Teori Kekuasaan Kerangka Teori 1. Teori Negara

partai, anggota kabinet dapat menguasai parlemen. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya.

5.3. Teori Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu. 18 1. Kekayaan, cara memperolehnya adalah dengan menguasai sumber-sumber ekonomi, warisan dan pemberian. Secara alamiah manusia ingin berkuasa terhadap sekelilingnya. Individu manusia ingin mempengaruhi individu yang lain untuk bernuat sesuai keinginannya. Jadi masalah kekuasaan sangat erat kaitannya dengan pengaruh dan mempengaruhi. Ada beberapa sumber kekuasaan yaitu 2. Kedudukan, cara memperolehnya dengan kekerasan fisik, pewarisan dan sebagainya. 3. Kepercayaan, dengan meraih dukungan dari masyarakat. Dalam perkembangannya, kekuasaan politik adalah kekuasaan yang sangat dicari individu manusia. Dalam hal ini kekuasaan untuk mempengaruhi kebijakan umum dengan tujuan agar kebijakan tersebut sesuai dengan keinginan pemegang kekuasaan itu sendiri. Kekuasaan merupakan suatu hal yang sangat krusial dan sangat rawan disalahgunakan oleh pemegangnya. Karena kekuasaan itu harus dijalankan dan 18 Miriam Budiardjo. Dasar-Dasar..op cit hal 35 Universitas Sumatera Utara digunakan maka diperlukan alat atau rambu-rambu untuk mengawasi kekuasaan tersebut. Ada beberapa rambu yang menjadi batas kekuasaan itu agar tidak menimbulakan masalah pada pelaksanaannya adalah: 1. Peraturan Perundang-undangan sebagai batasan umum yang mengharuskan semua orang tunduk kepada kesepakatan komunal, khususnya yang dikeluarkan oleh kekuasaan dalam Negara. 2. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagai patokan atas kehidupan asosiatif. 3. Kesepakatan kerja sebagai patokan yang harus dijadikan dasar prilaku yang mengadakan hubungan hukum. 4. Perjanjian khusus yang dibuat sebagai kesepakatan yang merupakan proyeksi atas hal-hal yang muncul senagai konsekuensi dari pelaksanaan hubungan hukum tersebut. 5. kepatutan yang berlaku dalam masyarakat setempat sebagau dasar pemberlakuan moral atas hubungan hukum tersebut. 19 Dalam hal kekuasaan Negara terdapat tiga macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif yang merupakan kekuasaan membuat undang-undang, kekuasaan eksekutif yaitu kekuasaan melaksanakan undang-undang dan kekuasaan yudikatif merupakan kekuasaan mengadili atas pelanggaran undang-undang. Doktrin ini sebenarnya dikemukakan oleh pencetusnya untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa. Apabila kekuasaan menumpuk pada satu organisasi maka akan sangat rawan sekali terjadi absolutisme. Orang yang pertama sekali mengeluarkan 19 Samsul Wahidin. Dimensi Kekuasaan Negara Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. hal. 5-6 Universitas Sumatera Utara doktrin ini adalah John Locke melalui bukunya yang berjudul Two Treatises on Civil Government 1690 yang mengkritik raja-raja inggris pada jaman itu yang sangat absolute. Konsep pemisahan kekuasaan ini diperjelas oleh seorang filsuf Perancis Montesquieu dalam bukunya L’Esprit des Lois untuk menjamin hak-hak warga Negara. Menurut Montesquieu, kemedekaan hak setiap individu hanya bisa dijamin apabila tiga kekuasaan tersebut tidak berada dalam satu badan. Konsep pemisahaan kekuasaan tersebut akan menimbulkan keseimbangan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan Negara. Menurut Montesquiu, ketika kekuasaan eksekutif dan legislatif berada pada satu lembaga atau berada pada lembaga peradilan, maka tidak ada kemerdekaan. Kebebasan akan berada dalam kontrol sewenang-wenang.kekuasaan itu akan bertindak dengan kekerasan dan penindasan. 20

5.4. Partai politik