dijelaskan komponen yang terdapat pada aktivator dan mekanisme interaksi antara aktivator dengan sistem adhesif dan semen resin.
2.10.1 Komponen self cure activator
Komponen pada beberapa jenis aktivator dapat berupa monomer seperti 2-
Hydroxyethyl metacrylate HEMA, Urethane dimetacrylate UDMA, Bisphenol A diglycidyl methacrylate Bis-GMA catalyst, photoinisiator dan pelarut.
13,17,19,31
Monomer yang terkandung di dalam bahan adhesif merupakan monomer yang sama juga terdapat pada resin komposit ataupun semen resin. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan ikatan kovalen yang baik antara bahan adhesif dengan bahan resin. HEMA merupakan monomer hidrofilik yang dapat larut dalam air,
ethanol atau acetone dalam bentuk uncured adhesive. HEMA memiliki sifat hidrofilik yang dapat
meningkatkan wetting dentin sehingga diperoleh kekuatan perlekatan yang baik.
Meskipun HEMA tidak dapat menjadi agen demineralisasi namun sifat hidrophilik yang dimilikinya mampu membentuk adhesi yang baik. UDMA dan Bis-GMA
merupakan monomer hidrofobik yang sulit larut dalam air dan berfungsi meningkatkan kekuatan mekanis bahan adhesif dengan cara membentuk
cross-linked polymers yang padat.
32
Champorqiunon CQ merupakan komponen visble-light photoinisiator yang secara luas dan sukses digunakan dalam bahan adhesif. CQ memiliki kemampuan
untuk memulai proses photo-polymerization meskipun dalam kecepatan yang rendah.
Pelarut yang digunakan dalam beberapa aktivator dapat berupa air dan acetone
ataupun ethanol. Air merupakan pelarut yang mampu membentuk ikatan hidrogen
yang sangat kuat sehingga mampu melarutkan komponen polar. Namun air tidak mampu melarutkan komponen organik seperti monomer yang umumnya bersifat
hidrofobik. Disamping itu air juga sulit dibuang setelah diaplikasikan ke dentin sehingga kelebihan air akan mengganggu kekuatan perlekatan sistem adhesif karena
terbentuknya water blisters overwet phenomenon.
32
Ethanol juga merupakan pelarut polar namun memiliki kemampuan evaporasi yang cukup bagus ketika dilakukan pengeringan terhadap bahan adhesif. Biasanya
Universitas Sumatera Utara
ethanol digunakan sebagai co-solvent dari air sehingga menghasilkan evaporasi pelarut yang lebih baik dibandingkan hanya mneggunakan air. Sementara
acetone merupakan pelarut komponen polar dan apolar.
Acetone menjadi pilihan pelarut yang digunakan bersama komponen hidrofobik dan hidrofilik.
Acetone juga memiliki kemampuan
water-removing yang baik dan kapasitas evaporasi yang sangat bagus dibandingkan
ethanol.
32
Catalyst yang digunakan pada aktivator dinyatakan mampu membantu menghasilkan adhesi yang cocok dengan semen resin
dual cure dan mempercepat proses polimerisasinya.
Catalyst disebut juga dengan co-initiators yang tersedia dalam bentuk
solvent maupun salt yang telah disediakn oleh pabriknya.
29
Co- initiators berupa solvent tersedia dalam bentuk larutan pada sebuah botol yang
terpisah dari bahan bonding. Sementara co-initiators berupa salt tersedia dalam
bentuk microbrush spesial yang sudah terimpregnasi oleh salt. Pada sebuah literatur
dinyatakan bahwa co-initators dapat berupa aryl sulfinic acid salts, organoboron
compound dan barbituric acidcupric chloride.
17
Sementara literatur lain menyatakan bahwa kandungan utama pada
co-initiators dibedakan menjadi dua tipe yaitu aryl borate salt-based dan aryl sulfinic acid sodium salt-based.
33
Meskipun demikian kedua bahan
co-initiators tersebut tetap akan bereaksi dengan monomer asam untuk menghasilkan radikal bebas yang mampu menginisiasi polimerisasi pada semen resin.
Namun pada umumnya aktivator yang tersedia saat ini mengandung sodium salt of
aryl sulfinic acids sebagai co-initiators.
13,15,18,19,33
2.10.2 Mekanisme self cure activator dengan total etsa dan semen resin