yang ada 11. Menyusun garis haluan penyiangan dan penempatan dokumen di rak secara
tepat 12. Memprakarsai sistem jaringan aras ganda yang efektif
13. Mengatur arus masuk informasi dan komunikasi 14. Mengkaji keusangan dan penyebaran literatur ilmiah
15. Meramalkan produktivitas penerbit, pengarang, organnisasi, negara atau seluruh disiplin
16. Mendesain pengolahan bahasa otomatis untuk auto-indexing, auto-abstracting dan auto-classification
17. Mengembangkan norma pembakuan
D. Aplikasi Analisis Sitiran
Penggunaan teknik analisis sitiran terbagi dalam kategori sebagai berikut :
26
1. Pengembangan koleksi, kajian pemakai. Analisis sitiran digunakan untuk merumuskan kebijakan langganan majalah dengan menilai majalah
berdasarkan berapa kali sebuah majalah disitir. Digunakan pula untuk penghentian langganan berdasarkan sering tidaknya sebuah majalah disitir.
Analisis sitiran mengkaji pula nilai relatif dari berbagai jenis dokumen terhadap berbagai kategori pemakai.
2. Temu balik informasi. Analisis sitiran digunakan untuk mengembangkan pengganti dokumen, hubungan antara kata kunci,dokumen,pemakai dan
strategi penelusuran, identifikasi berbantuan komputer mengenai artikel yang menyitir dan akses terhadap literatur interdisipliner.
3. Pengembangan dan pertumbuhan subjek dan literatur subjek. Produktivitas pengarang dan pengaruhnya terhadap pengarang lain diukur melalui sitiran.
Pasangan sitiran dan ko-sitiran digunaka untuk mengkaji struktur pertumbuhan ilmiah sebuah bidangsubjek dan membuat peta batas-batas
subjek. 4. Kajian historis dan penelitian yang sedang berlangsung. melacak
pengembangan sebuah subjek melalui kaidah waktu, densitas dan konteks sitiran serta menggunakan jaringan sitiran sebagai ukuran untuk menilai antar
hubungan dan pengaruh berbagai pengarang beserta karya mereka.
26
Ibid.,h.6
jarak dan ketersediaan literatur ilmiah. 6. Untuk menghitung paro hidup sebuah bidang ilmu.
E. Perpustakaan Perguruan Tinggi
Sulistyo Basuki mengemukakan bahwa perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di bawah pengawasan dan dikelola oleh perguruan tinggi
dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya. Dalam pengertian ini perguruan tinggi adalah universitas, fakultas, jurusan, institut, sekolah
tinggi dan akademi serta berbagai badan bawahannya seperti lembaga penelitian. Dalam sejarah kepustakawanan Indonesia, maka perkembangan perpustakaan
perguruan tinggi lahir lebih kemudian dibandingkan dengan jenis perpustakaan lain. Kalau Indonesia sudah mengenal perpustakaan khusus pada abad ke-18, perpustakaan
umum dan perpustakaan sekolah pada awal tahun 1900-an yang mula-mula berdiri ialah usaha swasta berupa pendirian Koniklijk Instituut voor Hooger Technisch
Onderwijs in Nederlandsch Indie pada tahun 1919. Kemudian usaha swasta ini diambil alih oleh pemerintah menjadi Technisch Hoogeschool. Pada tanggal 28
Oktober 1924 pemerintah Hindia-Belanda mendirikan Rechts Hooge School RHS di Batavia kini Jakarta. Peresmian RHS diikuti dengan aksi pengumpulan buku.
Sebagai modal pertama ialah sumbangan buku dari sebuah bank di Hersenveen dan Zierikzee, disusul dengan sumbangan penerbit NV. Martinus Nijhoff, 500 buku
sumbangan Algemenee Secretarie di Buitenzorg kini Bogor serta Departemen Van Justitie. Mula-mula buku disusun menurut skema buatan Prof. Han, kelak mengikuti
skema yang digunakan oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Hal ini terjadi karena pengolahan teknnis dilakukan oleh
Bataviaasch Genootschap sedangkan urusan keuangan perpustakaan dipegang oleh sekretaris RHS. Disamping bantuan para dermawan, perpustakaan RHS mendapat
subsidi pemerintah sebesar F3100,- pertahun. Untuk pembelian buku dan majalah mendapat anggaran sebesar F10.000,- pertahun. Pada tahun 1939 koleksi
perpustakaan RHS mendekati 15000 eksemplar. Untuk bidang kedokteran pemerintah Hindia Belanda mendirikan Geneeskundige Hoogeschool GHS pada tanggal 12
Agustus 1927, walaupun awal pendidikan kesehatan di Hindia Belanda dapat ditelusuri sampai tahun 1850. Perpustakaan GHS semula merupakan koleksi dari
School tot Opleiding van Indische Artsen STOVIA. Mula-mula koleksi
Ziekenhuis, lebih dikenal dengan singkatan CBZ kini RS. Cipto Mangunkusumo kemudian disimpan di sebuah ruangan yang merupakan bagian gedung kuliah.
Koleksi perpustakaan ini sumbangan dari beberapa orang pengajar semasa pendudukan Jepang, koleksi perpustakaan ini tetap utuh, karena beberapa diantaranya
digunakan untuk sekolah tinggi kedokteran, semasa perang kemerdekaan beberapa bagian koleksi dibawa ke Jawa Tengah. Perpustakaan GHS kelak berkembang
menjadi Perpustakaan Kedokteran UI. Beberapa buku koleksi sebelum perang masih ada yang digunakan, sedangkan koleksi yang bersifat historis seperti sejarah
kedokteran sumbangan beberapa guru besar masih disimpan di gudang. Pada tahun 1940 pemerintah Hindia Belanda mendirikan Faculteit der Letteren
en Wijsgeseerte, kelak berkembang menjadi Fakultas sastra UI. Setahun kemudian Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Faculteit van Landonnvetenschap di
Buitenzorg Bogor kelak menjadi IPB. Jadi dapat dikatan bahwa setelah Perang Dunia II Indonesia tidak mengenal perpustakaan universitas dalam arti sesungguhnya
karena memang tidak ada universitas yang ada hanyalah sekolah tinggi maupun fakultas. Undang-undang pembentukan universitas telah disetujui namun tidak
sempat dilaksanakan karena pendudukan Jepang.
27
Menurut Sulistyo Basuki, tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut :
28
1. Memenuhi keperluan informasi masyarakat Perguruan Tinggi, lazimnya staff pengajar, mahasiswa, tetapi sering termasuk tenaga administrasi.
2. Menyediakan bahan pustaka rujukan pada semua tingkatan akademis S1, S2, S3 dan pengajar
3. Menyediakan ruangan belajar untuk pemakai perpustakaan. 4. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi setiap pemakai
perpustakaan. 5. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan
Perguruan Tinggi setempat, tetapi juga ke lembaga lain industri lokal. Selain memiliki tujuan tertentu, perpustakaan perguruan tinggi juga memiliki
tugas yang penting. Tugas dari perpustakaan perguruan tinggi yaitu sebagai penyedia informasi bahan pustaka dan layanan referensi pada semua tingkat akademis,
27
Sulistyo-Basuki Periodesasi Perpustakaan Indonesia Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994 h.65-66
28
Sulistyo Basuki Pengantar Ilmu Perpustakaan Jakarta: Gramedia, 1999 h.40
Perguruan Tinggi.
29
F. Skripsi