Objek Terdakwa Objek Korban

Sri Ingeten Br Perangin Angin : Peranan Dokter Dalam Pembuktian Perkara Pidana Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2008. USU Repository © 2008. ______________________ 52. Ibid, hal.41. 53. Ibid, hal.44. keterangan apakah obat itu memang mempunyai efek menggugurkan atau tidak. 2. Seorang dokter dituduh telah menyebabkan matinya seorang pasien. Dalam hal ini perlu didatangkan dokter ahli yang memberikan keterangan apakah prosedur pengobatan berdasarkan teori yang benar atau tidak atau sudah memenuhi standar pengobatan atau belum.

2. Dokter Sebagai Saksi Ahli Memberikan Keterangan Tentang Suatu Objek

Dalam hal ini, kepada dokter di sodorkan suatu objek untuk diperiksa kemudian melalui berbagai cara yang dibolehkan menurut KUHAP, hasil pemeriksaan itu berupa analisa dan kesimpulan disampaikan kepada pihak peminta. Objek-objek itu antara lain adalah : 54

a. Objek Terdakwa

Objek terdakwa perlu dimintakan keterangan kepada dokter sebagai ahli apabila ; 1. Terdakwa menunjukan tanda atau gejala kelainan jiwa. Dalam hal ini keterangan yang dibutuhkan dari dokter atas terdakwa untuk kepentingan peradilan adalah : 1. tentang ada tidaknya kelainan jiwa; 2. bila ada, apa jenis kelaian jiwa itu; Sri Ingeten Br Perangin Angin : Peranan Dokter Dalam Pembuktian Perkara Pidana Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2008. USU Repository © 2008. ________________________ 54.. Abdul Mun’im Idries, Op.Cit, hal.101 . 3. apakah dengan kelainan jiwa jenis itu terdakwa masih mampu bertanggung jawab atau tidak terhadap perbuatannya. 2. Terdakwa tidak diketahui dengan jelas umurnya, sehingga sulit menentukan status terdakwa, sebagai terdakwa anak-anak atau dewasa. Perlu diketahui bahwa tata cara mengadili terdakwa anak-anak berbeda dengan terdakwa dewasa. Disamping itu bila terdakwa anak-anak terbukti bersalah dapat diserahkan menjadi anak negara atau diserahkan kepada orang tuanya untuk dididik. 3. Terdakwa dicurigai menderita impotensi, sedangkan tindak pidana yang dituduhkan merupakan tindak pidana yang salah satu unsurnya adalah persetubuhan perkosaan, perzinahan dsb perlu diketahui bahwa seorang penderita impotensi tidak mungkin dapat melakukan persetubuhan, dengan demikian tidak mungkin ia dapat melakukan tindak pidana perkosaan atau perzinahan.

b. Objek Korban

Objek korban terdiri atas korban mati dan korban hidup, selanjutnya korban mati terdiri atas bayi dan bukan bayi. 1. Objek mati bayi perlu dimintakan keterangan kepada dokter tentang : Sri Ingeten Br Perangin Angin : Peranan Dokter Dalam Pembuktian Perkara Pidana Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2008. USU Repository © 2008. a. apakah bayi itu viable mempunyai kemampuan hidup diluar kandungan atau tidak. b. apakah bayi lahir hidup atau mati. c. apakah kematiannya wajar karena penyakit atau tidak wajar, jika tidak wajar perlu ditentukan : 1. jenis lukanya. 2. jenis kekerasannya. 3. sebab kematiannya. 2 . Objek mati bukan bayi perlu dimintakan keterangan kepada dokter tentang : a. apakah kematiannya wajar karena penyakit atau tidak wajar b. jika tidak wajar perlu diketahui antara lain : 1. jenis lukanya. 2. jenis kekerasannya. 3. sebab kematiannya. 3. Mengenai objek korban hidup perlu dimintakan keterangan kepada dokter sbb : a. Dalam hal perkosaan perlu dimintakan keterangan tentang ada tidaknya tanda-tanda kekerasan. Bila ada perlu ditentukan : 1. jenis lukanya. 2. jenis kekerasannya. 3. kualifikasi derajat lukanya. Sri Ingeten Br Perangin Angin : Peranan Dokter Dalam Pembuktian Perkara Pidana Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2008. USU Repository © 2008. b. Dalam hal korban hidup itu diduga korban persetubuhan mau sama mau di bawah umur, sedang korban itu tidak jelas umurnya, perlunya dimintakan keterangan dokter tentang umur korban. c. Dalam hal korban hidup itu korban luka-luka akibat penganiayaan, percobaan pembunuhan, peracunan dan sebagainya maka perlunya dimintakan keterangan kepada dokter itu ialah untuk mengetahui tentang : 1. jenis lukanya. 2. jenis kekerasannya. 3. kualifikasi derajat lukanya. 4. Objek lain- lain Termasuk objek lain-lain antara lain : 1. bercak darah bercak yang diduga darah. 2. bercak mani bercak yang diduga mani. 3. benda- benda atau jaringan-jaringan yang berasal atau diduga berasal dari tubuh manusia. Objek lain-lain ini perlu dimintakan bantuan dokter sebagai ahli untuk ikut membantu menemukan kebenaran material. Di dalam Pasal 6 angka 2 Undang- Undang No.4 Tahun 2004 tentang Ketentuan- ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman menyatakan : “ Tak seorang pun dapat dijatuhi pidana kecuali apabila pengadilan, karena alat pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapatkan keyakinan bahwa seseorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas dirinya”. Sri Ingeten Br Perangin Angin : Peranan Dokter Dalam Pembuktian Perkara Pidana Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2008. USU Repository © 2008. Pengertian dari undang-undang ini adalah, bahwa untuk menjatuhkan hukuman kepada terdakwa yang di duga melakukan tindakan pidana maka terlebih dahulu hendaknya didapatkan bukti-bukti yang kuat sehingga hakim dapat menjatuhkan hukuman. Selanjutnya di dalam Pasal 183 KUHAP disebutkan bahwa : “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar- benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya”. Atas dasar ketentuan itulah maka dapat disimpulkan bahwa : 55 1. untuk dapat menjatuhkan pidana kepada terdakwa diperlukan keyakinan hakim. 2. .keyakinan hakim itu harus timbul dari alat bukti, paling sedikit dua alat bukti, keyakinan yang timbul karena hal-hal lain misalnya melihat tampang, gerak-gerik, atau riwayat yang jelek dari terdakwa tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk memidanakan seseorang. Yang menjadi pertanyaan sekarang ini adalah apakah dari dokter sebagai seorang ahli dapat berperan sebagai alat bukti? Tentu saja dalam hal ini tergantung dari cara dokter dalam memberikan keterangannya, apabila persyaratan yang diperlukan dipenuhi maka keterangan dokter tersebut dapat berperan sebagai alat bukti yang sah, tetapi apabila persyaratan itu tidak Sri Ingeten Br Perangin Angin : Peranan Dokter Dalam Pembuktian Perkara Pidana Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2008. USU Repository © 2008. ________________________ 55. . Triana Ohoiwutun, Op.Cit, hal.42. dipenuhi maka keterangannya tidak dapat berlaku sebagai alat bukti. 56 Ada beberapa kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dari Keterangan dokter pada sidang pengadilan antara lain sebagai berikut : 57 a. Sebagai alat bukti, yaitu ; 1. alat bukti surat, dalam hal ini keterangan itu diberikan secara tertulis dengan mengingat sumpah. 2. alat bukti keterangan ahli, dalam hal ini diberikan secara lisan di sidang pengadilan dengan sumpah janji. b. Sebagai keterangan yang disamakan nilainya dengan alat bukti Pengertiannya adalah dalam hal keterangan dokter di bawah sumpah di hadapan penyidik, dibacakan di sidang pengadilan karena dokter meninggal dunia atau karena halangan yang sah tidak dapat hadir atau tidak dipanggil karena jauh tempat tinggalnya atau karena sebab lain yang berhubungan dengan kepentingan negara. c. Sebagai keterangan yang dapat menguatkan keyakinan hakim Sri Ingeten Br Perangin Angin : Peranan Dokter Dalam Pembuktian Perkara Pidana Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan, 2008. USU Repository © 2008. Maksudnya sebagai keterangan yang menguatkan keyakinan hakim dalam hal keterangan dokter itu diberikan secara lisan di sidang pengadilan tanpa sumpah janji karena dokter tetap menolak mengucapkannya. _______________________ 56. Hasil wawancara dengan dr Agus Purwadianto,SpF. Pada tanggal 28 Juli 2008. 57 Triana Ohoiwutun, Op.Cit, hal.46. Di dalam suatu persidangan pidana keterlibatan ahli pemeriksaan dokter dalam perkara yang berkaitan dengan kekerasan pada manusia untuk membantu hakim sangat penting yaitu sebagai kompas dalam persidangan. 58 Selanjutnya apabila pada saat pemeriksaan perkara di pengadilan masih terdapat keragu- raguan terhadap sebab luka ataupun sebab kematian walaupun sudah ada visum et repertum, selalu ada kemungkinan untuk memanggil dokter pembuat visum itu ke muka sidang pengadilan untuk mempertanggung jawabkan pendapatnya. 59 Dan dengan demikian ada bentuk dalam memberikan kesaksian ahli yang tak tertulis maupun yang tak tertulis. Yang tertulis disebut dengan visum et repertum dan yang tidak tertulis secara lisan di persidangan dan disumpah serta mengatakan sesuai dengan pengetahuan keahliannya. 60

3. Kewajiban Dokter Sebagai Saksi Ahli