BAB IV PEMBERDAYAAN KEWIRAUSAHAAN
DI PONDOK PESANTREN AL ASHRIYYAH NURUL IMAN PARUNG BOGOR
A. Analisa Pemberdayaan Kewirausahaan di Pondok Pesantren Al-Ashriyyah
Nurul Iman Parung-Bogor
Setelah sistem ekonomi konglomerasi dianggap kurang berhasil, maka harapan ekonomi itu ditumpahkan ke lembaga-lembaga rakyat yang sudah teruji dan
lulus dalam sejarah kehidupan masyarakat dan berbangsa. Dan ternyata, yang justru tahan di tengah badai krisis ekonomi adalah lembaga-lembaga ekonomi mikro yang
berbasis rakyat. Industri kelas menengah kecil seperti home industry justru memiliki daya ketika berhadapan dengan krisis ekonomi.
Pondok pesantren, kenyataannya adalah lembaga potensial untuk bergerak ke arah ekonomi berbasis rakyat, sebagaimana kekuatan yang terbukti dimilikinya. Di
samping sebagai lembaga pendidikan, pesantren sebenarnya mempunyai andil yang cukup besar dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat, khususnya bagi masyarakat
menengah kebawah yang berada sekitar pesantren. Pondok Pesantren Al-Ashriyah Nurul Iman Parung-Bogor yang
mempunyai lebih dari 6000 santri ini, dapat dijadikan contoh. Banyak penduduk bekerja untuk pondok pesantren dalam berbagai sektor. Ada yang bekerja sebagai
pemangkas rambut, dry cleaning, tukang masak, memasok jajanan santri ke koperasi, tukang bangunan, cleaning service, dll. Kebutuhan di atas merupakan kebutuhan-
kebutuhan dasar para santri dan pondok. Apalagi bila pondok mempunyai usaha tertentu sehingga bisa melibatkan lebih banyak masyarakat lagi.
Alasan mendasar kenapa keberadaan pesantren lebih bisa memberdayakan ekonomi masyarakat dibanding sekolah biasa, adalah karena pesantren muridnya
tinggal 24 jam di pondok. Berbeda dengan sekolah biasa yang muridnya tidak mondok. Di samping itu, status pesantren sebagai lembaga swasta dan kondisi orang
tua murid yang mayoritas berasal dari ekonomi menengah kebawah, memaksa pondok pesantren seperti Al-Ashriyyah Nurul Iman untuk terus mandiri dan inovatif
menciptakan lapangan-lapangan usaha baru demi mencukupi kebutuhan finansial lembaganya.
Secara garis besar, model kelembagaan pondok pesantren dapat dikategorikan ke dalam dua kategori sebagai berikut:
57
1. Integrated Structural
Maksudnya adalah semua unit atau bidang yang ada dalam pondok pesantren, merupakan bagian tak terpisahkan dengan pondok pesantren itu
sendiri. Artinya, semua unit atau bidang dengan berbagai ragam spesifikasi, berada dalam suatu struktur organisasi. Model seperti ini sebenarnya tidak terlalu
bermasalah seandainya masing-masing unit atau bidang memiliki job description yang jelas, termasuk hak dan kewenangannya. Sebaliknya, Apabila hal ini tidak
dijumpai sementara kendali organisasi berpusat hanya pada satu orang, maka dapat dipastikan bahwa sistem keorganisasian dan kelembagaan tidak bisa
berjalan dengan baik. Inilah problem klasik kelembagaan yang biasanya banyak dijumpai di pondok pesantren, dengan istilah yang sering didengar “semuanya
57
Ahmad Faozan, Jurnal Studi Islam dan Budaya, Purwokerto: P3M, 2006 h.1
harus mendapat restu sang Kyai”. Maka dapat dipastikan bahwa sistem keorganisasian dan kelembagaan tidak begitu berjalan dan aspirasi para guru
untuk pengembangan ekonomi kadang terhambat di puncak pimpinan. Meski demikian, tidak semua pondok pesantren bisa digeneralisasikan seperti itu.
Apabila sang Kyai berfigur demokratis, maka otoritarianisme kelembagaan dapat dihindarkan.
2. Integrated Non-Structural
Maksudnya adalah unit atau bidang usaha yang dikembangkan pondok pesantren terpisah secara struktural organisatoris. Artinya, setiap bidang usaha
mempunyai struktur tersendiri yang independen. Meski demikian, secara emosional dan ideologis tetap menyatu dengan pondok pesantren. Pemisahan
lembaga ini dimaksudkan sebagai upaya kemandirian lembaga, baik dalam pengelolaan atau pengembangannya. Model kelembagaan seperti ini biasanya
mengadopsi sistem manajemen modern. Dilihat dari dua model kelembagaan yang telah disebutkan di atas, maka
Pondok Pesantren Al-Ashriyyah dapat dikategorikan sebagai pondok pesantren yang menerapkan model Integrated Non-Structural, di mana setiap bidang usaha
mempunyai struktur tersendiri yang independen. Kurikulum di Pondok Pesantren Al- Ashriyyah juga telah membantu meningkatkan jiwa enterpreneurship para santri,
yaitu mengajari santri dengan ketrampilan-keterampilan yang bermanfaat untuk bekal mereka nanti.
Adapun tahapan pemberdayaan kewirausahaan di Pondok Pesantren Al- Ashriyyah adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi Kebutuhan Pemberdayaan Kewirausahaan di Pondok Pesantren
Kehadiran Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung-Bogor yang memadukan pendidikan agama Islam dengan pendidikan umum termasuk
pendidikan keterampilan dengan berbagai jenis pelatihan kewirausahaan, telah ikut menjawab tantangan zaman termasuk dalam memasuki era globalisasi yang
penuh dengan persaingan.
58
Bahwa bertambah banyaknya angkatan kerja setiap tahun, sementara peluang kerja yang tersedia sangat terbatas akan menyebabkan terjadinya
persaingan yang sangat ketat dalam memperoleh pekerjaan. Akibatnya, hanya orang-orang yang cerdas dan memiliki keterampilan yang memadailah yang
mampu bersaing memperoleh pekerjaan sesuai dengan bidang keahliannya. Kondisi demikian akan berdampak pada banyaknya pengangguran di negeri kita
sehingga apabila tidak segera dicarikan solusinya akan berdampak pada tingginya angka kriminalitas.
Solusi yang paling baik dalam menghadapi masalah tersebut ialah dengan mengembangkan keterampilan berwirausaha bagi remaja dan pemuda
kita. Pendidikan keterampilan hidup life skill harus dikembangkan di lembaga- lembaga pendidikan. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam,
disamping tetap melaksanakan fungsinya sebagai pusat pendidikan dan pendalaman ilmu-ilmu agama tafaqquh fiddin, juga harus membekali para
santrinya dengan pendidikan keterampilan bagi para santrinya. Jiwa kemandirian
58
Ust Fuad Alanshori, Kepala Humas Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman, Wawancara Pribadi,
02 Januari 2009, di Kantor Redaksi Pondok Pesantren.
yang telah tumbuh di lingkungan pondok pesantren merupakan modal berharga yang harus terus dikembangkan bagi para santri. Para santri juga perlu
mempersiapkan diri untuk menghadapi dan mewujudkan masa depan yang lebih cerah, sehingga kelak di samping mampu berdakwah dengan baik, juga mampu
berwirausaha dengan sukses. Konsekwensinya, maka pengelola Pondok Pesantren memodernisir
sistem pendidikan dan manajemen sesuai dengan arah pergerakan masyarakat modern dengan harapan dapat memenuhi dan menyeimbangkan kebutuhan hidup
para santri dan alumninya dengan berbagai macam pelatihan-pelatihan. Di antaranya adalah pelatihan kewirausahaan dalam upaya menumbuhkan jiwa dan
sikap kewirausahaan santri. Kewirausahaan di pondok pesantren dibangun di atas pondasi ilmu dan
akhlak. Ilmu yang diajarkan oleh pondok pesantren meliputi materi ma’rifatullah, kewirausahaan, dan kepemimpinan yang diharapkan mampu membangun
kepercayaan diri para santri dalam mengembangkan potensi yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Sedangkan akhlak diharapkan mampu merubah
karakter negatif menjadi positif, sehingga dalam mengembangkan potensinya para santri memberikan kesejahteraan bagi dirinya dan ketentraman bagi lingkungan
sekitarnya dengan adanya kewirausahaan ini diharapkan akan lahir insan mandiri dalam usaha pengembangan masyarakat.
2. Penetapan Sasaran Pemberdayaan Kewirausahaan
Adapun yang menjadi sasaran utama pada setiap pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman di bawah
Departemen Usaha, adalah seluruh santri-santri yang ada di dalamnya termasuk santri senior, junior dan para asatidz.
3. Merancang Program Pemberdayaan Kewirausahaan
Merancang sebuah program pelatihan kewirausahaan merupakan suatu keharusan. Berikut ini rancangan program pemberdayaan dan pelatihan
kewirausahaan di Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman: Pertama: Penyelenggara, dalam hal ini yang menjadi penyelenggara
dalam melakukan pelatihan-pelatihan adalah Departemen Usaha Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman. Adapun untuk pelatih atau pemberi materi,
Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman mengundang narasumber dari luar sesuai dengan kebutuhan pelatihan yang dilaksanakan.
Kedua: Tujuan, adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan pemberdayaan kewirausahaan antara lain sebagai berikut:
a. Tujuan Umum
Terwujudnya kemandirian santri, membangun semangat yang disiplin, terampil serta mandiri, serta menyiapkan siswa agar mampu menciptakan
lapangan kerja sendiri. Menghasilkan output dengan wawasan luas yang berpengetahuan agama yang kuat berpengetahuan umum, sains, teknologi dengan
wawasan iman dan taqwa serta mempunyai keterampilan dan kewirausahaan yang
mampu memberikan manfaat bagi masyarakat umum dalam perkembangan perekonomian.
b. Tujuan Khusus
1 Meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan sikap yang dapat
dimanfaatkan untuk berwirausaha guna meningkatkan penghasilan yang layak untuk para santri di masa mendatang.
2 Berpengetahuan agama dengan sebaik-baiknya yang memiliki kualitas
keimanan dan ketaqwaan yang kuat. 3
Menginternalisasi nilai-nilai budi pekerti yang luhur sehingga memiliki kecakapan sosial yang baik.
4 Memiliki berbagai ilmu pengetahuan umum dengan mampu berteknologi
yang intelektualitas. 5
Memiliki jiwa kemandirian dan kepemimpinan yang sanggup menjadi agent of change
dengan unggul dimasa yang akan datang. 6
Mempunyai jiwa kewirausahaan dan keterampilan sehingga menjadi motor kehidupan social ekonomi
Ketiga: Materi, dalam hal ini materi yang diberikan secara umum adalah disesuaikan dengan jenis pelatihan yang dilaksanakan.
Keempat: Metode, adapun metode yang diterapkan dalam melaksanakan
pemberdayaan dan
pelatihan kewirausahaan
apabila dipersentasikan adalah 30 berbentuk teori dan 70 berbentuk praktek.
4. Pelaksanaan Program Pemberdayaan dan Pelatihan di Pondok Pesantren
Al-Ashriyyah Nurul Iman
Dalam pemberdayaan dan pelatihan kewirausahaan, pengaplikasiannya tidak terlepas dari rencana-rencana yang telah disusun. Diantaranya dalam bentuk
workshop , seminar, dan lain-lain. Akan tetapi metode yang lebih menjadi acuan
bagi pihak Pondok Pesantren lebih cenderung menggunakan metode learning by doing
belajar sambil bekerja. Berikut ini adalah jenis-jenis pemberdayaan kewirausahaan yang telah
dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung-Bogor:
Tabel 4.1 Jenis Usaha Dan Pelatih
No. Jenis Usaha
Pelatih
1 Agrobisnis
Taiwan Technical Mission 2
Pabrik Roti Bpk. Asdodi
3 Pabrik Tahu Tempe
H. Abdurrahman 4
Pabrik Air Mineral Hexagonal PT. Tirtamas Jaya
5 Pengolahan Sampah
H. Zakaria 6
Percetakan Bpk. Suparto
7 YAPANI Entertaintment
Bpk. Rama Setiawan 8
Usaha Menjahit Hj. Nani Suryani
Sumber: Wawancara Pribadi Dengan Ust. Subaiki
5. Evaluasi Pemberdayaan Kewirausahaan
Evaluasi pemberdayaan kewirausahaan dilakukan pada setiap satu bulan sekali terhadap santri pada masing-masing unit usaha. Setelah itu dilakukan
rolling perputaran sampai ditemukan bakat yang cocok pada santri.
Adapun masalah keuangan atau omzet pada usaha yang dijalankan oleh santri, pihak Pondok Pesantren lebih menanamkan kejujuran keimanan
pada santri. Karena dalam hal ini, pengawas keuangan yang masuk pada unit usaha yang dijaga oleh santri setiap harinya tidak ada, melainkan melalui waskat
pengawasan malaikat.
a. Pengelola Program
Pengelola program pemberdayaan ini adalah Departemen Usaha Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman yang dilaksanakan oleh Pengurus
Departemen Usaha Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman. b.
Rancangan Program Pemberdayaan
Tabel 4.2 Rancangan Program Pemberdayaan Kewirausahaan
No. Waktu
Materi Narasumber
Tempat
1 08:00-09:00
Pembukaan Habib Sagaf
bin Mahdi Masjid
2 09:00-09:30
Break Panitia
Masjid 3
09:30-12:00 Pemberian Tausyiah
dan Motivasi Para Asatidz
Masjid 4
13:00-14:00 Pemberian Teori
Pelatih Lokasi
Usaha 5
14:00-15:00 Teknik Operasional
Unit Usaha Pelatih
Lokasi Usaha
Wawancara Pribadi dengan Ust. Subaiki
Pondok pesantren sebagai sebuah lembaga yang lahir atas prakarsa dan inisiatif tokoh masyarakat dan bersifat otonom, sejak awal berdirinya merupakan
potensi strategis yang ada di tengah kehidupan masyarakat. Kendati kebanyakan pesantren memposisikan dirinya hanya sebagai institusi pendidikan dan
keagamaan, namun beberapa pesantren telah berupaya melakukan reposisi dalam menyikapi berbagai persoalan masyarakat, seperti ekonomi. Menurut Zamaksyari
Dhofier unsur-unsur yang terdapat di dalam pesantren yaitu: Kyai, Santri dan pendidikan.
59
Berikut ini unsur-unsur yang diberdayakan di dalam lingkungan Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung-Bogor.
Kyai – Ulama
Kyai-ulama adalah figur yang merupakan elemen paling esensial dalam pondok pesantren. Kyai-ulama adalah orang yang memimpin pesantren dengan
kharisma tinggi, ibadah yang tekun serta pengetahuan keagamaan yang luas dan mendalam. Oleh sebab itu, para kyai-ulama, di samping memberikan pelajaran
agama dan menjadi pemimpin spiritual para santrinya, tidak jarang juga menjadi konsultan bagi masyarakat.
Sebagaimana telah disinggung, keunikan sekaligus sebagai magnet pondok pesantren adalah figur kyai-ulama pemimpin pondok pesantren. Dalam
konteks ini, muncul faktor yang sangat penting sekaligus sebagai syarat dalam tradisi Islam, yaitu seorang kyai-ulama adalah pemegang ilmu-ilmu agama. Tugas
ini tidak dapat dilimpahkan kepada masyarakat umum karena berhubungan dengan kepercayaan bahwa ulama merupakan pewaris Nabi, seperti disebutkan dalam
sebuah Hadis. Dengan demikian, keunikan kepemimpinan Kyai-ulama Pondok
59
Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Jakarta: LP3S, 1983 h.44
Pesantren Al-AShriyyah Nurul Iman Parung-Bogor ini dapat dipandang sebagai potensi pondok pesantren yang bernilai ekonomis.
Setidaknya ada tiga hal yang dapat dijadikan kelebihan melalui unsur Kyai-ulama ini: Pertama, dengan “menjual” figur Kyai-ulama karena kedalaman
ilmunya. Artinya, figur seorang Kyai-ulama pondok pesantren merupakan magnet daya tarik yang luar biasa bagi calon santri, wali santri, dan masyarakat untuk
berburu ilmu. Kedalaman ilmu sang Kyai-ulama inilah yang menjadikan awal potensi ekonomi Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung-Bogor
terbangun. Ini tidak berarti komersialisasi ilmu, tetapi sudah seharusnya orang-
orang yang berilmu itu memperoleh penghargaan meski tidak selalu berupa materi. Meski potensi berasal dari figur seorang Kyai pondok pesantren, tetapi karena
institusi pondok pesantren biasanya melekat dengan figur sang Kyai-ulama, maka pemanfaatan potensi tersebut juga untuk kemaslahatan pondok pesantren.
Kedua, seorang Kyai-ulama adalah tokoh panutan masyarakat dan pemerintah. Ketokohan seorang Kyai-ulama ini memunculkan sebuah kepercayaan,
dan dari kepercayaan melahirkan akses. Dari sinilah jalur-jalur komunikasi, baik dalam kerangka ekonomis, politis, maupun yang lainnya terbangun dengan
sendirinya. Ketiga, seorang Kyai-ulama, sebelum membangun sebuah pondok pesantren, telah mandiri secara ekonomi yaitu sebagai pengusaha dan sebagainya.
Pada pondok pesantren ini para santri bahkan belajar bertani dan berdagang kepada sang Kyai-ulama. Kyai-ulama semacam ini sering menjadi tumpuan keuangan
pondok pesantren.
Ini berarti sejak awal Kyai-ulama telah mempersiapkan diri secara sungguh-sungguh. Tidak hanya dari aspek mental, tetapi juga sosial dan ekonomi.
Jiwa dan semangat entrepreneurship inilah yang mendasari kemandirian perekonomian pondok pesantren. Apabila aset dan jiwa entrepreneurship ini
dipadukan, maka hasilnya dapat dijadikan dasar membangun tatanan ekonomi pondok pesantren. Ketiga potensi ekonomi Kiai-ulama ini apabila diskemakan,
dapat tergambar sebagai berikut. Tabel 4.3
Potensi Ekonomi Kyai-Ulama
Santri – Murid
Potensi ekonomi kedua yang melekat pada Pondok Pesantren Al- AShriyyah Nurul Iman Parung-Bogor adalah santri, atau murid, atau siswa. Analisis
potensi diri ini, bahwa para santri tersebut sering mempunyai potensibakat bawaan, seperti kemampuan membaca al-Qur’an, kaligrafi, pertukangan, dan sebagainya.
Bakat bawaan ini selalu dipupuk dan dikembangkan. Karena itulah, di dalam Kyai-Ulama
Santri, Masyarakat dan Jiwa
Ilmu KepercayaanAkse
Aset Ekonomi
Pengembangan Pesantren
pondok pesantren diterapkan penelusuran potensibakat dan minat santri, kemudian dibina dan dilatih.
Dengan demikian, dalam Ponpes tersebut perlu juga dikembangkan semacam Wadah Apresiasi Potensi Santri WAPOSI, wadah semacam ini, sudah
ada di Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung-Bogor, dan diatur supaya produktif. Untuk itu diperlukan keberanian manajerial dari para pengasuh
untuk mewarnai manajemen pondok pesantren secara lebih profesional dan modern. Tabel 4.4
Potensi Ekonomi Santri-Murid
Pendidikan
Keunikan pondok pesantren terletak pada sistem pendidikannya yang integral. Artinya, model pendidikan khas pondok pesantren, seperti sorogan
dipadukan dengan model pendidikan modern. Di samping itu, juga disiplin ilmu yang ditekuninya, tidak hanya ilmu agama, melainkan sekaligus pelajaran umum
lainnya, seperti bahasa Inggris, matematika, sosiologi, antropologi, dan sebagainya karena pondok pesanten ini sekaligus mengelola lembaga pendidikan formal.
Pondok Pesantren
Wadah Apresiasi Santri Pengembangan
Potensi Diri Penggalian Potensi
Diri santri
Pemberdayaan Ekonomi
Pengembangan Pesantren
Untuk itu, potensi ekonomi dari pendidikan pesantren ini sebagaimana lazimnya pendidikan, di dalamnya pasti ada murid-siswa, guru, sarana, dan
prasarana. Untuk kelancaran proses pembelajaran, diperlukan seperangkat buku, kitab, dan alat-alat tulis. Dari sini bisa dikembangkan salah satu unit usaha pondok
pesantren yang menyediakan sarana belajar tersebut, semisal toko buku atau kitab, alat tulis, dan foto copy, belum lagi dari sisi kebutuhan sehari-hari seperti makan,
minum, air, telepon, asrama, pakaian, dan sebagainya. Tabel 4.5
Potensi Ekonomi Bidang Pendidikan
Apabila ketiga pilar utama ini terpenuhi, pondok pesantren telah memenuhi tiga fungsi utamanya, yaitu Pertama, sebagai pusat pengkaderan
pemikir-pemikir agama center of excellence. Kedua, sebagai lembaga yang mencetak sumber daya manusia human resource. Ketiga, sebagai lembaga yang
melakukan pemberdayaan pada masyarakat agent of development.
B. Pemberdayaan Kewirausahaan di Pondok Pesantren Lain