Metode Pelaksanaan Pondasi Bored Pile Standart Penetration TestSPT

- Kunci pipa dan kunci rantai - Kunci pas dan kunci inggris - Cangkul, linggis, ember - Travo las, gerinda potong - Gegep dll. j. Roller Perakit Baja Tulangan : Roller adalah alat untuk menggulung tulangan spiral jarak sengkang spiral. Biasanya yang digunakan untuk spiral adalah tulangan polos karena baja tulangan ini memiliki sifat elastis. Diameter roller dibuat lebih kecil dari diameter bored pile sehingga didapat selimut penutup beton yang tebalnya sekitar 5 7, 5 cm. Untuk pemotongan dan pembengkok baja tulangan biasa digunakan mesin potong atau gunting tulangan konvensional. Untuk mengikat baja tulangan digunakan kawat beton dengan memakai alat gegep atau tang.

II.6. Metode Pelaksanaan Pondasi Bored Pile

Penggunaan teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Biasanya , aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi teknologi yang tepat sangat berguna dalam pengerjaan konstruksi manapun.. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan dapat tercapai. Secara umum tahapan pekerjaan pondasi tiang bor sebagai berikut : 1. Persiapan Lokasi Pekerjaan Site Preparation Pelajari lay – out pondasi dan titik – titik bored pile, membersihkan lokasi pekerjaan dari gangguan yang ada seperti bangunan, tanaman, pepohonan, tiang listriktelepon, kabel dan lain sebagainya. 2. Rute Alur Pengeboran Route of Boring Merencanakan alururutan pengeboran sehingga setiap pergerakan mesin RCD, Excavator, Crane dan Truck Mixer dapat termobilisasi tanpa halangan. 3. Suvey Lapangan dan Penentuan Titik Pondasi Site Survey and Centering of Pile Mengukur dan menentukan posisi titik koordinat bored pile dengan bantuan alat Theodolit. 4. Pemasangan Stand Pipe Stand pipe dipasang dengan ketentuan bahwa pusat dari stand pipe harus berada pada titik as pondasi yang telah disurvei terlebih dahulu. Pemasangan stand pipe dilakukan dengan bantuan excavator. 5. Pembuatan Drainase dan Kolam Air Kolam air berfungsi untuk penampungan air bersih yang akan digunakan untuk pekerjaan pengeboran sekaligus untuk tempat penampungan air bercampur lumpur hasil dari pengeboran. Ukuran kolam air berkisar 3m x 3m x 2,5m dan drainase penghubung dari kolam ke stand pipe berukuran 1,2m, dan kedalaman 0,7 m tergantung kondisi lapangan. Jarak kolam air tidak boleh terlalu dekat dengan lubang pengeboran, sehingga lumpur dalam air hasil pengeboran mengendap dulu sebelum airnya mengalir kembali ke lubang pengeboran.

II.7. Prosedur Pengeboran dengan Metode RCD

Metode Reverse Circulation Drillinng atau lebih dikenal dengan metode RCD merupakan suatu metode yang biasa digunakan dalam pengerjaan proyek bored pile. Proses pengeboran dengan menggunakan metode ini sangatlah berguna karena tidak perlu mengeluarkan bucket seperti pada pengerjaan menggunakan metode lain. Metode RCD ini pada intinya mengeluarkan tanah dan air melalui pengeboran yang sedikit berputar. Air yang terdapat dalam lubang harus dijaga ketinggiannya,yakni hanya diizinkan setinggi 2 meter dari permukaan agar tanah sekitarnya tidak mengalami longsor. Apabila air sudah mencapai batasnya,maka dapat dikeluarkan hingga habis menuju kolam pengendapan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.Proses sirkulasi air seperti mengirim air ke luar dari pipa dibor, aliran air dengan mudah mengalir, sehingga dinding berongga yang lebih stabil, dan air yang mengalir di dalam pipa menalir dengan cepat, yang membuat tanah dibor habis dibor dengan mudah. Dalam metode RCD, casing, diperlukan untuk mencegah runtuhnya dinding berlubang dan untuk mengamankan tingkat air di dalam lubang. Adapun tahapan yang harus dilaksanakan dalam metode RCD yaitu :

1. Setting Mesin RCD RCD Machine Instalation

Setelah stand pipe terpasang, mata bor sesuai dengan diameter yang ditentukan dimasukkan terlebih dahulu ke dalam stand pipe, kemudian beberapa buah pelat dipasang untuk memperkuat tanah dasar dudukan mesin RCD, kemudian mesin RCD diposisikan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Mata bor disambung dengan stang pemutar, kemudian mata bor diperiksa apakah sudah benar – benar berada pada pusatas stand pipe titik pondasi. 2. Pondasi mesin RCD harus tegak lurus terhadap lubang yang akan dibor yang sudah terpasang stand tube, hal ini dapat dicek dengan alat water pass. Gambar II.6. Pengoperasian Dasar Metode RCD Gambar II.7. Layout Pekerjaan RCD

2. Proses Pengeboran Drilling Work

Setelah letakposisi mesin RCD sudah benar – benar tegak lurus, maka proses pengeboran dapat dimulai dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Pengeboran dilakukan dengan memutar mata bor kearah kanan, dan sesekali diputar ke arah kiri untuk memastikan bahwa lubang pengeboran benar – benar mulus, sekaligus untuk menghancurkan tanah hasil pengeboran supaya larut dalam air agar lebih mudah dihisap. 2. Proses pengeboran dilakukan secara bersamaan dengan proses penghisapan lumpur hasil pengeboran, oleh karena itu air yang ditampung pada kolam air harus dapat memenuhi sirkulasi air yang diperlukan untuk pengeboran. 3. Setiap kedalaman pengeboran + 3 meter, dilakukan peyambungan stang bor sampai kedalaman yang diinginkan tercapai. 4. Jika kedalaman yang diinginkan hampir tercapai + 1 meter lagi, maka proses penghisapan dihentikan mesin pompa hisap tidak diaktifkan, sementara pengeboran terus dilakukan sampai kedalaman yang diinginkan dapat diperkirakan dari stang bor yang sudah masuk, selanjutnya stang bor dinaikkan sekitar 0,5 – 1 meter, lalu proses penghisapan dilakukan terus sampai air yang keluar dari selang buang kelihatan lebih bersih + 15 menit. 5. Kedalaman pengeboran diukur dengan meteran pengukur, jika kedalaman yang diinginkan belum tercapai maka proses pada langkah ke 4 dilakukan kembali, Jika kedalaman yang diinginkan sudah tercapai maka stang bor boleh diangkat dan dibuka.

3. Instalasi Tulangan dan Pipa Tremic Steel Cage and Tremic Pipe

Instalation Tulangan yang digunakan sudah harus tersedia lebih dahulu sebelum pengeboran dilakukan, sehingga proses pengeboran selesai, langsung dilakukan instalasi tulangan, hali ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kelongsoran dinding lubang yang sudah selesai dibor. Tulangan harus dirakit rapi dan ikatan tulangan spiral dengan tulangan utama harus benar – benar kuat sehingga pada waktu pengangkatan tulangan oleh crane tidak terjadi kerusakan pada tulangan ikatan terlepas dan sebagainya. Proses instalasi tulangan dilakukan sebagai berikut : a. Posisi crane harus benar – benar diperhatikan, sehingga tulangan yang akan dimasukkan benar –benar tegak lurus terhadap lubang bor, dan juga pada waktu pengecoran tidak menghalangi jalan masuk truck mixer. b. Pada tulangan diikatkan dua buah sling, satu buah pada ujung atas tulangan dan satu buah lagi pada bagian sisi memanjang tulangan. Pada bagian dimana sling diikat, ikatan tulangan spiral dengan tulangan utama diperkuat bila perlu dilas, sehingga pada waktu tulangan diangkat, tulangan tidak rusak ikatan spiral dengan tulangan utama tidak lepas. Pada setiap sambungan bagian overlap sebaiknya dilas, karena pada proses pengecoran, sewaktu pipa tremie dinaikkan dan diturunkan kemungkinan dapat mengenai sisi tulangan yang dapat menyebabkan sambungan tulangan terangkat ke atas. c. Tulangan diangkat dengan menggunakan dua hook crane, satu pada sling bagian ujung atas dan satu lagi pada bagian sisi memanjang, pengangkatan dilakukan dengan menarik hook secara bergantian sehingga tulangan benar – benar lurus, dan setelah tulangan terangkat dan sudah tegak lurus dengan lubang bor, kemudian dimasukkan secara perlahan ke dalam lubang, posisi tulangan terus dijaga supaya tidak menyentuh dinding lubang bor dan posisinya harus benar – benar di tengahdi pusat bor. d. Jika level yang diinginkan berada di bawah permukaan tanah, maka digunakan besi penggantung. e. Setelah tulangan dimasukkan, kemudian pipa tremie dimasukkan. Pipa tremie disambung – sambung untuk memudahkan proses instalasi dan juga untuk memudahkan pemotongan tremie pada waktu pengecoran. Ujung pipa tremie berjarak 25 – 50 cm dari dasar lubang pondasi. Jika jaraknya kurang dari 25 cm maka pada saat pengecoran beton lambat keluar dari tremie, sedangkan jika jaraknya lebih dari 50 cm, maka saat pertama kali beton keluar dari tremie akan terjadi pengenceran karena bercampur dengan air pondasi penting untuk diperhatikan. Pada bagian ujung atas pipa tremie disambung dengan corong pengecoran.

4. Pengecoran dengan Ready Mix Concrete Concreting

Proses pengecoran harus segera dilakukan setelah instalasi tulangan dan pipa tremie selesai, guna menghindari kemungkinan terjadinya kelongsoran pada dinding lubang bor. Oleh karena itu pemesanan ready mix concrete harus dapat diperkirakan waktunya dengan waktu pengecoran. Proses pengecoran dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Pipa tremie dinaikkan setinggi 25 -50 cm diatas dasar lubang bor, air dalam pipa tremie dibiarkan dulu stabil, kemudian dimasukkan bola karet atau mangkok karet yang diameternya sama dengan diameter dalam pipa tremie, yang berfungsi untuk menekan air campur lumpur ke dasar lubang sewaktu beton dituang pertama sekali, sehingga beton tidak bercampur dengan lumpur. 2. Pada awal pengecoran, penuangan dilakukan lebih cepat, hali ini dilakukan supaya bola karet dapat benar – benar menekan air campuran lumpur di dalam pipa tremie, setelah itu penuangan distabilkan sehingga beton tidak tumpah dari corong. 3. Jika beton dalam corong penuh, pipa tremie dapat digerakkan naik turun dengan syarat pipa tremie yang tertanam dalam beton minimal 1 meter pada saat pipa tremie dinaikkan. Jika pipa tremie yang tertanam dalam beton terlalu panjang, hal ini dapat memperlambat proses pengecoran, sehingga perlu dilakukan pemotongan pipa tremie dengan memperhatikan syarat bahwa pipa tremie yang masih tertanam dalam beton minimal 1 meter. 4. Proses pengecoran dilakukan dengan mengandalkan gaya gravitasi bumi gerak jatuh bebas, posisi pipa tremie harus berada pada pusat lubang bor, sehingga tidak merusak tulangan atau tidak menyebabkan tulangan terangkat pada saat pipa tremie digerakkan naik turun. 5. Pengecoran dihentikan 0,5 – 1 meter diatas batas beton bersih, sehingga kualitas beton pada batas bersih benar – benar terjamin bebas dari lumpur 6. Setelah pengecoran selesai dilakukan, pipa tremie diangkat dan dibuka, serta dibersihkan. Batas pengecoran diukur dengan meteran kedalaman.

5. Penutupan Kembali Back Filling

Lubang pondasi yang telah selesai di cor ditutup kembali dengan tanah setelah beton mengeras dan stand pipe dicabut, kemudian tanah tersebut dipadatkan, sehingga dapat dilewati truck dan alat – alat berat lainnya.

6. Drainase dan pagar sementara selama pelaksanaan pekerjaan Bored Pile

Untuk menampung air dan lumpur buangan dari lubang bored pile, dibuat proteksi sementara menggunakan karung yang diisi pasir sand bag. Pagar sementara dibuat dan dipasang untuk melindungi lokasi pekerjaan dari masyarakat umum, gangguan lalulintas, dll. Berikut dibawah ini gambar dari pelaksanaan pondasi Bored Pile secara keseluruhan a b c d d e Gambar II.8. Pelaksanaan Bored Pile denga Metode RCD Dalam penggunaan mesin RCD ini angatlah membantu dalam pengerjaan pemasangan Bored Pile yang mana antara lain keuntungannya adalah : 1. Pada pengeboran dengan mesin RCD kita tidak perlu mengeluarkan bucket seperti pada pengerjan metode lain. 2. Dalam proses mengeluarkan air dan tanah, hanya membutuhkan pengeboran yang sedikit berputar. 3. Aliran air yang mengalir dengan cepat sangat membantu dan mempermudah tanah untuk dibor. 4. Tidak memerlukan waktu yang lama dalam pengerjaannya. 5. Pemasangan alat sangat mudah dan aman dalam pemasangannya

II.8. Standart Penetration TestSPT

Standar penetration test atau lebih sering dikenal sebagai SPT merupakan suatu cara yang yang dilakukan dilapangan atau lokasi pengerjaan yang bertujuaan untuk mengetahui atau mendapatkan daya dukung tanah secara langsung di lokasi proyek. Selain itu test ini bertujuan untuk mengetahui baik perlawanan dinamik tanah maupun pengambilan contoh tanah dengan teknik penumbukan. Uji SPT ini merupakan percobaan dinamis yang dilakukan dalam suatu lubang bor dengan memasukkan tabung sampel yang berdiameter dalam 35 mm sedalam 305 mm dengan menggunakan massa pendorong palu seberat 63,5 kg yang jatuh bebas dari ketinggian 760 mm. Banyaknya pukulan palu tersebut untuk memasukkan tabung sampel sedalam 305 mm dinyatakan sebagai nilai N.Pelaksanaanya dilakukan dalam 3 tahap yang mana tahap pertama merupakan dudukan sementara jumlah pukulan untuk memasukkan tahap kedua dan ketiga dijumlahkan untuk memperoleh nilai pukulan N atau perlawanan SPT dinyatakan dalam pukulan per 30 cm. Adapun keuntungan dan kekurangan dari penggunaan test ini adalah: Keuntungan : 1. Dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis tanah secara visual 2. Dapat digunakan untuk mendapatkan parameter secara kualitatif melalui korelasi empiris 3. Test ini dapat dilakukan dengan cepat dan operasinya relatif sederhana 4. Biaya yang digunakan relatif murah 5. Prosedur pengujian sederhana dapat dilakukan secara manual 6. Dapat digunakan pada sembarang jenis tanah dan batuan lunak 7. Sampel tanah terganggu dapat diperoleh untuk identifikasi jenis tanah 8. Uji SPT pada pasir,hasilnya dapat langsung digunakan untuk memprediksi kerapatan relatife dan kapasitas daya dukung tanah Kekurangan: 1. Profil kekuatan tanah tidak menerus 2. Perlu ketelitian dalam pelaksanaan test ini 3. Hasil yang didapat merupakan contoh tanah terganggu 4. Interpretasi hasil SPT bersifat empiris 5. Ketergantungan pada operator dalam menghitung. 6. Nilai N yang diperoleh merupakan data sangat kasar bila digunakan tanah lempung Secara bertahap,percoban SPT ini dilakukan dengan cara berikut : 1. Siapkan peralatan SPT yang dipergunakan seperti : mesin bor, batang bor, split spoon sampler, hammer, dan lain – lain. 2. Lakukan pengeboran sampai kedalaman testing, lubang dibersihkan dari kotoran hasil pengeboran dari tabung segera dipasangkan pada bagian dasar lubang bor. 3. Berikan tanda pada batang setiap 15 cm dengan total 45 cm. 4. Dengan pertolongan mesin bor, tumbuklah batang bor ini dengan pukulan palu seberat 63,5 kg dan ketinggian jatuh 76 cm hingga kedalaman yang dihasilkan, dicatat jumlah pukulan untuk memasukkan penetrasi setiap 15 cm N value Contoh : N1 = 12 pukulan15 cm N2 = 6 pukulan15 cm N3 = 7 pukulan15 cm Maka total jumlah pukulan adalah jumlah N2 dengan n3 yaitu 6 + 7 = 13 pukulan = nilai N. N1 tidak diperhitungkan karena dianggap 15 cm pukulan pertama merupakan sisa kotoran pengeboran yang tertinggal pada dasar lubang bor, sehingga perlu dibersihkan untuk memperkecil efisiensi gangguan. 5. Hasil pengambilan contoh tanah dari tabung tersebut dibawa ke permukaan dan dibuka. Gambarkan contoh jenis – jenis tanah yang meliputi komposisi, struktur, kosistensi, warna dan kemudian masukkan ke dalam botol tanpa dipadatkan atau kedalam plastik, lalu ke dalam core box. 6. Gambarkan grafik hasil percobaan SPT. Catatan : Pengujian dihentikan bila nilai SPT 50 untuk 4 kali interval pengambilan dimana interval pengambilan SPT = 2 m. Sementara secara skematis urutan uji SPT yaitu, Gambar II.9. Skema Urutan Uji Penetrasi StandarSPT Alat ini sudah populer penggunaanya di dunia karena sederhana, praktis, cepat dan dapat mengetahui jenis tanah secara langsung. Alat ini perlu distandarisasi karena hasil yang didapat berupa nilai N jumlah pukulan30 Cm sangat bergantung pada tipe alat yang digunakan. Adapun Faktor Penyebab SPT perlu Distandarisasi yakni: 1. Dengan menggunakan Hammer yang berbeda ternyata mentransfer energi yang berbeda juga 2. Dengan tipe panjang tabungrod yang berbeda akan menyebabkan pengaruh energi yang ditransfer juga berbeda 3. Dengan tinggi jatuh yang berbeda,akan mempengaruhi besarnya energi Hammer yang berbeda yang ditransfer ke batang. 4. Tali yang telah lapuk dapat mengurangi kelancaran terjadinya tinggi jatuh bebas. 5. Penggunaan tali Hammer yang berbeda dapat mempengaruhi perlawanan SPT Uji Standard Penetration Test ini dapat dilakukan untuk hampir semua jenis tanah. Berdasarkan pengalaman oleh beberapa ahli, berbagai korelasi empiris dengan parameter tanah telah didapatkan. Harga N dari pasir yang diperoleh dari pengujian SPT dan hubungan antara kepadatan relative dengan sudut geser dalam dapat dilihat pada table di bawah ini. Tabel II.1. Hubungan D , ϕ dan N dari pasir Peck, Meyerhoff Nilai N Kepadatan Relatif D � = � ��� − � � ��� − � ��� Sudut Geser Dalam ϕ Menurut Peck Menurut Meyerhof 0-4 Sangat Lepas 0,0-0,2 28,5 30 4-10 Lepas 0,2-0,4 28,5 – 30 30 - 35 10-30 Sedang 0,4-0,6 30 – 36 35 - 40 30-50 Padat 0,6-0,8 36 – 41 40 - 45 50 Sangat Padat 0,8-1,0 41 45 Dalam pelaksanaan uji SPT di berbagai Negara, digunakan tiga jenis palu donut hammer, safety hammer, dan otomatik dan empat jenis batang bor N, NW, A, dan AW. Ternyata uji ini sangat bergantung pada alat yang digunakan dan operator pelaksana uji. Faktor yang terpenting adalah efisiensi tenaga dari sistem yang digunakan. Secara teoritis tenaga sistem jatuh bebas dengan massa dan tinggi jatuh tertentu adalah 48kgm 350 ftlb, tetapi besar tenaga sebenarnya lebih kecil karena pengaruh friksi dan eksentrisitas beban. Menurut ASTM D-4633 setiap alat uji SPT yang digunakan harus dikalibrasi tingkat efisiensi tenaganya dengan menggunakan alat ukur starain gauges dan aselerometer, untuk memperoleh standar efisiensi tenaga yang lebih teliti. Di dalam praktek, efisiensi tenaga sistem balok Derek dengan palu donat donut hammer dan palu pengaman safety hammer berkisar 35 samapai 85, sementara efisiensi tenaga palu otomatik automatic hammer berkisar antara 80 sampai 100. Jika efisiensi yang diukur E f diperoleh dari kalibrasi alat, nilai N terukur harus dikoreksi terhadao efisiensi sebesar 60 dan dinyatakan dalam rumus N 60 =E f 60 N M ……………………………………………..……II.1 dimana : N 60 = efisiensi 60 E f = efisiensi yang terukur N M = nilai N terukur yang harus dikoreksi Nilai N terukur harus dikoreksi pada N 60 untuk semua jenis tanah. Besaran koreksi pengaruh efisiensi tenaga biasanya bergantung pada lining tabung, panjang batang, dan diameter lubang bor Skempton, 1986 dan Kulhawy Mayne 1990. Oleh karena itu, untuk mendapatkan koreksi yang lebih teliti dan memadai terhadap N 60 harus dilakukan uji tenaga E f . Gambar II.10. Nilai N sebelum dan Setelah Koreksi Gambar II.11. Jenis Palu yang digunakan dalam uji SPT

II.9. Kapasitas Daya Dukung Bored Pile dari data SPT

Dokumen yang terkait

Perbandingan Analisa Besar Daya Dukung Pondasi Bore Pile Menggunakan Metode Elemen Hingga Terhadap Metode Analitik Dan Metode Loading Test (Studi Kasus Proyek Pembangunan Manhattan Mall Dan Condominium)

17 142 136

Analisa Besar Daya Dukung Pondasi Bore Pile Menggunakan Metode Loading Test (Studi Kasus Proyek Pembangunan Manhattan Mall dan Condominium)

19 114 133

Chapter I Analisa Besar Daya Dukung Pondasi Bore Pile Menggunakan Metode Loading Test (Studi Kasus Proyek Pembangunan Manhattan Mall dan Condominium)

0 1 6

Chapter II Analisa Besar Daya Dukung Pondasi Bore Pile Menggunakan Metode Loading Test (Studi Kasus Proyek Pembangunan Manhattan Mall dan Condominium)

0 0 62

Reference Analisa Besar Daya Dukung Pondasi Bore Pile Menggunakan Metode Loading Test (Studi Kasus Proyek Pembangunan Manhattan Mall dan Condominium)

0 2 2

Appendix Analisa Besar Daya Dukung Pondasi Bore Pile Menggunakan Metode Loading Test (Studi Kasus Proyek Pembangunan Manhattan Mall dan Condominium)

0 1 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perbandingan Analisa Besar Daya Dukung Pondasi Bore Pile Menggunakan Metode Elemen Hingga Terhadap Metode Analitik Dan Metode Loading Test (Studi Kasus Proyek Pembangunan Manhattan Mall Dan Condominium)

0 5 62

Perbandingan Analisa Besar Daya Dukung Pondasi Bore Pile Menggunakan Metode Elemen Hingga Terhadap Metode Analitik Dan Metode Loading Test (Studi Kasus Proyek Pembangunan Manhattan Mall Dan Condominium)

0 1 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Umum - Analisa Daya Dukung Pondasi Bore Pile Menggunakan Metode Analitis (Studi Kasus Proyek Pembangunan Manhattan Mall dan Condominium)

0 3 79

ANALISA DAYA DUKUNG PONDASI BORED PILE DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALITIS (STUDI KASUS PROYEK MANHATTAN MALL DAN CONDOMINIUM ) TUGAS AKHIR - Analisa Daya Dukung Pondasi Bore Pile Menggunakan Metode Analitis (Studi Kasus Proyek Pembangunan Manhattan Mall d

1 0 13