Kebijakan Pengembangan Koleksi TINJAUAN PUSTAKA

Asmaria Br Perangin-Angin : Pengembangan Koleksi Bahan Pustaka Di Perpustakaan Stikes Santa Elisabeth Medan, 2009. Berdirinya forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia FPPTI dan forum- forum perpustakaan jenis lainya akan mempermudah perustakaan Nasional dalam membuat langkah-langkah strategis yang harus dibina, dikembangkan atau yang bisa dijadikan mitra kerja. Di dalam mengembangkan perpustakaan, langkah awal yang dikerjakan adalah bagaimana menciptakan layanan prima. Sebagai tanggung jawab moril dalam upaya pembinaan dan pengembangan perpustakaan di Indonesia, kita harus banyak melakukan konsolidasi ke dam dan keluar. Sutoyo dan Santoso 2004 : 202

2.6 Kebijakan Pengembangan Koleksi

Pengembangan koleksi merupakan proses memastikan bahwa kebutuhan informasi dari para pemakai akan terpenuhi secara tepat waktu dan tepat guna dengan memanfaatkan sumber-sumber informasi yang dihimpun oleh perpustakaan. Sumber-sumber informasi tersebut harus dikembangkan sebaik-baiknya sesuai dengan kondisi perpustakaan dan masyarakat yang dilayani. Kebijakan pengembangan koleksi merupakan alat perencanaan dan sarana untuk mengkomunikasikan tujuan dan pengembangan koleksi perpustakaan. Agar kebijakan pengembangan koleksi dapat dilaksanakan secara terarah, kebijakan pengembangan koleksi harus disusun secara tertulis. Kebijakan pengembangan koleksi tertulis berfungsi sebagai pedoman, sarana komunikasi, dan perencanaan, sebab kebijakan tersebut : 1. Menjelaskan cakupan koleksi yang telah ada dan rencana pengembangan selanjutnya, agar diketahui oleh staf perpustakaan, pemakai, administrator, dan dewan pembina perpustakaan. 2. Memberi deskripsi yang sistematis tentang strategi pengelolaan dan pengembangan koleksi yang diterapkan diperpustakaan. 3. Menjadi pedoman bagi para pustakawan sehingga ketaatan dalam proses seleksi terjamin. 4. Menjadi standar atau tolok ukur untuk menilai sejauh mana sasaran pengembangan koleksi telah tercapai. 5. Membantu mempertanggung jawabkan alokasi anggaran. 6. Menjadi sarana komunikasi baik dengan masyarakat yang harus dilayani maupun pihak luar lain yang memerlukan informasi mengenai tujuan dan rencana pengembangan koleksi. Meidi Abdul Akbar http:meidi-aa.web.ugm.ac.idwordpress?p=7 Asmaria Br Perangin-Angin : Pengembangan Koleksi Bahan Pustaka Di Perpustakaan Stikes Santa Elisabeth Medan, 2009. Kebijakan pengembangan koleksi merupakan alat perencanaan dan sarana untuk mengkomunikasikan tujuan dan pengembangan koleksi perpustakaan. Agar kebijakan pengembangan koleksi dapat dilaksanakan secara terarah, kebijakan pengembangan koleksi harus disusun secara tertulis. Rumusan yang dituangkan dalam kebijakan pengembangan koleksi tertulis dimulai dengan penjelasan singkat tentang misi perpustakaan dan sasaran- sasaran yang ingin dicapai, deskripsi singkat mengenai masyarakat yang dilayani, koleksi yang telah ada, kemudian dilanjutkan dengan ketentuan-ketentuan berikut : a Penjelasan mengenai siapa yang bertanggung jawab atas pengelolaan perpustakaan dan siapa yang diberikan wewenang untuk seleksi. b Metode pemilihan, pengaturan anggaran, komposisi masyarakat yang dilayani dan prioritas-prioritas tentang koleksi yang diseleksi. c Masalah-masalah khusus didaftarkan secara rinci, misalnya jenis bahan yang tidak dikoleksi, berapa copy dari satu judul duplikasi, penjilidan, dan penggantian buku atau bahan perpustakaan lain yang hilang. d Penjelasan mengenai komposisi koleksi yang akan dikembangkan yang dibagi atas bidang subjek dan keterangan mengenai prioritas. e Bahan berbahasa asing f Jenis bahan perpustakaan berdasarkan format. Definisi tiap jenis dan kategorinya, keterangan mana yang dibeli dan mana yang tidak, dan pentingnya bahan tersebut bagi koleksi atau pemakai. g Hadiah dan cara penanganannya h Pijam antarperpustakaan serta jaringan dan bentuk kerjasama lain yang berpengaruh pada pengembangan koleksi. i Kriteria dan tata cara penyiangan. j Sikap perpustakaan terhadap sensor dan masalah lain yang berkaitan dengan kebebasan intelektual. k Struktur dan metode penyajian Pustakawan dengan latar belakang subjek tertentu biasanya dapat memperoleh gambaran tentang struktur buku malalui daftar isi. f. Indeks dan Bibliografi Keberadaan bibliografi dan indeks sebuah buku dapat diketahui secara jelas lewat entri dalam bibliografi nasional. Meskipun demikian, kualitas bibliografi dan indeks akan dapat ditentukan secara tepat apabila langsung diperiksa dan dilihat pada buku Asmaria Br Perangin-Angin : Pengembangan Koleksi Bahan Pustaka Di Perpustakaan Stikes Santa Elisabeth Medan, 2009. itu sendiri. Catatan kaki dan daftar rujukan bisa memperkuat klaim keaslian penelitian. http:meidi-aa.web.ugm.ac.idwordpress?p=7 Asmaria Br Perangin-Angin : Pengembangan Koleksi Bahan Pustaka Di Perpustakaan Stikes Santa Elisabeth Medan, 2009.

BAB III PENGEMBANGAN KOLEKSI BAHAN PUSTAKA

DI PERPUSTAKAAN STKes SANTA ELISABETH MEDAN 3.1. Gambaran Umum Umum STIKes Santa Elisabeth Medan Pendiri pendidikan kesehatan Santa Elisabeth suster-suster Fransiskanes Santa Elisabeth. Pada umumnya institusi ini bersatu dengan Rumah Sakit St. Elisabeth yang berada di Jl. Haji Misbah No. 7 Medan. Pendidikan pemula disebut : SPRA Sekolah Pengatur Perawat Atas, berdiri pada tahun 1959 dan sudah berhasil meluluskan 17 angkatan. Sejalan dengan itu Sekolah Bidan dibuka pada tahun 1969. Dalam perkembangannya SPRA berubah menjadi SPK yang di buka pada tahun 1978 berhasil meluluskan 19 angkatan. Gedung dan fasilitas di Jl. Haji Misbah No. 7 Medan tidak memadai Tahun 1987 Pendidikan Santa Elisabeth memunyai gedung baru yang lebih besar, tanah yang luas dan asri di Jl. Bunga Terompet No. 118 Padang Bulan Medan. Karena perkembangan IPTEK pada tahun 1999 sehingga SPK dikonversi menjadi AKPER. AKPER jalur umum Santa Elisabeth dibuka pada tahun 1992 dan tahun 2007 sudah meluluskan 13 angkatan. AKPER Program khusus rumah sakit sudah meluluskan 4 angkatan dan AKPER program khusus puskesmas sudah meluluskan 3 angkatan. Bekerjasama dengan AKBID Depkes RI tahun 1998 Pendidikan Santa Elisabeth membuka AKBID jalur khusus dan sudah meluluskan 2 angkatan. Pelayanan kesehatan khusus kaum ibu semakin meningkat maka dibukalah AKBID Santa Elisabeth tahun 2001. Melihat begitu banyak tuntutan dan persoalan dalam pendidikan dibentuklah satu yayasan Widya Fraliska. Perkembangan ilmu kesehatan keperawatan dan kebidanan yang sangat pesat sesuai dengan perkembangan IPTEK sehingga keprofesionalan dalam pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan dimasyarakat. Melihat tuntutan yang semakin tinggi di dalam pengembangan keprofesian Yayasan Widya Fraliska mengembangkan sistem pendidikan dengan nama Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan STIKes St. Elisabeth, program studi S-I Keperawatan, D-III Keperawatan dan D-III Kebidanan.

3.2 Gambaran Umum Perpustakaan STIKes Santa Elisabeth Medan