Sikap Narapidana Terhadap Program Pembinaan

5.2.2 Sikap Narapidana Terhadap Program Pembinaan

Pengukuran yang berikutnya yang berkenaan dengan respon narapidana terhadap program pembinaan adalah melalui sikap. Pengukuran suatu sikap melalui beberapa bagian, seperti yang diuraikan hasil penelitian sebagai berikut: Distribusi Responden Berdasarkan Kesetujuan Terhadap Program Pembinaan Dari hasil kuesioner yang telah disebarkan diperoleh bahwa seluruh responden 100 setuju dengan program pembinaan yang diberikan. Dari hasil wawancara dengan responden Iwan January Sigalingging 24 tahun menyatakan “dari komunikasi sehari-hari, mayoritas narapidana sadar telah berbuat salah dan semua yang kami lakukan selama di LP ini tidak akan sia-sia”. Pembinaan penting dilaksanakan selama narapidana menjalani hukuman di lembaga pemasyarakatan karena dapat mengubah pola pemikiran narapidana dengan cara memberikan pendidikan umum, rohani, keterampilan dan pembinaan lainnya Para narapidana yang menjalankan pembinaan dengan baik selama di lembaga pemasyarakatan lama-kelamaan akan terbiasa dengan pembinaan sehingga ketika mereka keluar dari lembaga pemasyarakatan dan kembali ke masyarakat diharapkan akan bertingkah laku seperti saat di dalam LP. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Kegunaan Pembinaan untuk Membentuk Karakter yang Baik No. Kategori Frekwensi F Persentase 1 2 Berguna Kurang Berguna 24 6 80 20 Jumlah 30 100 Sumber: Kuesioner 2010 Berdasarkan tabel 5.16 mayoritas responden menyatakan pembinaan yang diterima berguna untuk membentuk karakter yang lebih baik dari sebelumnya karena menurut para responden setelah menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan KLas IIB Siborongborong responden lebih mempunyai sopan santun dalam setiap perkataan dan tingkah lakunya. Hal ini sejalan dengan salah satu tujuan dari pembinaan untuk memulihkan kembali keimanan para narapidana dengan membentuk karakter yang lebih baik dari sebelumnya agar nantinya dapat kembali dan dapat diterima di tengah-tengah masyarakat. Peneliti tertarik untuk mengetahui alasan responden yang menyatakan bahwa pembinaan kurang berguna untuk membentuk karakter yang lebih baik dan dari hasil wawancara dengan David Manik 28 tahun menyatakan “kurang bergunanya pembinaan yang diterima untuk membentuk karakter yang lebih baik karena serng kali kami tidak dengan sungguh-sungguh mengikuti pembinaan dan tidak mengikuti apa yang dikatakan oleh petugas LP”. Tidak ada responden yang menyatakan pembinaan tidak berguna untuk membentuk karakter yang lebih baik. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Kegunaan Pembinaan Terhadap Meningkatnya Pengetahuan, Keterampilan, dan Keimanan No. Kategori Frekwensi F Persentase 1 2 Berguna Kurang Berguna 21 9 70 30 Jumlah 30 100 Sumber: Kuesioner 2010 Dari tabel 5.17 mayoritas narapidana menyatakan pembinaan dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keimanan narapidana. Hal ini sangat bermanfaat bagi narapidana terutama yang buta huruf setelah berada di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Siborongborong dapat membaca, dan memperoleh keterampilan yang tidak didapat di luar lembaga pemasyarakatan. Dari hasil wawancara dengan Dedi Ariadi 23 tahun menyatakan “pembinaan dapat membuka wawasan berpikir sehingga dapat memotivasi untuk dapat berperilaku lebih baik, mampu menambah keterampilan yang nantinya akan saya gunakan setelah menyelesaikan hukuman di LP ini”. Menurut Dedi Ariadi, pembinaan di Lembaga Pemayarakatan Klas IIB Siborongborong cukup maksimal dilaksanakan ditambah petugaspembina selalu memberikan motivasi dan memperlakukan para narapidana dengan baik. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Manfaat Pembinaan yang Diberikan No. Kategori Frekwensi F Persentase 1 2 Ya Kadang-kadang 26 4 86,67 13,33 Jumlah 30 100 Sumber: Kuesioner 2010 Pembinaan sebagai salah satu wadah bagi narapidana memperbaiki diri berbeda dengan sistem kepenjaraan yang membuat narapidana jera akan tindak pidana yang dilakukan dengan mengunakan kekerasan sehingga apabila keluar dari penjara masyarakat biasanya dikucilkan. Dari tabel 5.18 sebagian besar narapidana menyatakan menerima manfaat dari pembinaan. Menurut para responden manfaat dari pembinaan yang diberikan yaitu semakin meningkatnya kesadaran diri, keimanan, dan keterampilan sebagai bekal hidup bermasyarakat setelah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Siborongborong. Berdasarkan hasil wawancara saya dengan Andi Barus 33 tahun yang menyatakan “setelah menjalani hukuman di LP ini saya dapat menyadari kesalahan yang telah dilakukan karena dalam pembinaan rohani narapidana diarahkan ke arah pemikiran yang baru arah nantinya tidak melakukan perbuatan kriminal lagi”. Responden yang menyatakan kadang-kadang menerima manfaat dari pembinaan karena para responden menganggap kegiatan yang dilakukan hanya rutinitas sehari-hari. Tidak ada responden yang menyatakan tidak menerima manfaat dari pembinaan. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Menu Makanan yang Disediakan No. Kategori Frekwensi F Persentase 1 2 3 Enak Kurang Enak Tidak Enak 5 16 9 16,67 53,33 30 Jumlah 30 100 Sumber: Kuesioner 2010 Para narapidana berhak memperoleh makanan yang layak sesuai dengan jumlah kalori yang memenuhi syarat kesehatan setiap harinya. Narapidana diberi makan 3 kali sehari, sebagian narapidana yang pandai memasak diperkerjakan sebagai tukang masak. Berdasarkan observasi peneliti mengenai menu makanan yang disediakan sudah cukup layak, walaupun jumlah gizi yang terdapat dalam makanan masih jauh dari kebutuhan konsumsi gizi pada umumnya, hal tersebut juga dipengaruhi oleh masalah dana financial. Makanan bagi narapidana dimasak sesuai dengan daftar makanan yang diganti setiap sekali setahun, pagi hari bebarapa petugas berbelanja ke pajak Siborongborong untuk membeli ikan dan kebutuhan makanan narapidana. Sebagian besar responden menganggap makanan yang disediakan belum layak dikonsumsi karena sebelum masuk ke Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Siborongborong responden bebas menkmati makanan yang mereka inginkan. Narapidana sangat senang bila ada keluarga dan teman yang berkunjung membawa makanan karena mereka jarang menikmati makanan yang enak. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.20 Distribusi Responden Berasarkan Sikap Petugas dalam Menangani Narapidana yang Sakit No. Kategori Frekwensi F Persentase 1 2 Peduli Kurang Peduli 28 2 93,33 6,67 Jumlah 30 100 Sumber: Kuesioner 2010 Tabel 5.20 menunjukkan mayoritas responden menyatakan petugas peduli jika responden sakit. Dari hasil observasi peneliti para narapidana yang datang mengeluh sakit langsung diberikan obat sesuai dengan keluhan penyakitnya jika persediaan obat mencukupi. Umumnya keluhan penyakit yang paling sering terjadi yang dialami responden seperti sakit perut, flu ringan, penyakit kulit bara berupa bisul yang menyeluarkan cairan yang disebabkan oleh air yang kurang bersih, kurang menjaga kebersihan diri, dan pergerakan yang kurang aktif diluar kamar sehingga jarang terkena sinar matahari. Sikap para petugas dalam melayani kesehatan narapidana sudah cukup baik, hanya saja terganjal akan keterbatasan fasilitas kesehatan seperti obat dan peralatan medis, petugas kesehatan seperti dokter dan perawat yang ditugaskan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Siborongborong tidak setiap saat berada di LP, tetapi datang jika ada narapidana yang sakit dan perlu perawatan. Responden yang menyatakan petugas kurang peduli jika mereka sakit karena responden kurang pandai mendekatkan diri kepada petugas sehingga jika mereka sakit segan untuk menemui petugas terkadang temannya yang melapor. Tidak ada responden yang menyatakan petugas tidak peduli jika narapidana sakit. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Perbaikan Sarana dan Prasarana di LP No. Kategori Frekwensi F Persentase 1 2 Ya Tidak 17 13 56,67 43,33 Jumlah 30 100 Sumber: Kuesioner 2010 Berdasarkan tabel 5.21 menunjukkan sebagian besar responden menyatakan perlu adanya perbaikan sarana dan prasarana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Siborongborong dikarenakan sarana dan prasarana yang ada saat ini sudah tidak memadai, khususnya fasilitas-fasilitas yang vital seperti perlengkapan kamar tidur, perlengkapan makan, alat-alat olahraga dan lain-lain. Dari informasi hasil wawancara dengan S.R Tambunan,SH Kepala Tata Usaha menyatakan “untuk perbaikan sarana dan prasarana yang ada di LP harus ada persetujuan dari Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM untuk mendapatkan anggaran memperbaiki sarana dan prasarana tersebut”. Hal inilah renovasi dan pembangunan sarana dan prasarana sulit terealisasi, karena melalui proses dan jangka waktu yang panjang. Responden yang menyatakan tidak perlu adanya perbaikan sarana dan prasarana di LP Klas IIB Siborongborong karena mereka sudah cukup puas dengan sarana dan prasarana yang ada saat ini. Bagi responden tersebut yang perlu diperhatikan oleh pemerintah adalah kebutuhan makanan sehari-hari agar pemilihan menu makanan yang mengandung kadar gizi yang lebih baik.. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil skala likert lampiran 1 diketahui bahwa responden memiliki sikap terhadap program pembinaaan, diberikan nilai sebagai berikut : = 106 : 5x30 = 106 : 150 = 0,706 Keterangan : Jumlah skor variabel persepsi = 106 Jumlah sub variabel pertanyaan = 5 Jumlah responden = 30 Hasil skor variabel persepsi V2 = 0,706 Hasil dari skala likert tersebut menunjukkan bahwa nilai sikap terhadap program pembinaan yaitu 0,706 dan berada diantara 0,33 sampai dengan 1, sehingga menunjukkan nilai respon yang positif. Hal ini dikarenakan para responden setuju, menerima dam menilai baik progam pembinaaan yang diberikan. Universitas Sumatera Utara

5.2.3 Partisipasi Narapidana Terhadap Program Pembinaan