loyalitas kepada parpol asalnya juga. Bahkan beberapa anggota kbinet juga sebagai ketua umum partai dan
memegang jabatan strategis lainnya di partai politik. Dualisme loyalitas ini merupakan implikasi dari pola
rekrutmen menteri dari unsur partai politik dan proses pengangkatnnya cenderung atas pertimbangan akomodatif
presiden terhadap rekomendasi dari partai politik. Potensi dualisme itu semakin memuncak menjelang pelaksanaan
Pemilu 2009 karena para menteri juga berkepentingan untuk membesarkan partainya masing-masing
Hubungan Presiden dan Wakil Presiden
Relasi politik Presiden Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengalami keretakan dan semakin menguat
menjelang tahun terakhir masa kepemimpina mereka. Salah satu penyulut disharmonisasi ini adalah implikasi
dari posisi politik wakil Presiden lebih kuat daripada Presiden Yudhoyono di parlemen. Golkar menguasai 23
kursi di DPR, sementara Demokrat hanya 10. Pola hubungan presiden dan wakil presiden bersifat persaingan,
baik secara terselubung maupun terbuka. Kondisi ininjuga memeiliki kecenderungan terjadinya persaingan terbuka
antara presiden dan wakil presiden menjelang pemilu legislative, apalagi jika keduanya memutuskan untuk
berpisah di pemilihan presiden selanjutnya.nkeretakan dan disharmonisasi itu akan semakin terbuka.
Berdasarkan keempat aspek kompromi internal tersebut jelas bahwa penerapan sistem pemerintahan presidensialisme dalam pemerintahan Yudhoyono-
Kalla masih setengah hati. Presidensialisme yang diterapkan belumlah presidensialisme efektif dimana hak prerogatif presiden dilakukan dilaksanakan
sepenuhnya oleh presiden tanpa intervensi partai politik.
3. Kekuasaan Dewan Perwakilan Rakyat
Setelah mengalami perubahan Undang-Undang Dasar 1945, tugas dan fungsi dari Dewan Perwakilan Rakyat semakin kuat. Ini dilakukan untuk dapat melakukan
kontrol yang kuat terhadap lembaga eksekutif yang melaksanakan jalannya pemerintahan.
Universitas Sumatera Utara
Kekuasaan Dewan Perwakilan Rakyat menurut Undang-Undang Dasar 1945 adalah :
Pasal 7B ayat 1 menyaebutkan bahwa Usul pemberhentian Presiden danatau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis
Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat
Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden danatau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; danatau pendapat bahwa Presiden danatau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden danatau Wakil
Presiden.
65
Dalam pasal 11 ayat 1 dan ayat 2 disebutkan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat memiliki kewenangan untuk memberikan persetujuan dalam menyatakan
perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain. Dalam konteks ini Dewan Perwakilan Rakyat dengan kewenangannya dapat
mengusulkan pemberhentian Presiden danatau wakil presiden
66
Pasal 20 ayat 1 menyebutkan Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.
Pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam pengangkatan duta pasal 13 ayat 2, dalam menerima penempatan duta Negara lain pasal 13 ayat 3 dan
pertimbangan dalam pemberian amnesti dan abolisi pasal 14 ayat 2
67
65
Perubahan ketiga UUD 1945
66
Perubahan keempat UUD 1945
67
Perubahan pertama UUD 1945
Universitas Sumatera Utara
Pasal 20A ayat 1 menyebutkan Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan.
68
Dalam menjalankan fungsi legislasi tidak serta-merta hanya dijalankan oleh DPR akan tetapi bersama-sama dengan presiden. Dalam hal ini pula yang
menyebabkan perlunya koalisi pendukung pemerintah untuk memuluskan proses legislasi berupa pembentukan Undang-undang. Dalam pemerintahan Presiden
Yudhoyono, ketegangan yang terjadi antara DPR dan Presiden sejak awal pemerintahannya berdampak terhadap jumlah undang-undang yang dihasilkan.
Misalnya, pada tahun 2005 proses legislasi hanya menghasilkan 14 undang-undang. Sangat jauh dari target yang ditetapkan yaitu 55 rancangan undang-undang.
Fungsi legislasi yaitu sebagai pembuat kebijakan dan undang-undang yang sebagai patron pihak eksekutif untuk melaksanakan tugas. Atas dasar itulah maka
melekat hak pada legislatif yaitu hak inisiatif yaitu hak untuk melakukan perubahan undang-undang yang diusulkan pemerintah.
69
Fungsi Anggaran dapat kita lihat dalam penyusunan RAPBN. Legislatif turut serta dalam penuyusan Anggaran Pendapatan Belanja Negara untuk mencapai
Dalam menjalankan fungsinya tersebut, dalam DPR juga sangat dinamis dan cair karena
membawa berbagai macam kepentingan dari partai politik. Fungsi kontrol yang dijalankan badan legislatif untuk mencegah pemerintah
menjalankan kekuasaannya secara sewenang-wenang. Badan legislatif menjalankan fungsi pengawasan terhadap pemerintah agar program-program yang dicanangkan
pemerintah berjalan sesuai dengan harapan rakyat.
68
Perubahan kedua UUD 1945
69
Saldi Isra, Op cit, hal 276
Universitas Sumatera Utara
kemakmuran rakyat banyak. Pada umumnya anggota DPR membawa ususlan-usulan proyek dari daerah yang diwakilinya. Demikian juga untuk memastikan bahwa
anggaran yang akan dilaksanakan tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat banyak.
2 Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak
interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.
70
3 Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan
usul dan pendapat, serta hak imunitas. Hak Interpelasi merupaka hak untuk meminta keterangan kepada eksekutuf
terkait dengan kebijakan yang dijalankannya. Hal ini dilaksanakan untuk memastikan kebijakan eksekutif tersebut tidak mencederai rasa keadilan rakyat banyak dan tetap
sesuai dengan undang-undang. Hak Angket merupakan hak untuk langsung melakukan penyelidikan terhadap
kebijakan yang telah dilaksanakan oleh eksekutif. Hak ini digunakan sebelumnya karena ada kecurigaan legislatif terhadap kebijakan eksekutuif yang terindikasi tidak
tepat dan melanggar undang-undang Hak menyatakan pendapat merupakan lanjutan dari hak angket. Apabila
dalam penyelidikan legislatif memang ditemukan pelanggaran, maka legislative menggunakan hak tersebut. Hak menyatakan pendapat biasanya berujung kepada
pemakzulan terhadap pemerintah yang melakukan pelanggaran tersebut.
71
70
Perubahan kedua UUD 1945
71
Perubahan kedua UUD 1945
Universitas Sumatera Utara
Pasal 21 Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan
undang-undang.
72
72
Perubahan pertama UUD 1945
Pasal 22 ayat 2 Dewan Perwakilan Rakyat berhak memberikan persetujuan atas peraturam pemerintah pengganti undang-undang
Banyak sekali kekuasaan Dewan Perwakilan Rakyat yang tidak tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945. Seperti dalam pemilihan anggota komisi-komisi
yang ada di Negara Indonesia, dalam hal ini Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Komisi Pemberantasan Korupsi, Komisi Penyiaran Indonesia, Komisi Pengawas
Persaingan Usaha, Komisi Pemilihan Umum, Komisi Perlindungan Perempuan dan Anak dan masih banyak lagi.
Universitas Sumatera Utara
BAB III ANALISA RELASI KEKUASAAN LEGISLATIF DAN
EKSEKUTIF DALAM SISTEM PRESIDENSIAL PADA PEMERINTAHAN SBY-JK TAHUN 2004-2009
1.Tinjauan Umum Sistem Pemerintahan Presidensial Pada Masa Pemerintahan SBY-JK
Konstitusi Negara Republik Indonesia telah menamanatkan bahwa sistem pemerintahan kita adalah presidensial. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 4 ayat 1
menyebutkan bahwa Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa ada enam karakter sistem pemerintahan presidensial seperti yang disebutkan oleh Hanta Yuda yaitu pertama, basis legitimasi
presiden berasal dari rakyat melalui pelembagaan sistem pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat dengan masa jabatan yang tetap. Kedua, presiden secara
langsung bertanggung jawab kepada rakyat bukan kepada parlemen, sehingga parlemen tidak dapat memakzulkan presiden secara politis dan mekanismenya harus
melalui peradilan di Mahkamah Konstitusi. Ketiga, relasi presiden dan parlemen bersifat mandiri dan setara dan hak ini tercermin melalui pelembagaan check and
balances. Keempat, kekuasaan pemerintahan tidak terbagi. Kedudukan presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai kepala Negara. Kelima, jabatan
presiden dan wakil presiden sebagai institusi tunggal sebagai konsekuensi dari pelembagaan sistem satu paket dalam pencalonan presiden dan wakil presiden.
Keenam, hak prerogatif presiden dalam membentuk kabinet.
73
73
Hanta Yuda, Presidensialisme Setengah Hati, Op cit hal 15-16
Jika kita melihat
Universitas Sumatera Utara
semua karakteristik tersebut maka semakin menguatkan pemahaman kita bahwa sistem pemerintahan kita adalah presidensial.
Perlu kita telah secara mendalam lagi karakter sistem pemerintahan presidensial tersebut bagaimana sebenarnya pelaksanaannya pada masa pemerinahan
SBY-JK. 1. Pemilihan presiden secara langsung
Pemerintahan Soesilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla merupakan hasil pemilihan secara langsung oleh rakyat. Pemerintahan tersebut merupakan
pemerintahan pertama di Indonesia hasil dari pemilihan langsung oleh rakyat. Sebagai bukti bahwa karakteristik presidensialisme pada pemerintahan SBY-JK telah
terpenuhi dalam pemilihan langsung oleh rakyat. Dalam pemilihan presiden, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla SBY-JK mendapat dukungan
69.266.350 60.62 suara sah. Sementara itu, pasangan Megawati Soekarnoputri- Hasyim Muzadi memperoleh 44.990.704 39,38 suara sah. Pada pemerintahan
sebelumnya pemilihan presiden dilakukan oleh parlemen. Pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat sebagaimana amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 6A :
Model pemilihan presiden secara langsung ini merupakan hasil amandemen ketiga Undang-Undang Dasar 1945 sebagai bentuk penyempurnaan sistem
pemerintahan presidensial. 2. Presiden bertanggung jawab kepada rakyat
Ini merupakan konsekuensi dari sistem pemilihan presiden secara langsung. Dalam hal ini kita mengalami penyempurnaan dimana sebelumnya presiden dan
sebagai mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat. Presiden sebagai mandataris
Universitas Sumatera Utara
MPR merupakan suatu bentuk yang bertentangan dengan karakter presidensial. Implikasi dari pemilihan presiden secara langsung adalah hubungan presiden dan
parlemen hanya sebatas pengawasan dan keseimbangan. Presiden dan parlemen sebagai lembaga mandiri menjalankan kekuasaan masing-masing. Antara kedua
lembaga tersebut tidak dapat saling membubarkan. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 7C menyebutkan presiden tidak dapat membekukan danatau
membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat.
74
Setelah amandemen Undang-Undang Dasar 1945, relasi kedua lembaga tersebut semakin mandiri dan setara. Presiden sebagai lembaga pelaksana undang-
undang tidak lagi mendominasi kekuasaan sebagiaman terjadi sebelum Undang- Undang Dasar 1945 diamandemen. Presiden hanya sebatas melaksanakan undang-
undang dan sedikit terlibat dalam pembahasan undang-undang dan parlemen melaksankan kekuasaan membuat undang-undang dan menjalankan fungsi kontrol
bagi pemerintah terhadap pelaksanaan undang-undang tersebut. Namun dalam Ini untuk menguatkan sistem
presidensialisme dan menjaga keberlangsungan pemerintahan selama masa jabatannya. Tidak seperti sistem parlementer keberlangsungan pemerintahan sangat
rawan sekali akibat dari kepentingan-kepentingan partai politik di parlemen. Namun dalam prakteknya pemerintahan SBY-JK selalu di bawah ancaman pemakzulan oleh
DPR dalam mekanisme check and balances. Pemerintahan SBY-JK sering sekali mendapat tekanan dari DPR dalam pemerintah melaksanakan kebijakannya. Akan
tetapi ini semua tidak terlepas dari kompleksnya kepentingan yang terangkum dalam lembaga DPR. Mungkin ini akibat dari kita menganut sistem banyak partai.
3. Relasi kekuasaan presiden dan parlemen bersifat mandiri
74
Perubahan ketiga UUD1945
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan sistem pemerintahan presidensial dalam pemerintahan SBY-JK terlihat sekali bahwa DPR sangat dominan. Ini telihat dalam penunjukan Kapolri dan
Pangliam TNI yang dalam strukutur setingkat dengan menteri dan berada di bawah presiden harus mendapat persetujuan DPR. Demikian juga dengan penunjukan duta
besar juga harus mendapat persetujuan DPR. 4. Kekuasaan pemerintah tidak terbagi
Dalam sistem presidensialisme tidak ada pemisahan kekuasaan antara kepala pemerintahan dan kepala Negara. Kedudukan sebagai kepala pemerintahan dan
kepala Negara ada dalam satu lembaga yaitu lembaga kepresidenan. Dan karakter tersebut memang diterapkan dalam pemerintahan SBY-JK.
5. Jabatan presiden dan wakil presiden merupakan institusi tunggal Hal ini merupakan konsekuensi dari sistem pemilihan secara langsung dan
sistem pencalonan secara paket. Presiden dan wakil presiden dicalonkan oleh partai politik atau gabungan partai politik dalam satu paket. Presiden SBY dan wakilnya JK
dicalonkan dalan satu paket oleh gabungan Partai Demokrat, PKPI, PBB dan lain- lain. Jadi jabatan presiden dan wakil presiden menjadi satu institusi yang tidak dapt
dipidahkan. 6. Pembentukan kabinet
Pembentukan kabinet merupakan hak prerogatif dari presiden. Dalam pembentukan kabinet, presiden memiliki kekuasaan tunggal dalam menyususn
kabinetnya. Presiden terbebas dari intervensi partai politik dan lebih mengedepankan profesionalisme dan kemampuan daripada akomodatif terhadapa kepentingan partai
politik. Namun dalam kenyataannya, pembentukan kabinet Indonesia Bersatu SBY-
Universitas Sumatera Utara
JK sangat kental dengan pembentukan kabinet dalam sistem pemerintahan parlementer.
Sebenarnya di dalam sistem presidensial, presiden dari partai minoritas dapat saja membentuk pemerintahan tanpa koalisi. Namun dia dapat menghadapi masalah
dalam menjalankan proses pemerintahan karena ia memerlukan dukungan dari legislatif. Di sini ada keperluan yang jelas untuk membentuk koalisi. Hanya saja
tujuan utamanya bukan pada terbentuknya pemerintahan, melainkan untuk mengamankan jalanya pemerintahan.
75
Presiden SBY-JK sangat jelas terlihat kompromi dengan partai-partai politik yang memiliki kursi di DPR dalam membentuk
kabinet. Ini dilakukan karena bagaimanapun pemerintahan SBY-JK sangat membutuhkan koalisi di parlemen. Kalau melihat jumlah kursi yang mendukung
pemerintahan SBY-JK sejak awal hanya 113 kursi atau 20,5 dari keseluruhan jumlah kursi, maka sangat rawan sekali pemerintahan tersebut apabila tidak
mengakomodasi kekuatan lain di parlemen.
76
Indikasi presidensialisme yang kompromis di era pemerintahan SBY tergolong dalam presidensialisme setengah hati terlihat dari beberapa aspek
kompromi eksternal berikut ini: Pertama, kompromi dalam pembentukan dan perombakan kabinet yang tidak terlepas dari intervensi partai-partai politik mitra
Jika kita merujuk terhadap semua karakter sistem tersebut, maka kita dengan yakin akan mengataka bahwa Indonesia menganut sistem presidensialisme murni.
Namun itu semua tidak bisa lepas dari kompromi politik karena berkaitan dengan sistem multi partai yang kita anut.
75
Djayadi Hanan. Koalisi Sistem Pesidensial, Kompas 11 Mei 2010 hal 7
76
Hanta yuda. Op cit hal 157
Universitas Sumatera Utara
koalisi pemerintahan SBY-JK dan akomdasi pemerintah terhadap kepentingan partai politik tersebut berupa kursi di kabinet. Kedua, rapuhnya ikatan koalisi partai
pendukung pemerintah. Koalisi yang terbangun sangat cair dan sarat dengan kepentingan sesaat partai anggota koalisi. Ketiga, adanya kontrol parlemen terhadap
pemerintah secara berlebihan yang mengakibatkan jalannya pemerintahan kurang efektif. Dan keempat, perjalanan pemerintahan SBY-JK rentan dengan ancaman
pemakzulan dari DPR. Pemerintah masih sangat rentan pemakzulan oleh DPR karena alasan politis atau disebabkan kebijakan pemerintah yang ditentang DPR.
77
Sekalipun berhasil membangun pemerintahan koalisi coalition dengan dukungan mayoritas absolut sekitar 70 persen kekuatan politik di DPR, langkah
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono merangkul beberapa partai politik di luar pendukung awal, tidak membuat pemerintah menjadi lebih mudah menghadapi setiap
agenda ketatanegaraan yang bersentuhan dengan kewenangan DPR. Bahkan dalam banyak kejadian, partai politik yang berada dalam barisan pendukung koalisi sering
“mempersulit” agenda pemerintah. Sulit dibantah dan secara jujur harus diakui, sepanjang pemerintahannya, koalisi berubah menjadi buah simalakama bagi SBY-
JK. Dari empat indikasi presidensilaisme yang kompromis pada era pemerintahan
SBY-JK tersebut dapat kita lihat kenyataannya.
78
Rapuhnya ikatan koalisi juga terlihat dalam pemerintahan SBY-JK terutama dalam hal menyangkut kebijakan pemerintah. Banyaknya hak interpelasi yang
digunakan DPR menandakan ikatan koalisi sangat cair dan tidak dapat mengamankan
77
Ibid. hal 134
78
http:saldiisra.web.id
Universitas Sumatera Utara
jalannya kebijakan pemerintahan. Akan tetapi mereka sebaliknya mengabaikan ikatan koalisi dan melakukan tekanan terhadapa pemerintah. Dan yang paling memojokkan
pemerintah adalah lolosnya hak angket DPR terhadap kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM. Ini juga menandakan terjadinya kontrol DPR terhadap
pemerintah yang terlalu kuat yang membuat pemerintahan SBY-JK berjalan tidak efektif.
Potensi pemakzulan oleh DPR juga sangat jelas adanya, walaupun pemakzulan tersebut masih melalui pengadilan di Mahkamah Konstitusi.
2. Relasi Kekuasaan Legislatif Dan Eksekutif