Prasedimentasi pada Bak Penampung Air Baku Proses Koagulasi, Flokulasi, Sedimentasi, Pengaturan pH dan Desinfeksi pada Clarifier

Gambar 3.3 Jalur Distribusi Air Baku dari Intake ke Bak Penampung Air Baku

3.2.2 Prasedimentasi pada Bak Penampung Air Baku

Air baku yang dipompa dari IPA Meunasah Asan selanjutnya dialirkan ke bak penampung air baku di IPA Meunasah Reudeup yang memiliki dimensi: Panjang : 25 meter Lebar : 18 meter Kedalaman : 3 meter Pada bak penampung air baku ini terjadi proses pengendapan partikel – partikel non koloid Prasedimentasi. Bak penampung air baku ini tidak dirancang untuk proses prasedimentasi, sehingga untuk membuang sedimen yang telah Sungai Krueng Keureutu I N T AK E WT P M .ASAN WT P M .REU DEU P LH OK SU K ON Universitas Sumatera Utara mengendap pada dasar bak harus dilakukan secara manual menggunakan alat berat excavator secara berkala. Gambar 3.4 Bak Penampung Air Baku

3.2.3 Proses Koagulasi, Flokulasi, Sedimentasi, Pengaturan pH dan Desinfeksi pada Clarifier

Air baku yang telah melalui proses prasedimentasi pada bak penampung air baku selanjutnya dipompa menuju clarifier. Sebelum memasuki Clarifier, air yang dipompa melalui pipa diinjeksi dengan larutan Aluminium Sulphate Tawas dan larutan soda ash menggunakan pompa pembubuh dosing pump. Larutan Aluminium Sulphate tawas digunakan sebagai koagulan untuk mengikat partikel – partikel koloid. Penentuan dosis tawas optimum dilakukan melalui Jar Test di laboratorium. Untuk kekeruhan sebesar 36,5 NTU hasil jar test penentuan dosis tawas optimum dapat dilihat pada grafik gambar 3.6. Dosis tawas yang digunakan adalah 100 kg bubuk tawas 16 – 18 dicampur dengan 1 m 3 air dan diinjeksikan dengan debit 640 literjam. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.5 Alat Jar Test Gambar 3.6 Grafik Dosis Tawas Hasil Jar Test untuk Kekeruhan 36,5 NTU Dari grafik diatas, dosis tawas optimum terjadi pada 400 mgl yang menurunkan kekeruhan dari 36,5 NTU menjadi 4 NTU. IPA Meunasah Reudeup menggunakan produk tawas bubuk yang dikemas di dalam karung seberat 50 kg dengan kandungan tawas 16 - 18. Penggunaan Aluminium Sulphate tawas yang bersifat asam menyebabkan pH air turun sehingga dibutuhkan soda ash untuk menaikkan nilai Tawas mgliter Turbidity NTU Universitas Sumatera Utara pH agar berada pada kisaran yang dipersyaratkan Menteri Kesehatan 6,5 – 8,5. Larutan soda ash dibuat dengan cara mengaduk 20 kg bubuk soda ash dengan 1 m 3 air pada bak tendon, larutan soda ash diinjeksikan dengan debit 390 literjam. Gambar 3.7 Penginjeksian Larutan Tawas dan Soda ash Air yang telah diinjeksi dengan larutan tawas dan soda ash masuk ke pengadukan cepat rapid mixing 100 – 180 rpm pada Clarifier dengan debit 40 – 70 literdetik. Pengadukan cepat bertujuan untuk mengakselerasi terjadinya koagulasi yaitu perubahan sifat dari partikel – partikel koloid menjadi non koloid. Selanjutnya partikel – partikel tersebut akan turun akibat adanya gaya gravitasi sedimentasi menuju dasar clarifier. Bak Tendon berisi larutan soda ash Pompa Pembubuh Dosing Pump Bak Tendon berisi larutan tawas Pompa Pembubuh Dosing Pump Larutan Tawas dan soda ash diinjeksi Bak Penampung Air Baku Clarifier Universitas Sumatera Utara Mata pengaduk cepat berbentuk propeler, hal ini dimaksudkan agar pada saat proses rapid mixing tidak terjadi arus acak yang akan menyebabkan proses flokulasi dan sedimentasi terganggu. Dengan sirkulasi air yang baik lihat gambar 3.10 proses flokulasi dan sedimentasi akan lebih efektif. Gambar 3.8 Propeler Gambar 3.9 Sirkulasi Air dan Proses Sedimentasi pada Clarifier Pada dasar clarifier terdapat lengan pengaduk lambat slow mixing yang berputar 5 – 20 rpm, berfungsi untuk mengakselerasi terjadinya proses flokulasi yaitu partikel – partikel non koloid berkumpul saling mengikat membentuk flok – 17 m 6 m 5,6 m 3 m Air masuk Universitas Sumatera Utara flok dan mengendap menjadi lumpur akibat gravitasi. Lengan pengadukan lambat yang terdapat pada dasar Clarifier juga berfungsi sebagai pengumpul lumpur yang mengumpulkan lumpur menuju ke pusat pengumpulan lumpur yang berada tepat di tengah dasar clarifier. Gambar 3.10 Clarifier Clariflocculator Air yang telah diproses di clarifier secara rapid dan slow mixing kemudian diinjeksikan desinfektan, IPA Meunasah Reudeup mengganti penggunaan khlorin dengan kaporit karena sulitnya mendapatkan khlorin. Penginjeksian dilakukan dengan menggunakan pompa pembubuh dosing pump. Pembuatan larutan kaporit dilakukan dengan cara mencampurkan kaporit 7,5 kg dengan air 1 m 3 , larutan kaporit diinjeksikan dengan debit 210 literjam. flokulasi koagulasi Universitas Sumatera Utara Gambar 3.11 Pembubuhan Larutan Kaporit Selanjutnya air dialirkan menuju unit penyaringan. Untuk memastikan larutan kaporit yang diinjeksikan pada permukaan air di Clarifier tercampur merata, pada Clarifier dipasang diffuser weir yang berfungsi untuk menerjunkan air sehingga secara otomatis akan mengaduk larutan kaporit. Selain itu, diffuser weir juga berfungsi menahan lumut dan benda – benda asing lainnya yang mengambang pada permukaan air agar tidak ikut terbawa ke unit penyaringan yang akan menghambat kerja unit penyaringan. Gambar 3.12 Diffuser weir Lumpur yang mengendap di dasar Clarifier selanjutnya dipompa ke luar menuju rawa yang berada dekat dengan IPA Meunasah Reudeup. Pada awal beroperasinya IPA Meunasah Reudeup, lumpur dipompa menuju Thickner Tank dalam bentuk lumpur cair. Pada Thickner Tank lumpur diolah untuk diambil airnya sehingga menjadi setengah padat. Air yang dihasilkan Larutan Kaporit pada Bak Tendon Pompa Pembubuh Dosing Pump Pembubuhan Larutan Kaporit A A 8 cm 5 cm 10 cm 1 2 Pot.A-A Universitas Sumatera Utara dari pemisahan tersebut kemudian dialirkan kembali ke bak penampungan air baku. Lumpur setengah padat yang berasal dari Thickner Tank dialirkan menuju alat Belt Filter Press untuk dijadikan lumpur dalam bentuk batangan. Selanjutnya lumpur yang telah menjadi batangan tersebut diangkut dengan truk untuk dibuang ke tempat pembuangan khusus. Namun lumpur tersebut dapat juga digunakan untuk berbagai keperluan dengan menambahkan beberapa unsur lain menjadi bahan baku pembuatan batu bata atau keramik. Saat ini Thickner Tank sudah tidak dioperasikan lagi dikarenakan air yang berasal dari Thickner Tank memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi dan pengoperasiannya boros pemakaian listrik. Clarifier pada IPA Meunasah Reudeup memiliki dimensi: Diameter : 17 meter Tinggi : 5,6 meter Tinggi Efektif : 3,7 meter Dimensi unit pengadukan cepat pada Clarifier adalah sebagai berikut: Diameter : 6 meter Tinggi : 1,5 meter

3.2.4 Unit Penyaringan Filtrasi