,53 100,00 Gambar 5 Peta Tutupan Lahan Bagian Hutan Bancar Tabel 5 Tampilan Tutupan Lahan Citra IKONOS Bancar No . Penutupan Lahan Tampilan Citra IKONOS Tampilan di Lapangan 1. KU I 2. KU II 3. KU III 4. KU IV No . Penutupan Lahan Tampilan Citra IKONOS Tampilan di Lapangan 5. KU V 6. KU VI 7. KU VII 8. KU VIII No . Penutupan Lahan Tampilan Citra IKONOS Tampilan di Lapangan 9. MR Miskin Riap 10. TK Tanah Kosong 11. TKL Tanaman Kayu Lain 12. TJBK Tanaman Jati Ber- tumbuh- kan Kurang No . Penutupan Lahan Tampilan Citra IKONOS Tampilan di Lapangan 13. HL Hutan Lindung 14. Ldti Lahan dengan Tujuan Istimewa 15. Enclave 4.1 Perhitungan potensi tegakan 1 Pengambilan contoh Pengambilan contoh yang dilakukan di citra n untuk pendugaan potensi tegakan sebanyak 93 plot. Contoh diambil berdasarkan keterwakilan kelas umur dan bonita kesesuaian tempat tumbuh. Dimensi tegakan yang diukur pada citra adalah diameter rata-rata tajuk dan kerapatan tajuk dengan plot contoh berbentuk lingkaran dengan luas 0,1 ha. 2 Pengukuran kerapatan tajuk dan diameter tajuk Pembagian kelas potensi pada citra didasarkan pada kerapatan tajuk crown density dan diameter rata-rata tajuk crown diameter. Klasifikasi kelas C dan D untuk plot contoh di Bagian Hutan Bancar disajikan pada Lampiran 2. Metode pengukuran kerapatan tajuk dengan menggunakan lingkaran berjari-jari 17,85 m Gambar 6 yang telah dibagi menjadi 16 bagian yang sama besar, selanjutnya ditaksir persentase penutupan tajuknya dengan rumus C= n16 x 100 dimana n adalah jumlah bagian pada lingkaran yang tertutup tajuk. Pada Tabel 6 disajikan contoh kelas kerapatan tajuk pada citra. Untuk pengukuran diameter, diambil minimal 3 pohon contoh untuk rata-rata pengukuran diameter. Penentuan klasifikasi kelas kerapatan tajuk C menurut Jaya 2006 yaitu: a. C1 untuk kerapatan tajuk 10-30 b. C2 untuk kerapatan tajuk 31-50 c. C3 untuk kerapatan tajuk 51-70 d. C4 untuk kerapatan tajuk 71-100 Gambar 6 Lingkaran untuk penaksiran persentase penutupan tajuk Tabel 6 Contoh Kelas Kerapatan Tajuk pada Citra IKONOS No Kelas C Tampilan citra IKONOS No Kelas C Tampilan citra IKONOS 1. C1 25 3. C3 62,5 2. C2 37,5 4. C4 87,5 Klasifikasi untuk diameter rata-rata tajuk D meliputi: a. D1 untuk diameter rata-rata tajuk 10 m b. D2 untuk diameter rata-rata tajuk 10-20 m c. D3 untuk diameter rata-rata tajuk 20 m 3 Penyusunan persamaan regresi Penyusunan persamaan regresi dan pemilihan parameter tegakan di citra yang akan digunakan sebagai peubah bebas dibuat sesederhana mungkin namun memiliki ketelitian yang cukup tinggi. Pada penelitian ini, persamaan penduga potensi yang akan dikembangkan antara lain: a. Persamaan linier : V= a + b.C; V= a + b.D b. Persamaan polynomial : V= a + b 1 .C + b 2 .C 2 ; V= a + b 1 .D + b 2 . D 2 c. Persamaan eksponensial : V= a e b.D ; V= a e b.C dimana: V= volume; C= kerapatan tajuk; D= diameter tajuk 4 Pemilihan persamaan terbaik Untuk mendapatkan persamaan yang akan digunakan, maka terdapat beberapa pertimbangan antara lain: a. Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan terhadap model guna mengetahui keberartian hubungan peubah pada citra x dengan volume di lapangan y. Analisis yang digunakan dalam pengujian hipotesis adalah analisis ragam. Tabel 7 Analisis Ragam untuk Regresi Sederhana Sumber keragaman db derajat bebas JK Jumlah Kuadrat KT Kuadrat Tengah F hit Regresi p-1 JKR=b.JHK xy KTR=JKRdbr KTRKTS Sisa n-p JKS=JKT-JKR KTS=JKSdbs Total n-1 JKT=JK y Keterangan : p = banyaknya parameter n = banyaknya plot contoh b = JHK xy JK x JK y = n y y n i i n i i 2 1 1 2 ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ∑ ∑ = = JK x = n x x n i i n i i 2 1 1 2 ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ∑ ∑ = = JHK xy = n y x y x n i i n i i i n i i 1 1 1 ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ∑ ∑ ∑ = = = Hipotesis yang diuji adalah: Dengan wilayah kritik: H : β i = 0; i =1,2,3,...,p Fhit ≤ Ftabel : terima H H 1: sekurang-kurangnya ada satu β i ≠ 0 Fhit Ftabel : tolak H b. Koefisien determinasi dan koefisien determinasi terkoreksi yang tinggi. Koefisien determinasi adalah ukuran dari besarnya keragaman peubah tidak bebas yang dapat diterangkan oleh keragaman peubah bebasnya. Perhitungan besarnya koefisien determinasi untuk melihat tingkat ketelitian dan keeratan hubungan yang dinyatakan dengan rumus: 100 x JKT JKR sq R = − dimana: R-sq = koefisien determinasi JKR = jumlah kuadrat regresi JKT = jumlah kuadrat total Koefisien determinasi terkoreksi adalah koefisien determinasi yang telah dikoreksi dengan derajat bebas db dari JKS dan JKT-nya dengan menggunakan rumus: 100 1 x n JKT p n JKS adj sq R − − = − dimana; R-sqadj = koefisien determinasi terkoreksi JKS = jumlah kuadrat sisa JKT = jumlah kuadrat total n = jumlah contoh p = jumlah parameter c. Persamaan harus sederhana dan mudah digunakan, dimana memuat sedikit peubah bebas, mudah dalam mengukur peubah bebas, dan potensi kesalahan rendah.

2. Penyusunan Model Perhitungan Etat

Dokumen yang terkait

AKTIVITAS HUBUNGAN MASYARAKAT (HUMAS) PERUM PERHUTANI PASCA BENCANA ALAM BANJIR DI WILAYAH RESORT POLISI HUTAN LEBAKHARJO BAGIAN KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN DAMPIT (STUDY PADA HUMAS PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (KPH) MALANG)

0 5 2

AKTIVITAS HUMAS PERUM PERHUTANI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (KPH) PARENGAN DALAM PENGEMBANGAN WISATA ALAM GOA PUTRI ASIH DI MONTONG TUBAN (Studi pada Humas Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Parengan di Bojonegoro)

0 4 3

Tingkat Pendapatan Usaha Tani Tumpang Sari Hutan di Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro

0 9 128

Sosial Ekonomi Petani Tambak Tumpangsari di Kawasan Perhutani Sosial, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Cikiong, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwakarta, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, Resort Polisi Hutan (RPH) Cibuaya Suatu Studi Diagnosis

0 4 5

Penggunaan Teknik Kriteria Ganda Dalam Pemilihan Metode Pengaturan Hasil Pada Tingkat Kesatuan Pengelolaan Hutan (Studi Kasus Pada Tiga Kesatuan Pemangkuan Hutan Perum Perhutani)

1 11 152

Upaya Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Barat dalam Mengurangi Laju Kerusakan Hutan

9 49 120

Kajian kelestarian produksi hasil hutan kayu jati (Tectona grandis L.f) KPH Jatirogo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

1 15 55

Model Rantai Nilai Kayu Jati (Tectona Grandis L.F) di Kesatuan Pemangkuan Hutan Bojonegoro Perum Perhutani Unit Ii Jawa Timur

0 8 75

Studi Penyusunan Model Pengaturan Hasil Hutan Dengan Menggunakan Pendekatan Sistem Di Kph Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah

0 3 93

Tingkat Pendapatan Usaha Tani Tumpang Sari Hutan di Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro

0 8 118