Putusan No.2380Pid.B2007PN.MDN

Sri Ingeten Br Perangin Angin : Peranan Dokter Dalam Pembuktian Perkara Pidana Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2008. USU Repository © 2008. Mungkin dalam kasus diatas merupakan kasus yang mudah terpecahkan, bahkan pelakunya menyerahkan dirinya secara langsung kepada polisi, sehingga polisi tidak begitu bersusah payah untuk mencari siapa pelaku tindak pidana terhadap kasus ini. Bagaimana jika kasus ini merupakan kasus pembunuhan misterius ? dimana penyidik harus mencari siapa pelakunya, apa motif dan modus operandi dalam suatu kasus pembunuhan. Jelas bahwa dokter sebagai saksi ahli, wajib melakukan bedah mayat secara menyeluruh sehingga kejanggalan dan kecurigaan tentang kematian seseorang dapat terjawab dan penyidik dapat menyimpulkan modus dari kasus pembunuhan. Apabila pihak keluarga tidak setuju dilakukan bedah mayat, maka Pasal 222 KUHP dapat ditegakkan. Dimana pada Pasal 222 KUHP menyatakan : “ barang siapa mencegah, menghalang-halangi atau mengagalkan pemeriksaan mayat forensik diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan “. Dari Pasal ini menjelaskan bahwa siapapun tidak berhak untuk menghalang-halangi dilakukannya pemeriksaan forensik pada bedah mayat. Dan peranan dokter sangat diperlukan dalam pemeriksaan ini menurut dengan pengetahuannya, perlu diketahui bahwa dokter harus memberikan keterangan tentang apapun yang ia lihat dan ia ketahui pada saat proses pemeriksaan mayat tersebut, dan dalam pemeriksaan mayat.

2. Putusan No.2380Pid.B2007PN.MDN

Sri Ingeten Br Perangin Angin : Peranan Dokter Dalam Pembuktian Perkara Pidana Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2008. USU Repository © 2008. Dalam kasus yang penulis peroleh dari Pengadilan Negeri Medan mengenai suatu perbuatan cabul yang dilakukan oleh Terdakwa Hurupan Simanjuntak kepada anak dibawah umur yang bernama Marupa Yusti Berliana Tambunan. Terdakwa melakukan perbuatan pelecehan seksual sehingga menurut hasil Visum Et Repertum No:50OBG2007 yang dibuat dan ditanda tangani oleh dr Indra Z Hasibuan SpOG, dokter pada RSU Pirngadi Medan menyimpulkan bahwa : 1. Hymen selaput dara robek pada jam 12dua belas tidak sampai kedasar 2. Hymen selaput dara robek pada jam 3 tiga , jam 6 enam dan jam 9 sembilan sampai kedasar. Berdasarkan berita acara yang penulis dapatkan dari Pengadilan Negeri Medan, beberapa saksi yang dihadapkan di persidangan membenarkan bahwa Terdakwa Hurupan Simanjuntak telah melakukan tindakan cabul dimana korban adalah merupakan anak dibawah umur dan korban mengalami cacat mental kurang waras dari sejak lahir. Namun para saksi tidak ada yang dapat memastikan secara jelas bahwa apakah perbuatan terdakwa yang menyebabkan selaput dara dari korban tidak utuh lagi. Walaupun demikian berdasarkan fakta hukum yang ada dan berdasarkan keterangan saksi bahwa apa yang telah dilakukan oleh terdakwa semata-mata didasari dengan latar belakang nafsu saja. Sri Ingeten Br Perangin Angin : Peranan Dokter Dalam Pembuktian Perkara Pidana Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2008. USU Repository © 2008. Menurut penulis, sebaiknya didalam pemeriksaan visum tersebut, dokter memberikan perincian yang sejelas-jelasnya apakah luka robek yang mengakibatkan selaput dara korban sudah tidak utuh lagi adalah merupakan luka baru atau sudah lama, mengingat korban seorang anak yang masih kecil dan menderita gangguan mental. Karena tidak menutup kemungkinan bahwa perbuatan terdakwa bukanlah perbuatan yang pertama kalinya dsb. Namun dari itu semua, apakah terdakwa yang mengakibatkan selaput dara korban tidak utuh lagi atau bukan, tetaplah perbuatan terdakwa melanggar hukum, melanggar Pasal 82 UURI No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak dan melanggar Pasal 293 ayat 1 KUHPidana.

3. Putusan No: 1.135Pid.B2006PN-MDN