Penyusunan Model Perhitungan Etat

100 x JKT JKR sq R = − dimana: R-sq = koefisien determinasi JKR = jumlah kuadrat regresi JKT = jumlah kuadrat total Koefisien determinasi terkoreksi adalah koefisien determinasi yang telah dikoreksi dengan derajat bebas db dari JKS dan JKT-nya dengan menggunakan rumus: 100 1 x n JKT p n JKS adj sq R − − = − dimana; R-sqadj = koefisien determinasi terkoreksi JKS = jumlah kuadrat sisa JKT = jumlah kuadrat total n = jumlah contoh p = jumlah parameter c. Persamaan harus sederhana dan mudah digunakan, dimana memuat sedikit peubah bebas, mudah dalam mengukur peubah bebas, dan potensi kesalahan rendah.

2. Penyusunan Model Perhitungan Etat

Penyusunan model perhitungan etat dilakukan dengan menggunakan software Stella Research 8, dengan tahapan: 1.2 Formulasi Model Konseptual Model konseptual menggambarkan hubungan antar komponen yang terdapat dalam model atau sistem. Penyusunan model pengaturan hasil hutan terdiri atas tiga sub model yaitu sub model dinamika luas tegakan, sub model dinamika jumlah pohon dalam tegakan, dan sub model pengaturan hasil hutan. 1 Sub Model Dinamika Luas Tegakan Sub model ini menggambarkan dinamika luas tegakan yang senantiasa berubah menurut waktu dengan adanya perubahan luas dari setiap kelas umur yang ada sebagai akibat dari kegiatan pengusahaan hutan. Model terdiri atas delapan buah state variable yang masing-masing merupakan luas setiap tanaman pada kelas umur I sampai kelas umur VIII ke atas Luas I sampai Luas VIII up. Setiap tahun terjadi perubahan luas yang berasal dari penambahan luas tanaman baru penanaman. Besarnya penanaman ditentukan oleh etat luas dan sisa luas produktif yang belum ditanami luas produksi. Luas tegakan juga mengalami perubahan karena bertambahnya kelas umur tanaman pindah I sampai pindah VIII up . Besarnya luas tanaman yang berpindah dinyatakan sebagai proporsi luas tanaman yang tidak mengalami gangguan akibat kematian atau perubahan penutupan lahan proporsi pindah I sampai proporsi pindah VII up. Luasan tanaman yang mengalami kematian atau perubahan penutupan lahan dinyatakan dengan pengurangan luas I sampai pengurangan luas VIII up. Sub model dinamika luas tegakan disajikan pada Gambar 7. LUAS I LUAS II LUAS III LUAS IV LUAS V LUAS VI LUAS VII LUAS VIII up penanaman pindah II pindah III pindah IV pindah V pindah VI pindah VII pindah VIII up pengurangan luas VIII up prop pindah II prop pindah III prop pindah IV prop pindah V prop pindah VI prop pindah VII prop pindah VIII up pengurangan luas I pengurangan luas II pengurangan luas III pengurangan luas IV pengurangan luas V pengurangan luas VI pengurangan luas VII luas produksi Luas tebang VI Luas tebang VII Luas tebang VIII up Luas tebang V etat luas SUB MODEL DINAMIKA LUAS TEGAKAN Gambar 7 Sub Model Dinamika Luas Tegakan 2 Sub Model Dinamika Jumlah Pohon Tegakan Sub model ini menggambarkan jumlah pohon pada setiap kelas umur tanaman pohon I sampai pohon VIII up. Perubahan dalam jumlah pohon berasal dari sejumlah pohon yang masuk ke masing-masing state jumlah pohon pada setiap kelas umur tanaman jumlah pohon tanam sampai upgrowth VII, yang berasal baik dari penanaman dan pertambahan umur tegakan. Selain itu juga terdapat sejumlah pohon yang keluar Out I sampai Out VIII up, karena adanya penebangan, kematian alami, penjarangan, maupun akibat gangguan dari pencurian. Sub model dinamika jumlah pohon tegakan disajikan pada Gambar 8. POHON I POHON II POHON III POHON IV POHON V POHON VI POHON VII POHON VIII up jml phn tanam Upgrowth I Upgrowth II Upgrowth III Upgrowth IV Upgrowth V Upgrowth VI Upgrowth VII Out VIII prop masuk II prop masuk III prop masuk IV prop masuk V prop masuk VI prop masuk VII prop masuk VIII up Out I Out II Out III Out IV Out V Out VI Out VII Pohon per Ha penanaman Tebang pohon VI Tebang pohon VII Tebang Pohon VIII up penanaman Tebang pohon V SUB MODEL DINAMIKA JUMLAH POHON TEGAKAN Gambar 8 Sub Model Dinamika Jumlah Pohon Tegakan 3 Sub Model Pengaturan Hasil Hutan Hal penting dalam model ini adalah pengaturan hasil, yaitu penentuan etat tebangan berupa etat volume dan etat luas yang dapat dilaksanakan di Bagian Hutan Bancar berdasarkan potensi tegakan yang dimiliki. Penentuan etat volume didasarkan pada volume tegakan persediaan yang dihitung dari jumlah pohon pada masing-masing kelas umur yang dikalikan dengan volume per pohon pada masing-masing kelas umur tersebut. Etat luas diperoleh dari penjumlahan luas setiap kelas umur dibagi dengan daurnya. Sub model ini dibuat untuk menggambarkan pengaturan hasil dengan daur 80 tahun yang saat ini digunakan di KPH Jatirogo khususnya di Bagian Hutan Bancar. Data aktual yang dibutuhkan adalah data total luas dan total volume dari tegakan jati yang dimiliki perusahaan yang kemudian dibandingkan dengan input berupa data hasil interpretasi citra IKONOS. Sub model disajikan pada Gambar 9. 2.2 Spesifikasi Model Kuantitatif Hubungan antar komponen dalam model disusun dengan menggunakan persamaan matematik. Persamaan disusun berdasarkan data dan informasi mengenai potensi dan pertumbuhan tegakan. 3.2 Evaluasi Model Evaluasi dilakukan dengan membandingkan prediksi model dengan data dari dunia nyata. Kaidah statistik yang dapat digunakan untuk mengevaluasi model adalah Uji Khi Kuadrat x 2 . Model dianggap dapat menjelaskan kondisi dunia nyata, jika keragaman pada hasil simulasi model tidak berbeda nyata dengan keragaman dari sistem nyata. Persamaan Uji Khi Kuadrat x 2 yang digunakan yaitu: ∑ − = nyata el nyata Y Y Y hitung X 2 mod 2 dimana:Y model = data hasil simulasi model Y nyata = data dari sistem nyata Dengan hipotesis uji: Dengan wilayah kritik: H : Y model = Y nyata X 2 hitung X 2 tabel terima H H 1 : Y model ≠ Y nyata X 2 hitung X 2 tabel tolak H 4.2 Penggunaan Model Tahapan ini dilakukan dengan menjalankan atau mengeksekusi model yang telah disusun untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan yang ingin diselesaikan problem solving serta analisis dan interpretasi dari hasil simulasi. LUAS I LUAS II LUAS III LUAS IV LUAS V LUAS VI LUAS VII LUAS VIII up Total luas KU Daur Etat Volume POHON I POHON II POHON III POHON IV POHON V POHON VI POHON VII POHON VIII up V per pohon I Volume I V per pohon II Volume II V per pohon III Volume III V per pohon IV Volume IV V per pohon V Volume V V per pohon VI Volume VI V per pohon VII Volume VII V per pohon VIII up Volume VIII Total Volume Standing Stock Volume tebang Sisa Vol tebang VIII Volume VIII Sisa Vol tebang VII Volume VII Tebang pohon VI V per pohon VI Tebang pohon VII V per pohon VII Tebang Pohon VIII up V per pohon VIII up LUAS VI LUAS VII LUAS VIII up Pohon per Ha VI Pohon per Ha VII Pohon per Ha VIII Total luas KU etat luas Tebang pohon V V per pohon V Sisa Vol Tebang VI Volume VI Pohon per Ha V LUAS V SUB MODEL PENGATURAN HASIL HUTAN Gambar 9 Sub Model Pengaturan Hasil Hutan Gambar 10 Diagram Alir Pengolahan Citra Gambar 11 Diagram Alir Penyusunan Model Perhitungan Etat Selesai Citra Terklasifikasi Data potensi tegakan Model Perhitungan Etat Spesifikasi Model Formulasi model Mulai Evaluasi Model Model ditolak diterima Citra area Koreksi geometrik Penyekatan Citra Cropping Peta kelas umur Citra terklasifikasi Klasifikasi dan digitasi citra Perhitungan potensi dari citra Mulai Penyusunan model penduga potensi tegakan Selesai ditolak diterima

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Dokumen yang terkait

AKTIVITAS HUBUNGAN MASYARAKAT (HUMAS) PERUM PERHUTANI PASCA BENCANA ALAM BANJIR DI WILAYAH RESORT POLISI HUTAN LEBAKHARJO BAGIAN KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN DAMPIT (STUDY PADA HUMAS PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (KPH) MALANG)

0 5 2

AKTIVITAS HUMAS PERUM PERHUTANI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (KPH) PARENGAN DALAM PENGEMBANGAN WISATA ALAM GOA PUTRI ASIH DI MONTONG TUBAN (Studi pada Humas Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Parengan di Bojonegoro)

0 4 3

Tingkat Pendapatan Usaha Tani Tumpang Sari Hutan di Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro

0 9 128

Sosial Ekonomi Petani Tambak Tumpangsari di Kawasan Perhutani Sosial, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Cikiong, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwakarta, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, Resort Polisi Hutan (RPH) Cibuaya Suatu Studi Diagnosis

0 4 5

Penggunaan Teknik Kriteria Ganda Dalam Pemilihan Metode Pengaturan Hasil Pada Tingkat Kesatuan Pengelolaan Hutan (Studi Kasus Pada Tiga Kesatuan Pemangkuan Hutan Perum Perhutani)

1 11 152

Upaya Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Barat dalam Mengurangi Laju Kerusakan Hutan

9 49 120

Kajian kelestarian produksi hasil hutan kayu jati (Tectona grandis L.f) KPH Jatirogo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

1 15 55

Model Rantai Nilai Kayu Jati (Tectona Grandis L.F) di Kesatuan Pemangkuan Hutan Bojonegoro Perum Perhutani Unit Ii Jawa Timur

0 8 75

Studi Penyusunan Model Pengaturan Hasil Hutan Dengan Menggunakan Pendekatan Sistem Di Kph Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah

0 3 93

Tingkat Pendapatan Usaha Tani Tumpang Sari Hutan di Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro

0 8 118