2. Karena baju luar negeri berharga mahal dan dikenakan Bea Masuk BM
yang tinggi maka seseorang membeli baju buatan dalam negeri yang berharga relatif lebih murah agar ia tidak membayar Pajak Pertambahan
Nilai PPN yang besar.
b. Pengelakan atau Penyelundupan Pajak Tax Evasion
Pengelakan pajak sering disebut sebagai penyelundupan pajak terutama terhadap pada pajak-pajak yang penentuan besarnya diserahkan kepada Wajib Pajak,
dimana Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung dan membayar sendiri pajak terutang. Menurut Harry Graham Belter, penyelundupan pajak tax evasion
adalah usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk mengurangi atau sama sekali menghapus utang pajak yang berdasarkan ketentuna yang berlaku sebagai
pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Para Wajib Pajak dapat mengabaikan ketentuan formal dan ketentuan material
yang menjadi kewajibannya, memalsikan dokumen, atau mengisi data kurang lengkap dan tidak benar, sehingga fiskus tidak dapat menerbitkan ketetapan secara
benar.Dalam ketiga hal tersebut, pajak dihindari secara tidak legal.Pengelakan pajak juga dapat dilakukan dalam penyelenggaraan pembukuan, misalnya dengan
membukukan nilai aktiva lebih kecil dari pada nilai aktiva sebenarnya, tidak mebukukan uang-uang tunai, memasukan biaya-biaya dan penyusutan yang
berlebihan, dan sebagainya.
c. Melalaikan Pajak
Perlawanan pajak jenis lainnya adalah dengan melalaikan pajak, yaitu menolak membayar pajak yang telah ditetapkan dan menolak memenuhi ketentuan formal dan
ketentuan material yang harus dipenuhi olehnya. Yang paling banyak digunakan adalah usaha mengagalkan pemungutan pajak dengan menghalang-halangi penyitaan
dengan cara melenyapkan barang-barang yang dapat disita. Oliver Oldman menegaskan bahwa pengertian penyelundupan pajak tidak saja
terbatas pada kecurangan dan penggelapan pajak, tetapi juga meliputi kelalaian memenuhi kewajiban perpajakan yang disebabkan oleh:
1. Ketidaktahuan ignorance, yaitu Wajib Pajak tidak sadar atau tidak tahu
akan adanya ketentuan perundang-undangan perpajakan. 2.
Kesalahan error yaitu Wajib Pajak paham dan mengerti mengenai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, tetapi salah hitung
datanya. 3.
Kesalahpahaman misunderstanding, yaitu Wajib Pajak salah menafsirkan ketentuan peraturan perundangan-undangan perpajakan.
4. Kealpaan negligence, yaitu Wajib Pajak alpa untuk menyimpan buku
serta bukti-buktinya secara lengkap.
E. Iklim Perpajakan Tax Climate