Macam-Macam Wewenang Pemerintahan Desa

2 Kelurahan yang dimaksud dalam ayat 1 dibentuk dengan memperhatikan syarat luas wilayah, jumlah penduduk dan syarat-syarat luas wilayah, jumlah penduduk dan syarat-syarat lain yang akan ditentukan lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri. 3 Pembentukan nama dan batas kelurahan diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. 4 Ketentuan tentang pemecahan, pengaturan dan penghapusan kelurahan diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri. 5 Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat 3, berlaku sesudah ada pengesahan dari pejabat yang berwenang.

B. Macam-Macam Wewenang Pemerintahan Desa

Kewenangan pemerintahan dalam Negara Kesatuan seperti Indonesia pada dasarnya adalah milik pemerintah pusat. Akan tetapi dengan kebijakan desentralisasi, pemerintah pusat menyerahkan kewenangan pemerintahan kepada daerah provinsi dan kabupatenkota. Apabila dicermati dari Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, penyerahan kewenangan pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah dilakukan dengan cara open end arrangement atau general competence Hanif Nurcholis, 2005: 76. Artinya, pusat menyerahkan kewenangan pemerintahan kepada daerah untuk menyelenggarakan kewenangan berdasarkan kebutuhan dan prakarsanya sendiri di luar kewenangan yang dimiliki pusat. 9 Penyerahan jenis kewenangan yang sifatnya luas kepada daerah kabupatenkota, menurut Dede Rosyada dilandasi oleh sejumlah pemikiran sebagai berikut: Pertama, makin dekat produsen dan distributor pelayanan publik dengan warga masyarakat yang dilayani, semakin tepat sasaran merata, berkualitas dan terjangkau pelayanan publik tersebut. Pemerintah daerah sebagai produsen dan distributor pelayanan publik dinilai lebih memahami aspirasi warga daerah, lebih mengetahui potensi dan kendala daerah, dan lebih mampu mengendalikan penyelenggaraan pelayanan publik yang berlingkup lokal. Kedua, penyerahan kewenangan luas kepada daerah dapat membuka peluang bagi aktor-aktor politik lokal dan sumber daya manusia yang berkualitas di daerah untuk mengajukan prakarsa, berkreativitas, dan melakukan inovasi karena kewenangan merencanakan, membahas, memutuskan, melaksanakan, mengevaluasi, dan akuntabilitas mengenai jenis kewenangan luas tersebut berada pada aktor politik lokal dan sumber daya manusia lokal yang berkualitas. 9 Diani Budiarto, dkk, Perspektif Pemerintahan Daerah Otonomi, Birokrasi, dan Pelayanan Publik, FISIP Universitas Djuanda, Bogor. 2005. h. 14. [Type a quote from the document or the summary of an interesting point. You can position the text box anywhere in the document. Use the Text Box Tools tab to change the formatting of the pull quote text box.] Ketiga, karena distribusi sumber daya manusia yang berkualitas tidak merata, dan kebanyakan berada di pusat dan kota-kota besar lainnya, maka penyerahan jenis kewenangan luas tersebut juga dimaksudkan agar sumber daya manusia yang berkualitas di pusat dan kota-kota besar diredistribusikan ke daerah. Keempat, pengangguran dan kemiskinan sudah menjadi masalah nasional yang tidak saja dipikulkan kepada pemerintah pusat semata. Akan tetapi dengan adanya penyerahan kewenangan tersebut diharapkan terjadi diseminasi kepedulian dan tanggung jawab untuk meminimalisir atau bahkan menghilangkan masalah tersebut sebagaimana dimaksudkan dalam tujuan awal dari otonomi daerah. Penyelenggaraan kewenangan pemerintahan daerah seperti itu dinamakan penyelenggaraan otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah ini berjalan dalam kerangka prinsip desentralisasi. Rondinelli dan Nellis memaknai desentralisasi sebagai the transfer of responsibility for planning, management, and the raising and allocation of resources from the central government and its agencies to field units of government agencies, subordinate units or levels of government, semi autonomous public authorities or corporations, areawide, regional or functional authorities, or non- governmental private or voluntary organizations. Desentralisasi, dari makna tersebut memiliki empat bentuk, yaitu: 1. Devolution, yaitu penyerahan urusan fungsi-fungsi pemerintahan dari pemerintah pusat atau pemerintah lebih atasnya kepada pemerintah di bawahnya sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah; 2. Deconcentration, yaitu pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat atau atasannya kepada para pejabat mereka di daerah; 3. Delegation, yaitu penunjukkan oleh pemerintah pusat atau pemerintah atasannya kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dengan pertanggungjawaban tugas kepada pemerintah atasannya; 4. Privatization, yaitu pengalihan kewenangan dari pemerintah kepada organisasi non-pemerintah baik yang berorientasi profit maupun non- profit. Prinsip devolution biasanya mengacu pada desentralisasi politik, deconcentration pada desentralisasi administrasi, dan delegation maupun privatization sebagai tugas sub-contracting. Penerapan prinsip-prinsip desentralisasi tersebut dapat melahirkan fungsi dan peran pemerintah daerah yang berbeda. Dalam konteks ini terdapat setidaknya dua modelperspektif untuk menggambarkan peran yang dimainkan oleh pemerintah daerah. 10 Pertama, autonomus model model otonom, menggambarkan bahwa pemerintah daerah secara relatif terpisah separated dari pemerintah pusat. Terlepas dari seberapa besar cakupan pemerintah daerah, dalam perspektif ini peran Negara sebatas memonitor aktivitas pemerintah daerah. Kemudian terdapat pemisahan yang jelas antara kewenangan pemerintah pusat dan kewenangan pemerintah daerah. Model otonom tersebut berakar dari sejarah dan budaya pemerintahan yang disebarkan oleh Inggris. Keberadaan pemerintah daerah bukanlah ciptaan pemerintah pusat walaupun keberadaannya terintegrasi dalam sistem nasional. Kecuali untuk beberapa hal, menurut Alderfer, karakteristik dasar pemerintahan daerah di Inggris adalah unit lokal yang bebas dari pengendalian kekuasaan di luarnya. Adapun Kewenangan Desa berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa Pada Bab III Pasal 7 disebutkan bahwa urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan desa mencakup: 10 Dede Rosyada dkk, Pendidikan Kewargaan Civic Education, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, Prenada Media, Jakarta. 2003. h. 151. a. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa; b. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupatenkota yang diserahkan pengaturannya kepada desa; c. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupatenkota; dan d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang- undangan diserahkan kepada desa. Pasal 8 Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupatenkota yang diserahkan pengaturannya kepada Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b adalah urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat. Pasal 9 1. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan penyerahan urusan menjadi kewenangan kabupatenkota yang diserahkan pengaturannya kepada Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b diatur dengan Peraturan Daerah KabupatenKota dengan berpedoman pada Peraturan Menteri. 2. Penyerahan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disertai dengan pembiayaannya. Pasal 10 1. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah KabupatenKota kepada Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c wajib disertai dengan dukungan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia. 2. Penyelenggaraan tugas pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, berpedoman pada peraturan perundang-undangan. 3. Desa berhak menolak melaksanakan tugas pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yang tidak disertai dengan pembiayaan, prasarana dan sarana, serta sumber daya manusia. 11

C. Alasan-Alasan Diberlakukannya Pemerintahan Desa