60
diperlukan nazhir yang professional dibidangnya dengan mengedepankan prinsip ajaran Islam.
Dengan adanya nazhir yang professional tersebut diharapkan objek wakaf yang masih banyak terbengkalai serta belum optimal pemanfaatannya dapat
lebih produktif sehingga dapat memberikan sumbangan bagi kesejahteraan masyarakat dan pembangunan bangsa serta dapat mencegah timbulnya
permaslahan atau sengketa yang dapat timbul di kemudian hari. 3.
Tujuan wakaf Wakaf adalah berdasarkan ketentuan agama dengan tujuan taqarrub
kepada Allah SWT untuk mendapatkan kebaikan dan ridha-Nya. Mewakafkan harta benda jauh lebih utama dan lebih besar pahalanya dari pada bersedekah
biasa, karena sifatnya kekal dan manfaatnya pun lebih besar, pahalanya akan terus mengalir kepada wakifnya meskipun dia telah meninggal. Peranan harta
wakaf sangat besar bagi pembangunan Negara.
19
Tujuan wakaf berdasarkan hadits yang berasal dari ibnu Umar ra. Dapat dipahami ada dua macam yakni:
pertama, untuk mencari keridhaan Allah SWT. Kedua, untuk kepentingan masyarakat.
Sedangkan tujuan wakaf yang dimaksud oleh Undang-undang Nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf yang dijelaskan pada pasal 4, bahwa wakaf bertujuan
untuk memanfaatkan harta benda wakaf sesuai dengan fungsinya.
19
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf,Jakarta:UI Press, 1998, cet. ke-2, h.45
61
Dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf ditambahkan dalam pasal 22 Undang-undang Nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf, bahwa harta benda
wakaf hanya dapat diperuntukan bagi: a. Sarana dan kegiatan ibadah
b. Sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan c.
Bantuan kepada fakir misikn, anak terlantar, yatim piatu, beasiswa d.
Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat ; dan atau e.
Kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah dan peraturan perundang-undangan.
Sebagaimana dimaksud dalam pasal 22, penetapan peruntukan harta benda wakaf dilakukan oleh wakif pada saat pelaksanaan ikrar wakaf. Sedangkan
dalam hal wakif tidak menetapkan peruntukan harta benda wakaf, nazhir dapat menetapkan peruntukan harta benda wakaf yang dilakukan sesuai dengan
tujuan dan fungsi wakaf.
D. Sejarah Singkat Lahirnya Undang-Undang Wakaf No. 41 tahun 2004
Gagasan dasar
Undang-undang ini lahir pada awalnya dilatar belakangi atas bergulirnya wakaf tunai yang digagas dan didengungkan oleh Prof. M. A. Mannan pakar
ekonomi Bangladesh, dimana wakaf tunai sebagai financial instrument, social
62
finance and voluntary sector bangking.
20
Wacana wakaf tunai ini kemudian berbuah inisiatif dari Derektorat pengembangan Zakat dan Wakaf Depag RI untuk
kemudian mengirim surat bernomor: Dt.III5BA.03.227722002 tertanggal 26 April 2002 kepada MUI mengenai perihal istifta tentang wakaf tunai. Pada tanggal
11 Mei 2002 MUI mengeluarkan fatwa bahwa wakaf tunaiuang hukumnya jawaz boleh.
21
Pasca lahirnya fatwa MUI tentang wakaf uang, pengembangan wakaf semakin mendapat peluang legitimasi, paling tidak pada tataran landasan hukum
keagamaan ditandai dengan dimulainya wacana keberanjakan wakaf modern dari fiqh klasik, bahkan dalam tataran lingkungan birokrasi pemerintahan yang ditandai
dengan political will dari Depag RI, dalam hal ini Derektorat Pengembangan Zakat dan Wakaf kemudian mengusulkan pembentukan Badan wakaf IndonesiaBWI.
22
Ide pembentukan BWI diusulkan oleh Mentri Agama secara langsung kepada Presiden RI pada waktu itu, Hj. Megawati Soekarnoputri melalui surat No.
MA3202002 tertanggal 5 september 2002. Inisiatif pembentukan BWI berbuah usulan dari Sekretariat Negara agar Depag RI mengirim surat izin prakarsa untuk
menyusun draft RUU Wakaf.
20
Direktorak Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama, Proses Lahirnya Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
Jakarta:DEPAG RI, 2006,h.1.
21
Ibid.,h.9-15.
22
Ibid.,h.15-16.
63
Langkah yang kemudian disiapkan oleh Direktorat Pengembangan zakat dan wakaf cq. Mentri Agama adalah mengirim surat bernomor: MA4512002 tanggal
27 Desember 2002 kepada Mentri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia perihal izin prakarsa RUU Wakaf. Di samping itu Mentri Agama juga mengirimkan surat
kepada Presiden bernomor: MA252003 tertanggal 24 Januari 2003 perihal permohonan perersetujuan prakarsa RUU Wakaf. Baik MenKehHAM pada
tanggal 10 Februari 2003 maupun Presiden pada tanggal 7 Maret 2003, menyetujui prakarsa RUU Wakaf tersebut.
23
Pengajuan RUU Wakaf Kepada Presiden
Setelah semua konsep RUU Wakaf disempurnakan, maka RUU Wakaf dikirim ke Presiden RI tahap pertama tanggal 18 juni 2003 dan tahap kedua
tanggal 5 Januari 2004. Dua tahap ini terjadi akibat dalam prosesnya di Seketariat Negara beberapa kali RUU Wakaf ini dikembalikan untuk digodok dan dikaji
ulang, agar lebih matang sebelum diajukan ke DPR RI.
Dalam surat yang pertama, Mentri Agama menyampaikan telah disiapkannya RUU Wakaf oleh Tim yang terdiri dari unsur Depag, Depkeh , HAM, Sekretariat
Negara, Badan Pertanahan Nasional BPN, Bank Indonesia BI, Universitas Indonesia UI, dan para pakar diberbagai bidang. Kemudian dalam surat yang
kedua disebutkan RUU Wakaf telah disiapkan oleh Tim yang lebih lengkap dengan tambahan: Mahkamah Agung, Depkeu Ditjen Pajak, Depdagri, Depsos,
23
Ibid.,h.20-35.
64
Menko Kesra, PBNU, PP Muhamadiyah dan MUI Pusat. Setelah semua konsep RUU Wakaf dirumuskan ulang dan dikirim kembali ke Presiden RI, Presiden
kemudian mengeluarkan amanatnya berdasarkan surat nomor: R.16PUVII2004 tertanggal 9 Juli 2004 yang ditunjukan kepada Depag RI, dan menugaskan Mentri
Agama RI, Prof. Dr. H. Said Agil Husin Al- Munawar, MA. Guna mewakili pemerintah dalam pembahasan RUU Wakaf di DPR RI.
24
Proses Pembahasan dan Pengesahan di DPR RI
DPR RI, dalam hal ini panitia kerja panja dari komisi VI
25
yang ditugaskan menggodok RUU Wakaf, melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Rapat Dengar Pendapat Umum RDPU dengan Ormas Islam; MUI Pusat, NU,
Muhammadiyah, Persis, dan Al-Washliyah, tanggal 26 agustus 2004. 2.
Rapat Dengar Pendapat umum RDPU dengan BAZNASLAZNAS; BAZNAS, LAZ Dompet Dhuafa Republika, LAZ Al-Falah, LAZ Pos Keadilan
Peduli Umat PKPU. 3.
Rapat Kerja dengan Menag RI, tanggal 6 September 2004.
26
Pembahasan di Tingkat Panja Komisi VI DPR RI
Peserta pembahasan RUU wakaf terdiri dari tiga unsur: 1 Anggota Panja Komisi VI DPR RI; 2 Pihak pemerintah adalah Depag RI, dalam hal ini adalah
24
Ibid.,h.79-83
25
Salah satu komisi di DPR RI periode 1999-2004 yang membidangi keagamaan, pendidikan,social kemasyarakatan, dan olah raga.
26
Ibid.,h.85-99.