PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG JUDI DALAM ACARA KUIS YANG DITAYANGKAN DI TELEVISI ( Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Masyarakat Surabaya Tentang Judi Dalam Acara Kuis Yang Ditayangkan di Televisi ).

(1)

( Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Masyarakat Surabaya

Tentang Judi Dalam Acara Kuis Yang Ditayangkan di Televisi )

SKRIPSI

OLEH

LINTANG PERWIRA YUDA 0643010348

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA


(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 10

2.1.1. Persepsi ... 10

2.1.1.1.Jenis Persepsi ... 15

2.1.1.2.Karakteristik Persepsi ... 16

2.1.1.3.Faktor Yang Berperan Dalam Persepsi ... 17

2.1.1.4.Proses Persepsi ... 18

2.1.1.5.Proses Terjadinya Persepsi ... 19

2.1.2. Kuis ... 20


(3)

2.1.4. Teori Kultivasi ... 20

2.2. Kerangka Berfikir ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 23

3.2. Unit Analisis ... 24

3.2.1. Acara Kuis Yang Mengandung Judi ... 24

3.2.2. Judi ... 24

3.2.3. Persepsi ... 24

3.3. Lokasi Penelitian ... 25

3.4. Subyek dan Informan Penelitian ... 26

3.5. Teknik Pengumpulan data ... 27

3.6. Teknik Analisis Data ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 30

4.1.1. Gambaran Umum Surabaya ... 30

4.1.2. Gambaran Umum Kuis ... 32

4.2. Penyajian Data ... 34

4.2.1. Identitas Informan ... 35

4.2.2. Hasil Wawancara ... 37

4.2.2.1. Deskripsi Persepsi Masyarakat Secara Umum Terhadap Tayangan Televisi ... 37


(4)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 73 5.2. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Potongan Scene Kuis Super Deal 2 Milyar ... 33 Gambar 4.2. Potongan Scene Kuis 1 Lawan 100 ... 34


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Interview Guide Lampiran 2. Hasil Wawancara


(7)

Lintang Perwira Yuda, Persepsi Masyarakat Surabaya Tentang Judi Dalam Acara Kuis Yang Ditayangkan Di Televisi (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi

Masyarakat Surabaya Tentang Judi Dalam Acara Kuis Yang Ditayangkan Di Televisi

).

Pada zaman modern seperti sekarang ini banyak hal yang mengalami perkembangan pesat dan jauh lebih maju dari sebelumnya yakni meliputi berbagai aspek dalam kehidupan bermasyarakat, mulai dari ilmu pengetahuan, teknologi, gaya hidup hingga pada aspek religi. Televisi sebagai salah satu media elektronik dalam komunikasi massa dianggap telah berhasil dalam menjalankan fungsinya untuk memberikan siaran informatif hiburan, dan pendidikan kepada masyarakat luas. Banyaknya berbagai macam acara kuis bermunculan di televisi, tetapi para Produser selaku pembuat acara tidak memikirkan efek-efek yang ditimbulkan jika kuis tersebut mengandung kecurangan, ketidakadilan, terutama mengandung efek perjudian. Diantara kuis-kuis yang disinyalir mengandung perjudian adalah kuis Super deal 2 Milyar, 1 lawan 100 dan kuis melalui sms di Televisi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat Surabaya tentang judi dalam acara kuis yang ditayangkan di Televisi.

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah acara kuis yang mengandung judi dan Persepsi. Subjek dan informan dalam penelitian ini adalah mahasiswa, etnis tiong hoa, ulama, dan aparatur negara. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif yang disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Melalui pendekatan metodologi ini akan dapat menjangkau secara komprehensif dengan tujuan tanpa mengurangi akurasi metodologi yang diinginkan.

Dari hasil pengujian diperoleh kesimpulan bahwa persepsi setiap orang terhadap penayangan sebuah acara televisi khususnya acara kuis umumnya berbeda-beda. Namun secara umum, para informan dalam penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada unsur judi dalam acara kuis yang banyak ditayangkan di televisi karena acara kuis tersebut murni mengandung unsur hiburan atau entertainment untuk pemirsa. Adanya presenter dari kalangan artis atau artis yang menjadi bintang tamu atau peserta dalam acara kuis tadi serta besarnya hadiah yang ditawarkan adalah murni content dari acara kuis. Selain itu dengan ditayangkannya acara kuis tersebut di televisi membuat para informan berasumsi bahwa tayangan acara kuis tersebut telah memenuhi sensor dari pihak televisi sehingga layak untuk ditayangkan di televisi.


(8)

1.1.Latar Belakang Masalah

Dari zaman ke zaman perkembangan kehidupan manusia selalu berkembang seiring berjalannya waktu. Pada zaman modern seperti sekarang ini hal yang mengalami perkembangan yang pesat dan jauh lebih maju dari sebelumnya meliputi berbagai aspek dalam kehidupan bermasyarakat, mulai dari ilmu pengetahuan, teknologi, gaya hidup hingga pada aspek religi. Televisi sebagai salah satu media elektronik dalam komunikasi massa dianggap telah berhasil dalam menjalankan fungsinya untuk memberikan siaran informatif hiburan, dan pendidikan kepada masyarakat luas. Bila dibandingkan dengan radio yg hanya didengar (audible), televisi jelas mempunyai pengaruh yang lebih kuat dalam kapasitasnya tersebut,karena selain siaran dapat juga didengar (audible) dan dapat juga dilihat (visible). Siaran televisi juga memiliki sifat-sifat. Siaran televisi juga memiliki sifat-sifat langsung , simultan, intim dan nyata (Mulyana, 1997:169 ).

Komunikasi dalam penyampaian dapat dilakukan dengan berbagaai cara, salah satunya dengan media massa. Media massa dapat dimanfaatkan untuk meningkatan sumber daya manusia, serta kesejahteraan masyarakat, sesuai dengan cara bagaimana pesan-pesan melalui media massa tersebut. Media massa merupakan suatu sarana untuk menghadapi perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat. Sehingga dengan demikian diharapkan masyarakat dapat


(9)

Pemerintah. Menurut Effendy (1994:23) pesan yang disampaikan dalam media massa bersifat umum karena ditujukan kepada kepentingan umum.

Jenis-jenis media massa adalah media massa cetak (Printed media), media massa elektronik (electronic media), dan media online (cyber media). Yang termasuk media massa elektronik adalah radio, televisi, dan film. Sedangkan media cetak berdasarakan formatnya terdiri dari Koran atau surat kabar, tabloid, newsletter, majalah, bulletin,dan buku. Media online adalah website internet yang berisikan informasi aktual layaknya media massa cetak. (http://ukmoikonomia.blogspot.com2007/11/pengertianjurnalistik.htm1/06/04/200 8/13.44).

Media televisi sebagai salah satu pioneer dalam penyebaran informasi dengan menggunakan perangkat satelit kini menjadi informasi yang terus berkembang pesat dan juga munculnya globalisasi informasi dimanapun bisa disaksikan lewat siaran jaringan televisi dengan membawa dampak begitu besar baik dalam bidang sosial , budaya ,ekonomi politik dan lainnya.

Media televisi pada hakekatnya adalah movie atau motion picture on the home (Effendy, 1994:177) yang membuat pemirsanya tidak perlu keluar rumah untuk menontonnya. Hal tersebut merupakan salah satu keunggulan yang dimilki televisi dan keunggulan yang lain adalah televisi tersaji dalam bentuk audiovisual, dengan kata lain televisi adalah perpaduan antara radio dan film.Ini menjadi daya tarik kuat televisi. Selain mempunyai unsur kata-kata, sound effect, musik sepertinya radio, televisi mempunyai unsur visual berupa gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada pemirsa sehingga seolah-olah


(10)

khalayak berada ditempat peristiwa yang disiarkan ditempat peristiwa yang disiarkan oleh pemancar televisi itu.

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dewasa ini akan membawa dampak yang sangat besar pada perkembangan pertelevisian saat ini. Suatu siaran televisi dituntut untuk dapat memberikan pengetahuan, pengalaman, bahkan sampai membuat para pemirsa peka terhadap masalah sosial yang ada. Sedangakan menurut pendapat lain, media televisi mempunyai daya tarik lebih tinggi sebagai media elektronik, dibandingkan dengan radio yang bersifat auditif (hanya dapat didengar). Sedangkan televisi sifatnya audiovisual, selain dapat didengar dapat juga dilihat dan segala sesuatunya bersifat bergerak atau hidup seolah-olah khalayak berada di tempat peristiwa yang disiarkan oleh pemancar televisi tersebut (Effendy, 1994:94).

Pada saat pertumbuhan dunia pertelevisian semakin meningkat. Televisi swasta yang berskala nasional di Indonesia saat ini terdapat 10 stasiun televisi yaitu RCTI, SCTV, TPI, INDOSIAR, ANTEVE, TRANSTV, TRANS 7, METRO TV, GLOBAL TV, dan TV ONE. Banyaknya televisi swasta nasional itu berdampak pada persaingan baru yang timbul diantara mereka. Dan diantara persaingan tersebut muncul pertelevisian yang besifat regional (lokal). Persaingan tersebut menjadi televisi swasta berlomba-lomba menyajikan program-program acara yang menarik pemirsanya. Bila suatu stasiun televisi berhasil dalam suatu program acara yang dibuatnya,maka hal tersebut diikuti dengan televisi-televisi lainnya untuk membuat program acara yang sama. Dengan berbagai program yang


(11)

sama acara yang ditayangkan akan membuat para pemirsa televisi bebas memilih acara-acara mana yang paling disukai.

Banyak kesamaan acara program yang ditayangkan baik oleh televisi berskala regional, nasional maupun internasional salah satunya adalah tayangan hiburan. Setiap stasiun televisi memiliki tayngan hiburan, baik yang berskala nasional maupun internasional. Oleh sebab itu para produser acara membuat suatu acara semenarik mungkin, agar dapat disukai khlayak penikmat hiburan di televisi. Diantaranya acara kuis, ada berbagai macam acara kuis di televisi yang dibuat oleh para Produser, sehingga mereka berlomba-lomba membuat acara semenarik mungkin agar khalayak penikmat kuis lebih terhibur. Tetapi para Produser tidak memikirkan efek-efek yang ditimbulkan jika kuis tersebut mengandung kecurangan, ketidak adilan, terutama mengandung efek Perjudian.

Diantara kuis-kuis yang disinyalir mengandung Perjudian kuis Super deal 2 Milyar, 1 lawan 100 dan kuis melalui sms di Televisi. Berikut adalah sedikit gambaran dari kuis-kuis tersebut :

 Kuis Super deal 2 milyar di Anteve kuis ini benar-benar menantang peserta untuk berani melakukan atau mempertaruhkan dari hadiah yang telah diterimanya untuk ditukar dengan hadiah lain, yang disimpan di kotak hadiah atau ditirai. Apabila salah dalam memilih tirai atau kotak hadiah maka peserta bisa saja mendapat hadiah “Zonk”, alias hadiah yang tidak ada nilainya, tapi bila sebaliknya, peserta bisa mendapatkan seperti mobil atau bisa saja menerima hadiah lebih besar dari hadiah yang telah diterima sebelum di pertaruhkan.


(12)

 Kuis 1 lawan 100 di Indosiar  Peserta dipilih acak oleh pembawa acara dan untuk memenangkan permainan ini peserta harus mengalahkan 100 orang lawannya dengan menjawab dengan benar seluruh pertanyaan yang ada. Jika mampu menjawab maka 100 peserta yang menjawab salah akan di eliminasi dalam pemainan berikutnya. Tetapi sebelumnya seluruh peserta harus mempertarukan nilainya dan tetapi jika salah nilai yang di pertarukan akan otomatis bertambah di Peserta 1 tetapi jika benar nilainya akan di kali lipatkan.  Kuis sms yang ada di televisi  kuis ini ditayangkan di televisi dengan

bebagai macam hadiah yang ditawarkan,tetapi peserta harus melalui registrasi, disini Peserta memberikan pulsanya yang secara otomatis diambil oleh pembuat kuis, dan hadiah yang diberikan itu hanya fiktif belaka. Prosesnya peserta sudah benar menjawab tetapi masih saja banyak prosesnya seakan-akan mepersulit peserta dan akhirnya hadiah yang dipertaruhkan hangus.

Seperti halnya tayangan-tayangan televisi yang lain khususnya kuis, yang tidak lepas dari pemirsa baik individu, kelompok atau komunitas dan lainnya. Begitu pula acara kuis yang tersebut diatas yang pada awalnya membidik hiburan yang belum pernah ada di televisi Indonesia. Tetapi acara kuis-kuis tersebut hanya merupakan mengisi kekosongan acara hiburan yang sejenis, yang saat ini telah ditayangkan di televisi-televisi swasta lain di Indonesia.

Dampak dari acara kuis-kuis yamg mengandung Perjudian adalah menjadikan sebagian dari mayarakat menganggap sepeleh mempertaruhkan sesuatu demi hiburan semata dan seringkali acara ini membuat pesertanya jengkel dengan penyesalannya setelah mempertaruhkan hadiahnya.


(13)

Salah satu komentar dari peserta Kuis Super deal 2 milyar M.Zainal Abidin “ Malam itu saya menjadi salah satu peserta Kuis Super Deal 2 milyar, Saya dan kelompok baru mengetahui apa yang dilakukan oelh Persenter kepada peserta kuis. Ceritanya, hadiah utamanya adalah 2 milyar . hadiah yang akan didapat oleh seorang peserta jika akhir sesi ia dapat bermain dadu dan membuat penunjuk yang mengarah ke sebuah roda yang bertuliskan angka-angka pada nilai 2 milyar. Itu layaknya sebuah Permainan Kasino dengan sebuah dadu dan Lingkaran yang diputar oleh Bandar. Hmmmm..saya yakin bahwa ada manipulasi alat yang digunakan untuk kuis tersebut. Bakal bangkrutlah Produsernya jika kondisialatnya normal, memungkinkan setiap Pemenang kuis membawa uang 2 milyar pada setiap penayangan.

Acara-acara kuis adalah hiburan untuk khalayak, diputar atau ditayangkan pada saat keluarga berkumpul. Dan juga acara ini menjadi penting karena sebagian kuis dengan rating tinggi dan memberikan penawaran hadiah yang cukup mengiurkan.

Dari semua peristiwa yang sudah peneliti sebutkan, maka dapat dipastikan menimbulkan beberapa persepsi dari masyarakat. Di samping itu, dalam sebuah acara televisi seperti acara kuis sangatlah memberikan hiburan kepada masyrakat karena Hadiah yang besar serta bisa dipertaruhkan ke hadiah yang lebih besar, tetapi melalui proses yang mendebarkan,jika peserta salah pilih teka-teki hadiah maka hanguslah hadiah yang didapatnya. Dengan demikian semakin banyak pula persepsi dari masyarakat.


(14)

Persepsi sendiri merupakan inti dari komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti dari persepsi yang identik dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi. (Mulyana, 2001:167).

Persepsi merupakan penilaian atau cara pandang individu terhadap suatu objek yang dilatarbelakangi oleh pengalaman masing-masing individu terhadap objek tersebut yang berbeda-beda dan tingkat pengetahuann yang berkaitan dengan transmisi, pengetahuan, keterampilan, dan juga kepercayaan.

Dalam sebuah proses persepsi, banyak rangsangan yang sampai pada kita melalui pancaindera kita, namun kita tidak menyampaikan itu semua secara acak. Alih-alih kita mengenali objek-objek tersebut secara spesifik, dan kejadian-kejadian tertentu yang memiliki pola tertentu. Alasannya sederhana saja, karena persepsi kita adalah suatu proses aktif yang menuntut suatu tatanan dan makna atas berbagai rangsangan yang kita terima. (Mulyana, 2001:170).

Atensi tidak dapat terelakkan karena sebelum kita merespon atau menafsirkan kejadian atau rangsangan apapun, kita harus terlebih dahulu memperhatikan kejadian atau rangsangan tersebut. Ini berarti bahwa persepsi mensyaratkan kehadiran suatu objek untuk dipersepsi, termasuk orang lain dan juga diri sendiri. Dalam banyak kasus, rangsangan yang menarik perhatian kita cenderung dianggap sebagai penyebab kejadian-kejadian berikutnya. ( Mulyana, 2001:169).

Ini dapat dilihat dari kecenderungan kita dalam mempersepsi dan memperlakukan orang yang sama dengan perlakuan yang berbeda dengan pakaian yang berbeda. (Mulyana, 2001:347).


(15)

Beranjak dari masalah tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui secara pasti bagaimana persepsi masyarakat Surabaya Tentang judi dalam acara kuis yang ditayangkan di Televisi. Dan peneliti juga menitik beratkan penelitian ini pada masyarakat di kota Surabaya, sebagai kota metropolis yang penduduknya berbagai macam etnies dan golongan.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian singkat tentang latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini, adalah: “Bagaimana Persepsi Masyarakat Surabaya Tentang judi dalam acara kuis yang ditayangkan di Televisi ? “.

1.3.Tujuan Penelitian

Dari latar belakang permasalahan dan perumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Persepsi Masyarakat Surabaya Tentang judi dalam acara kuis yang ditayangkan di Televisi

1.4.Manfaat Penelitian

Ada 2 manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini, yaitu : 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada perkembangan dan pendalaman ilmu komunikasi terutama dalam bidang komunikasi massa dan lebih memahami teori-teori komunikasi massa, memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu komunikasi


(16)

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta merangsang pihak lain yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut, khususnya dalam bidang komunikasi massa.


(17)

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Persepsi

Persepsi adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh gambaran mengenai sesuatu melalui pemilihan, pengetahuan, dan pergantian informasi tentang sesuatu tersebut. Tindakan seseorang terhadap sesuatu hal banyak dipengaruhi oleh hal-hal tersebut.

Persepsi menurut Deddy Mulyana (2001:167) adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Persepsi merupakan inti komunikasi. Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepilah yang menentukan kita memiliki suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain.Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas.

Selain definisi persepsi di atas, peneliti akan memberikan beberapa definisi persepsi menurut beberapa ahli, diantaranya menurut Brian Fellows bahwa persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisasi menerima dan menganalisis informasi. Kenneth A. Sereno dan Edward M. Bodaken berpendapat bahwa persepsi adalah sesuatu yang memungkinkan kita memperoleh kesadaan akan sekeliling dan lingkungan kita. Berbeda dengan


(18)

Philip Goodacre dan Jennifer Follers yang lebih berpendapat bahwa persepsi merupakan proses mental yang digunakan untuk mengenali rangsangannya. Sedangkan menurut Joseph A. Devito, persepsi adalah proses dengan apa kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita. (Rakhmat, 2003:58).

Stephen P. Robins dalam bukunya Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi, menjelaskan bahwa persepsi adalah Suatu proses, dimana individu mengorganisasikan dan menginterpretasi kesan sensori mereka untuk memberi arti pada lingkungan mereka. Riset tentang persepsi secara konsisten menunjukkan bahwa individu yang berbeda dapat melihat hal yang sama, tetapi memahaminya secara berbeda. Kenyataannya adalah bahwa tak seorangpun dari kita melihat realitas yang kita lakukan adalah menginterpretasikan apa yang kita lihat dan menyebutkannya sebagai realitas. (Robbins, 2002:46).

Persepsi merupakan suatu proses dimana individu sangat menyadari akan aspek lingkungannya. Persepsi akan timbul karena adanya rangsangan dari luar yang akan menekan saraf sensor seseorang melalui indera penglihatan, peraba, penciuman, pengecap, dan pendengar. Rangsangan disini akan diseleksi, diorganisir oleh setiap individu dengan caranya sendiri dimana pengalaman dapat diperoleh dari masa lalu atau dapat dipelajari dari orang lain sehingga individu tersebut akan memperoleh pengalaman. Persepsi baru terbentuk bila ada perhatian, pengertian, dan penerimaan dari individu sesuai dengan kebutuhan individu dalam pengamatannya.


(19)

Hasil pengalaman individu tersebut akan membentuk suatu pandangan terhadap suatu hal. Dalam keadaan yang sama, persepsi seseorang terhadap suatu hal dapat berbeda dengan persepsi orang lain. Hal ini dikarenakan tiap manusia mengalami proses penerimaan (pemahaman), dimana seseorang menafsirkan beberapa hal melalui panca inderanya agar dapat memberi makna pada lingkungannya dan proses tersebut mempengaruhi perilakunya.

Menurut Ujang (2000:112), persepsi adalah bagaimana cara kita memandang dunia sekitar kita. Karena cara atau proses tersebut berbeda untuk tiap individu sesuai keinginan, nilai-nilai serta harapan masing-masing individu, maka persepsi mengenai suatu hal tersebut tentunya berbeda untuk setiap individu. Selanjutnya masing-masing individu akan cenderung bertindak dan beraksi berdasarkan persepsinya masing-masing.

Suatu dorongan yang sama tidak selalu menimbulkan tindakan-tindakan yang sama pula, hal ini disebabkan oleh tanggapan (persepsi) yang berbeda bagi masing-masing individu. Persepsi mampu membedakan tindakan masing-masing individu dalam proses pemuasan kebutuhan. Persepsi menjembatani seseorang dalam membuktikan suatu kenyataan. Oleh karena itu, seseorang harus bisa memilih dengan teliti busana yang pantas dan sesuai dengan jati diri mereka, karena penampilan dapat membentuk identitas kita dan juga dapat menimbulkan persepsi dari orang lain yang melihatnya.Persepsi dapat juga disimpulkan sebagai proses kognitif yang menyangkut peneriman stimulus, mengorganisir, dan mentafsirkan masukan untuk menciptakan bentuk yang bermakna nyata.


(20)

Seseorang mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap objek rangsangan yang sama karena adanya tiga proses yang berkenaan dengan persepsi yaitu penerimaan sumber rangsangan secara selektif, perubahan makna informasi secara selektif yang mengingat sesuatu yang selektif.

Menurut Desiderato, persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah pemberian makna kepada stimulus indrawi (sensori stimuli). Hubungan sensasi dan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan juga memori. (Rakhmat, 2003:51).

Menurut William J. Stanton, persepsi dapat didefinisikan sebagai makna yang kita pertahkan berdasarkan pada masa lalu, stimuli rangsangan yang kita terima berdasarkan lima indera.

Sedangkan menurut Bilson Simamora (2002:102), persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses menyeleksi, mengorganisasikan, dan juga menginterpretasikan stimuli kedalam suatu gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh.

Dalam perspektif ilmu komunikasi, persepsi bisa diartikan sebagai inti dari komunikasi itu sendiri, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti dari persepsi yang identik dengan penyandian (decoding) dalam proses komunikasi. Hal ini tampak pada definisi dari John R. Wenburg dan juga William W. Wilmor yang mengatakan bahwa persepsi dapat didefinisikan sebagai cara organisme


(21)

memberi makna atau menutut Rudolf F. Vverderbor, bahwa persepsi adalah proses menafsirkan informasi inderawi. (Mulyana, 2001:107)

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk membentuk sebuah persepsi, konsumen melakukan proses memilih, mengorganisasikan, dan juga menginterpretasikannya sebagai stimuli yang diterimanya mengenai suatu hal, yang selanjutnya mengungkapkan pandangan, pendapat, maupun tanggapan mengenai hal tersebut.

Penilaian masyarakat terhadap sebuah produk tertentu dapat bersifat positif dan juga negatif. Semuanya tergantung dari individu atau masyarakat dalam mempersepsikan produk yang ditawarkan, dibandingkan dengan harapan konsumen yang seharusnya mereka terima. Jika dalam kenyataan sama dengan yang diharapkan, maka masyarakat akan memberikan penilaian yang positif terhadap produk tersebut, tetapi bila ternyata produk yang diterima tidak sesuai dengan harapan konsumen yang menggunakannya, maka masyarakat akan memberikan penilaian yang negatitif terhadap produk tersebut.

Menurut Linda L. Davidoff yang diterjemahkan oleh Mari Juniati, hakekat persepsi ada tiga, yaitu :

1. Persepsi bukanlah cermin realitas: orang seringkali menganggap bahwa persepsi menyajikan atau pencerminan yang sempurna mengenai realitas atau kenyataan. Persepsi Bukanlah cermin. Pertama, indera kita tidak memberikan respons erhadap aspek-aspek yang ada di dalam lingkungan. Kedua, manusia seringkali melakukan persepsi rangsang-rangsang yang pada kenyataannya


(22)

tidak ada. Ketiga, persepsi manusia tergantung pada apa yang ia harapkan, pengalaman, motivasi.

2. Persepsi: kemampuan kognitif yang multifaset pada awal pembentukan proses persepsi, orang telah menentukan dulu apa yang akan diperhatikan. Setiap kali kita memusatkan perhatian, lebih besar kemungkinannya anda akan memperoleh makna atau apa yang kita tangkap, lalu menghubungkannya dengan pengalaman lalu, dan untuk kemudian hari ditinggal kembali. Kesadaran dan ingatan juga dapat mempengaruhi persepsi.

3. Atensi: peranannya pada persepsi, atensi atau perhatian adalah keterbukaan kita untuk memilih sesuatu. Beberapa orang psikolog,melihat atensi sebagai sejenis alat saring (filter) yang akan menyaring semua informasi pada detik-detik yang berbeda pada proses persepsi. (Juariah, 2004:28)

2.1.1.1 Jenis Persepsi

Persepsi manusia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu :

a. Persepsi terhadap terhadap lingkungan fisik (objek) adalah persepsi manusia terhadap objek melalui lambang-lambang fisik atau sifat-sifat luar dari suatu benda. Dapat diartikan bahwa manusia dalam menilai suatu benda mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Dan persepsi terhadap objek bersifat status karena objek tidak mempersiapkan manusia ketika manusia tersebut mempersiapkan objek-objek tersebut.

b. Persepsi terhadap manusia adalah persepsi manusia terhadap orang melalui sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif, dan harapan), dapat diartikan


(23)

manusia bersifat interaktif karena manusia akan mempersiapkannya dan bersifat dinamis karena persepsi terhadap manusia bisa berubah-ubah dari waktu ke waktu.

c. Persepsi terhadap lingkungan sosial adalah suatu proses bagaimana seseorang menangkap arti dari objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dari lingkungan kita. (Mulyana, 2001:172).

2.1.1.2 Karakteristik Persepsi

Menurut Busch dan Houston (1985) yang dikutip oleh Ujang Sumarwan (2000:113), karakteristik persepsi dapat didefinisikan sebagai berikut :

a. Bersifat Selektif

Manusia mempunyai keterbatasan dalam hal kapasitas atau kemampuan mereka dalam proses semua informasi dari lingkungan. Seseorang pasti berhadapan dengan sub kumpulan yang terbatas dari objek-objek dan peristiwa-peristiwa yang banyak sekali dalam lingkungan mereka. Masyarakat cenderung memperhatikan aspek lingkungan yang berhubungan dengan urusan pribadi mereka. Mereka mengesampingkan urusan-urusan lain yang tidak berkaitan dengan dengan urusan pribadi mereka.

b. Terorganisir atau teratur

Suatu perangsang atau pendorong tidak bisa dianggap terisolasi dari perangsang lain. Rangsangan-rangsangan dikelompokkan kedalam suatu pola atau informasi yang membentuk keseluruhan. Jadi ketika seseorang memperhatikan sesuatu, perangsang harus berusaha untuk mengatur.


(24)

c. Stimulus

Stimulus adalah apa yang dirasakan, dan arti yang terdapat didalamnya adalah fungsi dari perangsang atau pendorong itu sendiri.

d. Subyektif

Persepsi merupakan fungsi faktor pribadi hal – hal yang berasal dari sifat penikmat atau perasa, kebutuhan, nilai – nilai, motif, pengalaman masa lalu, pola pikir dan kepribadian seseorang dalam individu memainkan suatu peran dalam persepsi.

2.1.1.3 Faktor Yang Berperan Dalam Persepsi

Menurut Walgito (2001:70) dalam persepsi stimulus merupakan salah satu faktor yang mempunyai peranan. Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi diantaranya adalah :

1. Objek yang dipersepsikan dimana objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera. Stimulus dapat datang dari luar individu yang bersangkutan. Dapat diartikan bahwa konsumen dalam mempersepsikan suatu produk dipengaruhi oleh rangsangan baik dari dalam maupun dari luar individu.

2. Alat indera merupakan alat yang dipergunakan manusia dalam menerima stimulus. Dengan mempunyai alat indera, maka konsumen dapat memberikan respon terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan produsen.


(25)

3. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu dan sekumpulan objek. Perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.

2.1.1.4 Proses Persepsi

Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen, diantaranya : 1. Seleksi

Adalah proses penyaringan alat indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas, dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2. Interpretasi

Yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu, motivasi, dll. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengategorian informasi yang diterimanya.

3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.

Jadi proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang samapai. (Sobur, 2003:447)


(26)

2.1.1.5 Proses Terjadinya Persepsi

Menurut Alex Sobur, (2003:449), proses terjadinya persepsi terdiri dari: 1. Terjadinya Stimulasi Alat Indera (sensory Stimulation)

Pada tahap pertama, alat-alat indera kita akan dirangsang. Setiap individu pasti memiliki kemampuan penginderaan untuk merasakan stimulus (rangsangan), walau kadang tidak selalu digunakan.

2. Stimulasi Terhadap Alat Indera Diatur

Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indera diatur menurut berbagai prinsip. Salah satu prinsip yang sering digunakan adalah prisip Proksimitas (Proximity) atau kemiripan, sedangkan prisip lain adalah kelengkapan (Closure) atau kita mempersepsikan gambar atau pesan yang dalam kenyataan tidak lengkap sebagai gambar atau pesan yang lengkap. Apa yang kita persepsikan, juga kita tata kedalam suatu pola yang bermaknabagi kita, pola ini belum tentu benar atau salah dari segi objektif tertentu.

3. Stimulasi Alat Indera Ditafsirkan-Dievaluasi

Langkah ketiga adalah penafsiran dan evaluasi yang tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan, keadaan fisik dan emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada diri kita. Karena walaupun kita semua sama-sama menerima sebuah pesan, cara masing-masing orang menafsirkan-mengevaluasinya adalah tidak sama.


(27)

2.1.2 Kuis

Kuis adalah acara hiburan di Radio atau TV yang berupa perlombaan, adu cepat menjawab pertanyaan secara cerdas dan cepat. Acara kuis diimpor dari Radio, dan mencapai populritasnya pada 1957-1958, dengan 22 berbagai macam kuis, kebanyakan acara kuis, termasuk acara $ 64.000 Question di CBS, menampilkan kontestan yang biasanya adalah Orang-orang tertentu. Genre ini menurun pada 1958 karena kontestan yang populer bisa kembali ikut kuis tersebut dan juga bisa memenangkannya kembali. Acara kuis kembali naik daun pada tahun 1999 setelah stasiun televisi ABC meluncurkan acara Who wants to be millionaire. (John Vivian: 247-2008).

2.1.3 Definisi Judi

Menurut kamus Webster “Judi“ di definisikan sebagai bertaruh atau mempertahankan uang atau apa saja yang mempunyai nilai yang sudah di dapat atau dipunyai untuk hasil dari sesuatu yang melibatkan untung-untungan agar diharapkan berlipat ganda” atau juga bisa disebut taruhan tanpa hasil pasti. Dengan definisi ini judi melibatkan aktifitas undian atau roda rollet, permainan dadu, gambling dan sebagainya.

2.1.4 Teori Kultivasi

Program Penelitihan teoritis lain yang berhubungan dengan hasil sosiokultural komuniukasi massa dilakukan George Gabner dan teman-temannya. Penelitian ini percaya bahwa karena televisi adalah pengalaman bersama dari semua orang, dan mempunyai pengaruh memberikan jalan bersama dalam


(28)

memandang dunia. Televisi adalah bagian yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari kita. Dramanya, iklannya, beritannya, dan acara-acara lain membawa dunia yang relative koheren dari kesan umum dan mengirimkan pesan ke setiap rumah. Televisi mengolah dari awal kelahiran predosposisi yang sama dan pilihan yang biasa diperoleh dari sumber primer lainnya. Hambatan sejarah yang turun temurun yaitu melek dan mobilitas teratasi dengan keberadaan televisi. Televisi telah menjadi sumber umum utama dari dari sosialisasi dan informasi sehari-hari (kebanyakan dalam bentuk hiburan) dari populasi heterogen lainnya. Pola berulang dari pesan-pesan dan kesan yang diproduksi massal dari televisi membentuk arus utama dari lingkungan simbolis umum. Gabner menamakan proses ini sebagai cultivation (kultivasi), Karena televisi dipercaya dapat berperan sebagai agen penghomogen dalam kebudayaan. Teori kultivasi sangat menonjol dalam kajian mengenai dampak media televisi terhadap khalayak. Bagi Gerbner, dibandingkan media massa yang lainnya. Televisi telah mendapatkan tempat yang sedemikian signifikan dalm kehidupan sehari-hari sehingga mendominasi “Lingkungan simbolik” kita, dengan cara menggantikan pesannya tentang realitas bagi pengalaman pribadi dan saran mengetahui dunia lainnya (McQuail, 1996;254)

2.2 Kerangka Berpikir

Latar belakang permasalahan dari penelitihan ini adalah bagaimana persepsi penikmat tayangan kuis yang pesertanya dibuat benar-benar berpikir sesuai hadiah yang didapatnya dengan penawaran hadiah yang ditawarkan oleh Pembawa acara, sehingga peserta akan mempertaruhkan hadiah yang didapatkan.


(29)

Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atau suatu individu terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak.

Jado disini tersirat bahwa setiap orang akan mempunyai pola yang mungkin berbedasatu dengan yang lainnya untuk memahami lingkungannya, sesuai dengan karakteristik masing-masing individu. Seperti halnya bahayannya tayangan kuis yang mengandung judi yang ditayangkan di televisi, maka setiap individu memiliki persepsi masing-masing. Ditambah banyaknya somasi-somasi yang ditujukan pada para pembuat kuis sehinnga individu memiliki persepsi masing-masing.


(30)

3.1. Metode Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam–dalamnnya melalui pengumpulan data sedalam–dalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling, bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas. Jika data yang dikumpulkan sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Disini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data, bukannya banyaknya (kuantitas) data ( Kriyantono, 2007:58).

Menurut Rakhmat (2004:24), penelitian deskriptif kualitatif ditujukan untuk beberapa hal, diantaranya adalah :

1. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku.

2. Membuat perbandingan atau evaluasi.

3. Menumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada. 4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang

sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

5. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan sebuah studi deskriptif untuk menggambarkan persepsi masyarakat Surabaya tentang judi dalam acara kuis yang ditayangkan di televisi.


(31)

3.2. Unit Analisis

3.2.1 Acara Kuis Yang Mengandung Judi

Banyak kesamaan acara program yang ditayangkan baik oleh televisi berskala regional, nasional maupun internasional salah satunya adalah tayangan hiburan. Setiap stasiun televisi memiliki tayngan hiburan, baik yang berskala nasional maupun internasional. Oleh sebab itu para produser acara membuat suatu acara semenarik mungkin, agar dapat disukai khlayak penikmat hiburan di televisi. Diantaranya acara kuis, ada berbagai macam acara kuis di televisi yang dibuat oleh para produser, sehingga mereka berlomba-lomba membuat acara semenarik mungkin agar khalayak penikmat kuis lebih terhibur. Tetapi para produser tidak memikirkan efek-efek yang ditimbulkan jika kuis tersebut mengandung kecurangan, ketidak adilan, terutama mengandung efek perjudian.

Hal tersebut akan menimbulkan berbagai macam persepsi dari khalayak penikmat hiburan televisi terutama kuis. Khalayak bebas mempersepsi menurut pandangan masing-masing setelah menikmati kuis-kuis yang mengandung unsur perjudian.

3.2.2 Judi

Bermain judi bermain dadu atau lingkaran yang bertuliskan bermacam-macam hadiah yang diputar untuk menentukan hadiah. Adapula menjudikan yaitu mempertaruhkan sesuatu untuk bertaruh. (kamus Besar B.Indonesia)

3.2.3 Persepsi

Persepsi adalah proses pemahaman apaupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap


(32)

objek peristiwa, atau hubungan–hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Proses kognisi dimulai dari persepsi. Definisi lain dari persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan tanggapan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita (Mulyana, 2001:167). Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen, diantaranya :

1. Seleksi, adalah proses penyaringan alat indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas, dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu, motivasi, dll. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya.

3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.

Persepsi adalah inti komunikasi atau hasil interpretasi dari penonton yang menonton acara kuis di Tv dan acara kuis tersebut memiliki indikasi dari informan mengandung judi.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian dilakukan di wilayah Surabaya, karena Surabaya merupakan kota Metropolitan yang memiliki penduduk yang multikultur atau etnis, dan di Surabaya sering diadakan casting atau pencarian peserta kuis.


(33)

3.4. Subyek dan Informan Penelitian

Pada penelitian ini, yang menjadi informan atau subjek penelitian yaitu para informan yang terdiri dari laki–laki dan perempuan dengan latar belakang yang berbeda.

Pengumpulan data akan dilakukan berdasarkan jawaban yang diberikan oleh mahasiswa, masyarakat umum terutama etnis Thionghoa, Aparatur Negara, dan Ulama yang dapat dijadikan sebagai informan utama atau informan kunci. a. Mahasiswa  Mahasiswa saya pilih menjadi informan karena salah satu

intelektual yang mudah-mudahan memberikan informasi yang benar-benar akurat.

b. Etnis Thiong hoa  Masyarakat Thiong hoa termasuk masyarakat yang gemar bermain judi, itu dilakukan untuk mengisi waktu yang tidak pasti dan terus bergerak itu dinamakan Homo Ludens (orang yang gemar bermain). Tetapi karena sifat yang sering berjudi masyarakat Thiong hoa selalu unggul dalam berdagang,

c. Ulama  Ulama akan memberikan informasi tentang haramnya perjudian karena disemua Agama mengajarkan judi itu adalah perbuatan dosa sehingga informasinya akan benar-benar akurat.

d. Aparatur Negara  Aparatur Negara khususnya Polisi akan meberikan informasi akurat, karena dari perannya Polisi juga akan memberantas perjudian karena termasuk penyakit masyarakat.


(34)

3.5 Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan : 1. Wawancara

Merupakan percakapan antara periset–seseorang yang berharap mendapatkan informasi. Dan informan adalah seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek ( Berger dalam Kriyantono, 2007:96). Wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah indepth interview atau wawancara mendalam, yaitu mendapatkan informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti (Bungin, 2001:110).

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara mendalam adalah suatu cara mendapatkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data yang lengkap dan mendalam. Penulis melakukan wawancara mendalam (indepth interview) kepada kurang lebih empat orang informan yang menjadi narasumber atas penelitian yang dibuat oleh penulis ini.

2. Observasi

Merupakan kegiatan yang setiap saat kita lakukan. Dengan perlengkapan pancainderanya yang kita miliki, kita sering mengamati objek-objek yang ada disekitar kita. Kegiatan observasi ini merupakan salah satu kegiatan yang kita lakukan untuk memahami lingkungan. Observasi disini diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung tanpa mediator, sesuatu


(35)

objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tersebut (Kriyantono, 2007:106).

Penulis melakukan observasi atau peninjauan dengan mengakses ke dalam Situs stasiun televisi yang menyangkan acara kuis tersebut sehingga dapat memberikan semua informasi tentang Program acara yang ada, terutama Kuis yang mengandung perjudian.

3. Metode Dokumenter

Metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulam data yang digunakan dalam metodelogi penelitihan sosial. Pada intinya metode documenter adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Dengan demikian pada penelitian sejarah, maka bahan dokumenter memegang peranan sangat penting.

4. Metode Penelusuran data online

Perkembangan internet yang sudah semakin maju pesat serta telah mampu menjawab berbagai kebutuhan masyarakat saat ini memungkinkan para akademis mau ataupun tidak menjadikan media online seperti internet sebagai salah satu medium atau ranah yang sangat bermanfaat bagi penelusuran berbagai informasi, mulai dari teoritis maupun data-data primer ataupun data sekunder yang diperlukan peneliti untuk menambahkan data di penelitiannya

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif yang disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Melalui


(36)

pendekatan metodologi ini akan dapat menjangkau secara komprehensif dengan tujuan tanpa mengurangi akurasi metodologi yang diinginkan.

Pada tahap awal analisis data, penelitian dilakukan bersamaan dengan proses pengambilan data. Analisis data penelitian berupa proses pengkajian hasil wawancara, pengamatan, pencarian data melalui online dan dokumen yang telah terkumpul. Data kemudian direduksi karena pada saat proses pengambilan data tersebut tidak langsung terdapat proses analisis.

Sedangkan interpretasi bertujuan untuk memberikan makna terhadap hasil analisis data yang sudah dilakukan serta mencari implikasinya terhadap teori yang sudah dilakukan untuk menafsirkan hasil analisis.


(37)

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Surabaya

Kota Surabaya ialah Ibu kota Propinsi Jawa timur yang merupakan kota terbesar kedua setelah Jakarta di Indonesia ini. Dengan jumlah penduduk metropolisnya yang melebihi 3 juta orang, Surabaya adalah pusat perniagaan, perdagangan, industri serta pendidikan di kawasan timur pulau jawa dan sekitarnya.

Berbanding dengan masyarakat Jawa pada umumnya, suku Jawa di Surabaya memiliki pembawaan yang keras. Salah satu sebabnya adalah jauhnya Surabaya dari keraton yang dianggap sebagai pusat kebudayaan Jawa. Surabaya memiliki logat bahasa Jawa yang khas yang dipanggil “Boso Suroboyoan”. Boso Suroboyoan terkenal karena sifat egalitarian, terus terang, dan tidak membedakan ragam tingkat bahasa seperti bahasa-bahasa Jawa baku pada umummnya. Masyarakat Surabaya juga dikenali karena sifat fanatiknya dan bangga terhadap bahas mereka.

Sebagai kota metropolitan, Surabaya merupakan pusat kegiatan ekonomi di Jawa Timur dan sekitarnya. Sebagian penduduknya berkegiatan di sektor-sektor perdagangan dan perindustrian. Banyak perusahaan besar berpusat di Surabaya.


(38)

Secara geografis, Surabaya terletak pada 07’ 12’- 07’ 21’ Lintang Selatan dan 112’ 36’ – 112’ 54’ Bujur timur. Dengan letaknnya di daerah tropis yang strategis tersebut, Surabaya dapat dengan mudah dijangkau melalui jalur darat, udara dan laut. Daerah Surabaya di sebelah utara dan timur berbatasan dengan laut dengan selat Madura yang merupakan daerah pantai atau pesisir serta di sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Sidoarjo dan Gresik.

Surabaya dibagi dalam 5 wilayah yaitu, Surabaya Barat,Surabaya timur, Surabaya utara, Surabaya selatan, dan Surabaya Pusat. Menurut data yang diperoleh dari BPS dalam “ Surabaya dalam angka 2002”, luas wilayah Surabaya dapat dispesifikasikan sebagai berikut

a. Surabaya Barat  dengan luas wilayah 118,01 km, yang terdiri dari 5 kecamatan dan 2 kecamatan pecahan yang masih tergabung dengan induknya. b. Surabaya Timur  dengan luas wilayah 91,78 km, yang terdiri dari 7

kecamatan.

c. Surabaya utara  dengan luas wilayah 38,32 km, yang terdiri dari 4 kecamatan dan 1 kecamatan pecahan yang masih bergabung dengan induknya. d. Surabaya Selatan  dengan luas wilayah 64,07 km, yang terdiri dari 8

kecamatan.

e. Surabaya Pusat  dengan luas wilayah 14,78 km, yang terdiri dari 4 kecamatan.


(39)

Sehingga luas wilayah Surabaya secara keseluruhan kurang lebih 326.27 km yang terbagi 31 kecamatan dan 163 kelurahan ( BPS kota Surabaya). Karena luasnya wilayah Surabaya dan banyaknya jumlah penduduk yang beraneka ragam mulai dari ras, agama, dan bermata pencaharian berbeda-beda, maka tidak semua warga Surabaya menjadi informan penelitian ini. Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah para penikmat acara kuis di televisi khususnya mahasiswa, masyarakat umum terutama etnis Thionghoa, Aparatur Negara, dan Ulama yang dapat dijadikan sebagai informan utama atau informan kunci.

4.1.2 Gambaran Umum Kuis

1. Kuis Super Deal 2 Milyar

Kuis Super Deal 2 Milyar diadopsi dari acara sejenis bertajuk Let's Make A Deal yang sukses di Amerika Serikat. Tak hanya di negara Paman Sam, acara ini juga sangat popular di beberapa negara. Di Tanah Air, kuis ini selain menawarkan hadiah puncak Rp 2 miliar, para peserta juga berkesempatan mendapat hadiah-hadiah menarik, berupa uang tunai dan hadiah-hadiah barang yang mahal dari mulai motor, mobil, apartemen hingga paket umroh.

Kepala Produki ANTV Reva Deddy Utama mengatakan kuis ini menantang peserta untuk berani melakukan trading dari hadiah yang didapatnya, untuk ditukar dengan hadiah lain, yang disimpan di dalam tirai atau kotak hadiah. Apabila salah memilih tirai atau kotak, maka peserta bisa saja mendapat hadiah ’ZONK’, alias hadiah yang tak ada nilainya. Tapi bila sebaliknya, peserta bisa mendapatkan hadiah seperti mobil. Kuis Super Deal 2 Milyar ditayangkan dari Senin hingga Jumat pada pukul 19.30-21.00 WIB


(40)

(http://entertainment.kompas.com/read/2010/04/28/00203329/Asyiiik....Ada.Kuis. Super.Deal.2.Milyar.Lagi.).

Gambar 4.1.

Potongan scene kuis Super Deal 2 Milyar 2. Kuis 1 lawan 100

Kuis 1 lawan 100 merupakan sebuah game show karya endemol yang ditayangkan oleh sejumlah negara, satu diantaranya Indonesia melalui Indosiar. Program tersbut pertama kali ditayangkan di Belanda dengan nama Eén tegen 100. Dalam setiap episodenya, akan hadir satu orang peserta yang akan melawan 100 peserta lawan untuk memenangkan hadiah uang tunai.

Berdasar pada format permainan, lawan main peserta, dapat dipilih secara acak ataupun dipilih. Dan untuk memenangkan permainan, peserta harus mengalahkan 100 orang lawannya dengan menjawab pertanyaan secara benar. Jika peserta mampu menjawab pertanyaan dengan benar, maka dari 100 peserta lawan yang menjawab salah, akan dieliminasi dalam permainan berikutnya. Tak hanya itu, nilai dari peserta lawan yang dieliminasi pun akan berpindah tangan ke tangan peserta. Namun sebaliknya, jika peserta menjawab pertanyaan dengan


(41)

jawaban yang salah, maka ia akan meninggalkan permainan tanpa mendapatkan apapun (http://www.indosiar.com/sinopsis/87553/1-lawan-100).

Gambar 4.2.

Potongan Scene Kuis 1 Lawan 100 4.2.Penyajian Data

Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 3 bulan. Dalam proses tersebut, peneliti melakukan observasi, pengumpulan data serta wawancara mendalam dengan beberapa informan yang telah ditentukan sebelumnya. Wawancara yang dilakukan bersama 4 informan terpilih dilakukan pada waktu dan tempat berbeda dengan menggunakan panduan pertanyaan yang telah disusun sebelumnya oleh peneliti.

Dalam proses wawancara tersebut, informan dapat memilih tempat yang dikehendaki dan waktunya disesuaikan dengan aktifitas mereka sehingga informan merasa lebih leluasa mengutarakan pendapatnya tanpa dipengaruhi orang lain. Saat dilakukan wawancara peneliti menggunakan alat bantu berupa audiovisual agar memudahkan peneliti untuk menggambarkan situasi pada saat wawancara berlangsung. Wawancara dilakukan untuk menggali informasi


(42)

sebanyak-banyaknya dari informan dan observasi dilakukan untuk mengamati perkembangan penikmat acara kuis yang mengandung judi tersebut. Dalam penelitian ini peneliti berusaha menggambarkan Persepsi Masyarakat tentang unsur perjudian di dalam kuis yang saat ini marak di televisi. Data yang diperoleh tersebut akan disajikan secara deskritif dan dianalisis dengan kualitatif sehingga diperoleh gambaran, jawaban serta kesimpulan dari pokok permasalahan yang diangkat.

Data yang diperoleh saat peneliti melakukan penelitian kurang lebih selama 3 bulan di Surabaya. Peneliti melakukan observasi dan wawancara mendalam (indepth interview) kepada informan yang telah ditentukan. Dalam wawancara peneliti mengambil 4 orang informan yang dianggap memenuhi syarat.

4.2.1. Identitas Informan

Informan yang dipilih dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan beberapa kriteria diantaranya adalah :

1. Masyarakat Surabaya yang berusia minimal 20 tahun sampai dengan 65 tahun. 2. Menyukai kuis-kuis yang ditayangkan di televisi.

Dipilihnya informan dengan pertimbangan usia tersebut disebabkan karena pada rentang usia 20 tahun sampai dengan 65 tahun, tingkat kedewasaan seseorang sudah dinilai matang dalam mengambil keputusan dan memberikan informasi. Selain itu mereka telah melewati masa pendidikan formal sehingga mereka sudah dapat menyesuaikan diri dengan kebudayaan dan lingkungan yang


(43)

ada di sekitarnya. Informan tersebut juga merupakan pemirsa yang menyukai acara kuis dan mengetahui acara kuis yang mengandung perjudian tersebut.

Berikut ini adalah data mengenai profil para informan :

1. Dewi Ramadhani, berusia 19 tahun, berstatus mahasiswa di sebuah perguruan tinggi negeri di Surabaya. Pendidikan terakhir Dewi adalah SMA. Sehari-hari aktivitas Dewi adalah kuliah dan melakukan aktivitas harian seperti bermain internet dan menonton televisi.

2. Bapak Mustopo, 54 tahun, berstatus sebagai wiraswasta yang mengelola usaha sendiri di rumah. Tingkat pendidikan terakhir dari Bapak Mustopo adalah perguruan tinggi. Aktivitas sehari-hari Bapak Mustopo adalah membina TPA untuk anak-anak kurang mampu dan menjadi penceramah di Yayasan yang dibinanya yaitu Yakin (Yayasan keluarga Sakinah) dan juga membuka pengobatan alternatif untuk warga kurang mampu. selebihnya Bapak Mustopo banyak menghabiskan waktu bersama anak dan keluarga dengan berkumpul ataupun menonton televisi.

3. Bapak Bambang, 57 tahun, berstatus sebagai anggota POLRI yang masih aktif. Saat ini bapak Bambang berdinas di Reskrim Polsekta Tegalsari, di bagian Unit Reskrim dan Humas Polsekta Tegalsari. Tingkat pendidikan terakhir Bapak Bambang adalah perguruan tinggi. Aktivitas sehari-hari bapak Bambang hanya bekerja dan berolahraga sepakbola sesuai dengan hobbynya, selebihnya Bapak Bambang menghabiskan waktu bersama keluarga di rumah. 4. Bapak Lie Tjauw Song, 40 tahun. Seorang pria keturunan Tionghoa.


(44)

Bapak Lie adalah SMA. Selain bekerja, beliau menghabiskan waktu dalam sebuah organisasi keagamaan.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa para informan memiliki latar belakang demografis (usia dan latar belakang pekerjaan) yang berbeda dan penentuan informanpun dilakukan secara acak, sehingga diharapkan dapat memperoleh hasil yang lebih bervariasi. Selain itu dengan usia dan tingkatan pendidikan yang berbeda akan memiliki perbedaan pula dalam hal pemikiran, cara pandang, pengetahuan antara informan yang satu dengan yang lain. Dengan demikian peneliti dapat memperoleh informasi mengenai persepsi masyarakat tentang berbagai kuis yang mengandung unsur judi di televisi. Setiap informan dalam penelitian kualitatif dianggap sebagai individu yang unik sehingga data yang didapatkan dari informan tidak dianggap mewakili pendapat umum secara keseluruhan.

4.2.2. Hasil Wawancara

4.2.2.1.Deskripsi Persepsi Masyarakat Secara Umum Terhadap Tayangan Televisi

Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan hasil wawancara mendalam peneliti dengan beberapa informan terkait dengan pertanyaan umum seputar tayangan televisi. Diantaranya mengenai frekuensi dan durasi menonton serta persepsi terhadap sebuah tayangan acara. Umumnya para informan mengakui bahwa di sela kesibukannya, mereka masih meluangkan waktunya untuk menonton televisi, meskipun waktu yang disediakan tidak terlalu banyak. Berikut adalah kutipan dari hasil wawancara tersebut :


(45)

1. Frekuensi dan Durasi Menonton Televisi INFORMAN I

(19 April 2011, pukul 16.00 s/d pukul 17.00 WIB)

“Aku sehari-hari kan kuliah mas, biasanya aku menonton televisi tuh jam 5 sore-an ke atas sampai malam. Jadi kurang lebih sekitar 6 jam-an lah, tergantung acara dan juga moodku. Kalo emang lagi pengen nonton ya bisa lebih dari itu, tapi kalo lagi males paling jam 9 an dah tidur”.

Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat diketahui bahwa informan pertama yaitu Dewi (19 tahun) yang berstatus sebagai mahasiswi di sebuah perguruan tinggi negeri di Surabaya, mengakui bahwa dirinya tidak memiliki banyak waktu untuk menonton televisi. Sehari-hari, aktivitas Dewi hanya berkuliah, selepas aktivitas itu barulah Dewi meluangkan waktu untuk menonton televisi karena pada saat itulah Dewi dapat merasa santai. Dari sisi waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi juga tidak terlalu lama, kurang lebih sekitar 6 jam saja. Informasi tersebut menunjukkan bahwa informan adalah pemirsa yang tidak cukup aktif untuk menikmati tayangan televisi.

Informasi yang senada juga disampaikan oleh informan kedua dan ketiga, keduanya menyatakan bahwa tidak banyak waktu yang mereka luangkan untuk menonton televisi di rumah, rata-rata para informan hanya menghabiskan waktu 5- 6 jam saja di depan televisi karena sudah terlalu capek setelah seharian beraktivitas. Berikut adalah kutipan wawancara dengan informan dua dan tiga.

INFORMAN 2

20 April 2011, pukul 10.00 s/d pukul 11.00 WIB

”Tidak terlalu banyak mas, paling hanya 5 jam saja dalam sehari”.

Informan kedua yaitu Bapak Mustopo (54 tahun) adalah seorang wiraswasta, sehari-hari Bapak Mustopo beraktivitas mengelola usaha sendiri di rumah dan menjadi penceramah agama. Bapak Mustopo mengakui bahwa kegiatannya


(46)

menonton televisi hanya di sela-sela waktu saja, terutama di jam-jam setelah beribadah. Oleh karena itu Bapak Mustopo tidak banyak meluangkan waktu untuk menonton televisi.

INFORMAN 3

20 April 2011, pukul 15.00 s/d pukul 16.00 WIB

“Tidak lama mas, tergantung dinas kan…tapi kalau pas lagi nonton televisi saya paling hanya 4-5 jam saja dalam sehari”.

Demikian halnya dengan Bapak Bambang (57 tahun). Sehari-hari Bapak Mustopo masih aktif berdinas di Reskrim Polsekta Tegalsari, di bagian Unit Reskrim dan Humas Polsekta Tegalsari. Oleh karena itu waktunya untuk menonton televisi hanyalah selepas bekerja yaitu sore atau malam hari atau jika beliau sedang tidak berdinas.

Demikian halnya dengan informan keempat, yaitu Bapak L (40 tahun), seorang karyawan swasta. Menurut pengakuan beliau, tidak lama waktu yang dihabiskannya untuk menonton televisi, paling lama hanya 5 jam saja, karena sudah terlalu lelah bekerja sehingga beliau hanya ingin beristirahat selepas bekerja. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan Bapak L.

INFORMAN 4

21 April 2011, pukul 18.00 s/d pukul 19.00 WIB

“Tidak lama mas, paling hanya 5 jam saja. Kalau pulang bawaannya capek pengen istirahat”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan empat informan di atas dapat diketahui bahwa umumnya para informan menghabiskan waktu di depan televisi hanya sekitar 4 hingga 5 jam saja dalam sehari dan umumnya dilakukan sore hingga malam hari selepas informan beraktivitas. Hal tersebut menunjukkan


(47)

bahwa informan bukan pemirsa aktif televisi sehingga tidak banyak diterpa tayangan-tayangan acara di televisi.

2. Aktivitas Menonton Televisi

Dari hasil wawancara peneliti dengan informan diketahui bahwa secara umum informan menghabiskan waktu untuk menonton televisi bersama keluarga, baik saudara ataupun istri dan anak-anak. Dari berbagai alasan yang dikemukakan informan, umumnya para informan menganggap bahwa dengan menonton televisi dapat menjadi momen untuk berkumpul bersama keluarga. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan informan :

INFORMAN I

(19 April 2011, pukul 16.00 s/d pukul 17.00 WIB)

”kadang sendiri, kadang sama keluarga. Cuman paling sering sama keluarga, misal ada papa-mama atau kalo nggak sama kakak”.

Informan pertama yaitu Dewi menyatakan bahwa setiap menonton televisi, dia terkadang menonton sendiri dan terkadang bersama keluarga, namun aktivitas terbanyak menonton televisi, informan habiskan bersama keluarga. Informasi senada juga disampaikan oleh informan kedua dan ketiga yang menyatakan bahwa

INFORMAN 2

20 April 2011, pukul 10.00 s/d pukul 11.00 WIB

”kadang sendiri, kadang sama keluarga. Cuman paling sering sama keluarga, kalo pas anak-anak di rumah ya, kami menonton bersama. Sekalian kumpul keluarga”.

Dari hasil wawancara peneliti dengan informan kedua yaitu Bapak Mustopo, diketahui bahwa pada saat menonton televisi, beliau lebih sering menonton bersama keluarga terutama jika anak-anak beliau sedang berada di


(48)

rumahnya. Aktivitas menonton televisi bersama menjadi momen penting bagi beliau dan keluarga untuk berkumpul. Hal senada juga disampaikan oleh informan ke tiga dan keempat yaitu Bapak Bambang dan Bapak L. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan informan.

INFORMAN 3

20 April 2011, pukul 15.00 s/d pukul 16.00 WIB

“tergantung situasi dan kondisi Mas. kadang sendiri, kadang sama keluarga. Apalagi kalau pas anak-anak datang ke rumah. Rame jadinya nonton bersama keluarga”.

Bapak Bambang mengaku bahwa aktivitas menonton televisi yang dia lakukan tergantung situasi dan kondisi di rumah, terkadang sendiri terkadang menonton bersama keluarga. Terutama jika anak-anak beliau sedang berada di rumah. Karena aktivitas tersebut, beliau merasa rumahnya menjadi hangat karena semua keluarga menjadi berkumpul.

INFORMAN 4

21 April 2011, pukul 18.00 s/d pukul 19.00 WIB

“kadang sendiri, kadang sama ibunya anak-anak. Cuma paling sering sama ibu. Anak-anak jarang nonton televisi di ruang tengah, biasanya mereka suka nonton di kamarnya masing-masing”.

Hasil wawancara dengan Bapak L menunjukkan bahwa aktivitas menonton televisi yang dilakukan beliau umumnya dilakukan bersama keluarga terutama istrinya. Mengingat anak-anaknya jarang menonton televisi di ruang tengah bersama orang tua. Dengan demikian dapat diketahui bahwa empat informan yang diwawancarai dalam penelitian ini umumnya melakukan aktivitas menonton televisi bersama keluarga, karena menurut mereka dengan menonton


(49)

televisi bersama dapat menghangatkan kebersamaan keluarga sehingga membuat aktivitas menonton televisi jadi kegiatan yang menyenangkan bersama keluarga.

3. Perhatian Pada Saat Menonton Televisi

Perhatian menunjukkan seberapa besar perhatian atau respon yang diberikan oleh informan terhadap sebuah tayangan acara di televisi. Semakin perhatian pemirsa terhadap sebuah acara menunjukkan bahwa pemirsa tersebut akan semakin paham dengan pesan yang disampaikan oleh acara tersebut. Perhatian tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk perhatian terhadap gambar, tokoh, jalan cerita atau tema cerita. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan para informan :

INFORMAN I

(19 April 2011, pukul 16.00 s/d pukul 17.00 WIB)

”hmm…..(sambil berpikir) apa ya mas ?....biasanya aku tuh pilih nonton acara di televisi itu karna temanya. Maksud aku, apa sinetron, musik, kuis atau lainnya”.

oh gitu…..kalo aku, biasanya emang memperhatikan….karna menonton televisi buat aku nggak hanya sekedar nonton aja, tapi biasanya aku suka diskusikan sama keluarga atau orang lain yang sedang nonton sama aku. Jadi kalo ada acara dengan tema-tema yang menarik pasti aku bakalan memperhatikan.

Ketika peneliti menanyakan tentang perhatian pertama kali para informan terhadap sebuah acara yang ditonton. Jawaban yang diberikan cenderung sama, yaitu berkaitan dengan temanya. Seperti yang disampaikan oleh Dewi. Dewi menyatakan bahwa perhatiannya pertama kali tertuju pada tema acara, apakah sinetron, musik, kuis atau lainnya. Sebagai remaja, Dewi mengaku menyukai acara yang bertema hiburan seperti musik ataupun kuis dan setiap menonton


(50)

sebuah acara di televisi, Dewi selalu memperhatikan pesan yang disampaikan. Dewi menyatakan bahwa tujuan dirinya menonton televisi bukan hanya untuk sekedar menonton saja tetapi juga untuk berdiskusi bersama keluarga ataupun orang lain yang sedang menonton bersama dirinya. Jadi setiap ada acara dengan tema-tema yang menarik, Dewi pasti sangat memperhatikan pesan yang ada dalam acara tersebut.

INFORMAN 2

20 April 2011, pukul 10.00 s/d pukul 11.00 WIB

(sambil berpikir) apa ya mas ?....kalau saya tidak terlalu suka acara-acara anak muda, jadi biasanya saya memilih acara yang temanya bagus, seperti berita atau hiburan.

Hasil wawancara peneliti dengan informan kedua yaitu Bapak Mustopo, peneliti dapat mengetahui bahwa informan tidak terlalu menyukai acara-acara yang diperuntukkan untuk anak muda, jadi Bapak Mustopo lebih menyukai acara yang bertema bagus seperti berita ataupun hiburan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada saat menonton acara di televisi, hal yang pertama kali diperhatikan adalah tentang temanya. Untuk memperjelas bagaimana perhatian informan terhadap acara di televisi tersebut, berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan informan :

INFORMAN 2

20 April 2011, pukul 10.00 s/d pukul 11.00 WIB

”oh begitu…..kalau saya, memang selalu memperhatikan mas. Lha buat apa kita nonton kalau tidak menyerap informasi yang ada di dalamnya. Apalagi saat menonton bersama keluarga, dengan ibu atau anak-anak, biasanya kami suka berdiskusi mengenai acara yang sedang ditonton bersama”.


(51)

acara televisi yang dilihatnya. Menurut Bapak Mustopo, tujuan dirinya menonton tidak hanya untuk menikmati tayangan acara di televisi tetapi juga untuk menyerap informasi di dalamnya karena kebiasaan dalam keluarga Bapak Mustopo adalah berdiskusi atau membahas tema-tema penting dalam sebuah acara di televisi.

INFORMAN 3

20 April 2011, pukul 15.00 s/d pukul 16.00 WIB

“apa ya mas ? .... (sambil berpikir). Saya itu sukanya olahraga, jadi saya suka sekali nonton acara olahraga. Atau kalau tidak ya berita atau hiburan. Saya tidak suka sinetron atau musik-musik anak muda”.

Dari hasil wawancara peneliti dengan informan ke tiga yaitu Bapak Bambang diketahui bahwa sehari-hari beliau lebih banyak menonton acara televisi yang bertema olahraga mengingat beliau hobi berolahraga. Namun jika tidak, beliau lebih memilih menonton acara berita atau hiburan dan tidak terlalu menyukai acara sinetron atau musik-musik untuk anak muda. Ketika peneliti menanyakan tentang bentuk perhatian Bapak Bambang terhadap setiap acara di televisi, beliau menyatakan bahwa dirinya selalu memperhatikan pesan yang ada, karena menurut beliau menonton televisi juga bermanfaat untuk menyerap informasi yang ada di dalamnya. Berikut adalah petikan wawancaranya :

INFORMAN 3

20 April 2011, pukul 15.00 s/d pukul 16.00 WIB

“kalau saya, cenderung selalu memperhatikan mas. Untuk apa menonton kalau tidak menyerap informasi yang ada di dalamnya. Kan dapat 2 manfaat sekaligus”.

Demikian halnya dengan pernyataan Bapak Lie, informan keempat. Beliau menyatakan bahwa perhatian pertama beliau pada saat menonton televisi tertuju


(52)

pada tema acara. Menurut Beliau jika tema acaranya bagus maka beliau akan melihat, sebaliknya jika tema acaranya kurang bagus maka beliau akan memilih mengganti acara yang lain. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan informan keempat.

INFORMAN 4

21 April 2011, pukul 18.00 s/d pukul 19.00 WIB

”...(sambil berpikir) kalau saya lihat temanya dulu. Kalau bagus dan menarik, baru saya melihat”.

Selanjutnya setiap menonton televisi, Bapak Lie mengaku tidak terlalu memperhatikan pesan yang disampaikan kecuali beliau benar-benar tertarik dengan tema yang disampaikan. Jika tidak terlalu menarik untuk dilihat maka beliau merasa malas untuk menonton mengingat saat ini banyak acara di televisi yang tidak jelas tema dan alur ceritanya. Pernyataan Bapak L terangkum dalam kutipan wawancara berikut ini :

INFORMAN 4

21 April 2011, pukul 18.00 s/d pukul 19.00 WIB

”oh gitu to…..kalau saya, tidak terlalu memperhatikan mas. Kecuali temanya benar-benar menarik untuk saya. Malas mas, kalau cuma melihat acara-acara yang tidak penting”.

Dari hasil wawancara peneliti dengan empat informan dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa umumnya para informan selalu memperhatikan pesan yang disampaikan dalam setiap acara yang ditonton. Menurut para informan, alasan mereka menonton tidak hanya untuk menikmati acara televisi saja tetapi juga untuk menyerap informasi yang diberikan dalam acara tersebut, sehingga pada akhirnya mereka memperoleh manfaat tambahan disamping hiburan.


(53)

4. Persepsi Terhadap Tayangan Acara Yang Baik

Pada bagian ini akan dipaparkan hasil wawancara peneliti dengan para informan berkaitan dengan persepsi pemirsa terhadap tayangan acara yang baik. Pada umumnya persepsi informan tentang sebuah acara yang baik adalah sama yaitu acara yang tidak hanya mengejar rating saja tetapi diharapkan acara tersebut memiliki pesan moral untuk para pemirsanya. Berikut adalah kutipan wawancara dengan masing-masing informan sebagaimana terangkum dalam petikan wawancara berikut ini :

INFORMAN I

(19 April 2011, pukul 16.00 s/d pukul 17.00 WIB)

“kalo menurut aku, acara yang baik itu nggak hanya sekedar mengejar rating atau penghasilan stasiun televisi aja, tapi juga acara yang mengandung unsur edukasi….maksudnya ada pesan moral gitu yang disampaikan kepada pemirsa. Jadi nggak hiburan aja….”

Menurut Dewi, persepsinya mengenai acara yang baik adalah acara yang tidak hanya sekedar mengejar rating atau penghasilan televisi saja, tetapi juga acara yang mengandung unsur edukasi atau pendidikan untuk para pemirsa. Termasuk juga pesan moral yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari pemirsa. Mengingat saat ini banyak sekali acara-acara kurang bermutu yang hanya sekedar mengejar rating dan tidak mengandung sisi positif sama sekali. Sebagai mahasiswa, Dewi memiliki pemikiran kritis bahwa tayangan acara yang baik harus mengandung unsur yang mendidik sehingga pemirsa dari berbagai segmen usia dapat menyerap informasi yang disampaikan. Sebagai contoh adalah tayangan “Mario Teguh” yaitu tayangan yang bertujuan untuk memotivasi para pemirsa melalui sikap dan tingkah laku sehari-hari. Acara talkshow tersebut


(54)

dikemas ringan namun unsur pesan moralnya dapat diterima dengan jelas oleh pemirsa. Demikian halnya dengan acara-acara lain.

INFORMAN 2

20 April 2011, pukul 10.00 s/d pukul 11.00 WIB

”wah ini kebetulan Mas, kalau Bapak ditanyakan masalah itu, karna saat ini menurut Bapak banyak acara yang kurang baik, baik dari sisi materi atau pesannya ataupun dari sisi penyampaiannya. Banyak acara yang sekedar mengejar rating saja dan melupakan dampak dari penayangan acara tersebut kepada pemirsanya ”.

”menurut Bapak, acara yang baik adalah acara yang bermanfaat untuk pemirsanya, baik dari sisi materinya seperti memberikan informasi ataupun hiburan. Karna kita nonton televisi itu kan tidak hanya untuk hiburan to Mas, tapi juga cari informasi”.

Dari hasil wawancara peneliti dengan Bapak Mustopo diketahui bahwa saat ini banyak sekali acara-acara yang kurang baik baik dari sisi materi atau pesannya serta dari sisi penyampaiannya. Menurut Beliau banyak acara yang sekedar mengejar rating saja dan melupakan dampak dari penayangan acara tersebut kepada pemirsanya. Sebagai seorang ayah dan pendidik, beliau berharap banyak acara-acara yang lebih mengutamakan pesan moral kepada pemirsanya seperti misalnya acara ”Jika Aku Menjadi” yang mengangkat sisi perjuangan masyarakat kelas bawah, sehingga diharapkan dari acara semacam itu, dapat menumbuhkan sikap empati yang kuat dari masyarakat terhadap kondisi di lingkungannya. Karena di alquran sudah dituliskan bahwa perjudian itu pebuatan dosa seperti Surat Annisa ayat 29

هﺬﺧأو

ﺎ ﺮ ا

ﺪﻗو

اﻮﻬ

ﻪ ﻋ

ﻬ آأو

لاﻮ أ

سﺎ ا

ﻃﺎ ﺎ


(55)

Dan juga (disebabkan mereka mengambil riba padahal mereka telah dilarang melakukannya adalah mereka telah dilarang melakukannya, dan (disebabkan) mereka memakan harta orang dengan jalan yang salah (tipu, judi dan sebagainya). Dan (ingatlah) Kami telah menyediakan bagi orang-orang yang kafir di antara mereka, azab seksa yang tidak terperi sakitnya.

Pendapat serupa juga disampaikan oleh Bapak Bambang. Beliau berpendapat bahwa acara yang baik adalah acara yang memberikan manfaat untuk pemirsanya dan bukan hanya sekedar mengejar rating dan pendapatan untuk stasiun televisi saja. Menurut Beliau, di televisi saat ini banyak acara-acara yang lebih mengutamakan unsur hiburan seperti halnya infotainment yang lebih banyak menyoroti aib daripada memberikan edukasi kepada para pemirsa. Yang perlu dikhawatirkan adalah masyarakat tidak peka atau kurang kritis dalam menyikapi berbagai tayangan sejenis yang marak di berbagai stasiun televisi sehingga akan memberikan dampak buruk kepada pemirsa seperti kemerosotan moral atapun kenakalan remaja. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan Bapak Bambang :

INFORMAN 3

20 April 2011, pukul 15.00 s/d pukul 16.00 WIB

“Menurut saya, acara yang baik adalah acara yang memberikan manfaat untuk pemirsanya. Bukan hanya sekedar mengejar rating dan pendapatan untuk stasiun televisi saja. Sekarang itu banyak sekali acara yang lebih mengutamakan hiburan saja seperti infotainment yang lebih banyak menyoroti aib daripada memberikan edukasi kepada pemirsanya”.

Setelah menguraikan hasil wawancara dengan tiga informan terdahulu, berikut ini adalah kutipan wawancara dengan informan ke empat yaitu Bapak L


(56)

yang juga memberikan pernyataan yang sama tentang persepsi terhadap tayangan acara yang baik di televisi.

INFORMAN 4

21 April 2011, pukul 18.00 s/d pukul 19.00 WIB

“menurut saya, acara yang baik itu acara yang bermanfaat untuk pemirsanya. Bermanfaat untuk semua usia, mulai dari anak-anak sampai orang tua. Maksudnya ada pesan moral yang disampaikan kepada pemirsa, tidak hanya sekedar hiburan saja”.

Dari kutipan wawancara di atas, peneliti dapat mengetahui bahwa menurut persepsi Bapak Lie, acara yang baik adalah acara yang bermanfaat untuk pemirsanya, artinya bermanfaat untuk semua segmen usia, mulai dari anak-anak sampai orang tua. Jadi tidak hanya mengutamakan hiburan tetapi juga unsur pesan moral yang baik kepada para pemirsanya.

Deskripsi Persepsi Masyarakat Terhadap Acara Kuis Yang Berbau Judi Di Televisi

Setelah menguraikan pendapat masyarakat yang diwakili oleh para informan tentang persepsi pada sebuah acara televisi yang baik, berikut ini peneliti akan memaparkan hasil wawancara peneliti dengan informan mengenai persepsi masyarakat terhadap maraknya acara kuis yang berbau judi di televisi. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan para informan.

1. Daya Tarik Acara Kuis

Menurut informan pertama yaitu Dewi, acara di televisi yang menarik minatnya untuk menonton televisi adalah acara hiburan. Salah satunya adalah acara kuis. Dari hasil pengakuannya diketahui bahwa dari sekian banyak kuis yang ada di televisi, dirinya suka menonton acara kuis Super Deal 2 Milyar yang


(57)

ditayangkan di stasiun televisi ANTV. Hal tersebut terangkum dalam kutipan wawancara berikut ini:

INFORMAN I

(19 April 2011, pukul 16.00 s/d pukul 17.00 WIB)

”aku biasanya suka nonton kuis super deal 2 milyar di ANTV”.

Selanjutnya, peneliti menanyakan tentang beberapa hal yang menjadi daya tarik utama dari acara kuis tersebut dan Dewi memberikan jawaban bahwa daya tarik utama dari kuis tersebut adalah karena hadiah yang ditawarkan selain itu cara bermain dalam kuis tersebut juga mudah. Hal tersebut yang menarik minat pemirsa seperti Dewi, mudah dan berhadiah besar. Pernyataan Dewi terangkum dalam kutipan wawancara berikut ini :

INFORMAN I

(19 April 2011, pukul 16.00 s/d pukul 17.00 WIB)

“ya hadiahnya itu lho mas…..gede-gede. Selain itu cara mainnya juga gampang”.

Pendapat serupa disampaikan oleh Bapak Bambang selaku informan 3. Dari hasil wawancara peneliti dengan Bapak Bambang diketahui bahwa selama ini beliau juga menyukai acara kuis super Deal 2 Milyar yang ditayangkan di ANTV, terutama jika anak-anak sedang menonton kuis yang sama.

INFORMAN 3

20 April 2011, pukul 15.00 s/d pukul 16.00 WIB

“saya nggak terlalu hafal mas acara kuis di televisi, tapi kalau pas anak-anak nonton kuis apa itu….super deal ya ….saya suka ikutan juga”.

Ketika ditanyakan daya tarik utama dari acara kuis yang disukainya, Bapak Bambang memberikan jawaban bahwa hal yang menarik minatnya menyukai kuis tersebut adalah karena faktor lucu meskipun di dalamnya terdapat unsur judi.


(58)

Menurut beliau, sangat menarik melihat keberuntungan para peserta, karena jika ada peserta yang memenangkan hadiah maka anggota timnya yang lain juga akan merasakan kegembiraannya sedangkan jika peserta tersebut gagal, maka peserta akan pulang dengan tangan hampa namun tetap merasakan kegembiraan karena telah ikut serta dalam acara kuis tersebut. Daya tarik utama kuis Super Deal 2 Milyar menurut Bapak Bambang karena rasa penasaran yang muncul di setiap kemunculan tirai 1 atau 2 atau 3. Uraian wawancara peneliti dengan Bapak Bambang terangkum dalam petikan wawancara berikut ini :

INFORMAN 3

20 April 2011, pukul 15.00 s/d pukul 16.00 WIB

“lucu aja….ada gamblingnya juga, kalau pas beruntung ya dapat…semua senang, kalau tidak ya…tetap senang aja, karna sudah dapat hadiah hiburan. Penasaran aja, ada apa di balik tirai 1/2/3…

Berbeda dengan pendapat Dewi serta Bapak Bambang, informan kedua dan keempat yaitu Bapak Mustopo dan Bapak Lie, memberikan jawaban bahwa kuis yang disukainya adalah kuis 1 lawan 100 yang ditayangkan di Indosiar. Seperti yang terangkum pada kutipan wawancara berikut ini :

INFORMAN 2

20 April 2011, pukul 10.00 s/d pukul 11.00 WIB

”Saya biasanya menonton kuis 1 lawan 100 mas, di Indosiar ya kalau nggak salah”.

Ketika dikorek informasi mengenai hal yang menjadi daya tarik utama dari acara kuis tersebut, Bapak Mustopo menyatakan bahwa alasan utamanya adalah karena dirinya menyukai informasi. Menurut Beliau, acara kuis 1 lawan 100 berbeda dengan acara kuis lainnya yang umumnya hanya mengutamakan hiburan. Dalam acara tersebut, lebih mengutamakan informasi atau pengetahuan untuk


(59)

pemirsa sehingga pemirsa tidak hanya mendapatkan hiburan tetapi juga tambahan pengetahuan melalui berbagai pertanyaan yang diajukan dalam kuis tersebut. Selanjutnya peserta juga diberikan iming-iming berupa hadiah uang tiap berhasil menjawab pertanyaan yang diajukan oleh presenter. Berikut adalah pernyataan Bapak Mustopo melalui petikan wawancara di bawah ini :

INFORMAN 2

20 April 2011, pukul 10.00 s/d pukul 11.00 WIB

”seperti yang saya sampaikan tadi, saya suka informasi. Nah, dari kuis-kuis yang lain, 1 lawan 100 itu kan memberikan pertanyaan kepada para pesertanya. Jadi menurut saya, dengan menonton kuis tadi, saya dapat hiburan sekaligus dapat informasi”.

Pendapat serupa dengan informan kedua disampaikan oleh Bapak L yang mengaku menyukai sekali acara kuis 1 lawan 100 yang ditayangkan di Indosiar.

INFORMAN 4

21 April 2011, pukul 18.00 s/d pukul 19.00 WIB

”Saya biasanya suka menonton kuis 1 lawan 100 mas”.

Menurut Bapak Lie, alasan utama dirinya menyukai acara kuis tersebut karena adanya unsur tambahan ilmu pengetahuan yang didapat oleh pemirsa setelah menyaksikan acara tersebut. Dibandingkan dengan acara-acara kuis yang ada di televisi, acara kuis 1 lawan 100 cukup menarik karena peserta diberikan pertanyaan yang sifatnya melatih kemampuan pengetahuan peserta, selama menonton pemirsa juga dapat berlatih menjawab pertanyaan yang diajukan oleh presenter sehingga timbul rasa penasaran jika jawaban yang diberikan salah atau tidak sesuai dengan jawaban dari kuis. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan Bapak Lie.


(60)

INFORMAN 4

21 April 2011, pukul 18.00 s/d pukul 19.00 WIB

”menurut saya, kuis-kuis sekarang kan Cuma hiburannya saja yang menonjol, kalau 1 lawan 100 menarik, karena ada pertanyaan yang diuji. Jadi melatih kemampuan peserta”.

Dari hasil wawancara peneliti dengan empat informan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa daya tarik utama dari kuis-kuis di televisi adalah karena adanya ide kreatif yaitu hadiah besar yang ditawarkan kepada peserta dan juga diberikannya pertanyaan-pertanyaan yang mengasah kemampuan otak para peserta.

Dalam siaran televisi, pemicu ketertarikan dapat berupa efek suara, musik, suatu aksi atau tampilan visual yang menarik dan juga ide yang memikat. Dengan demikian adanya ide kreatif berupa tawaran hadiah besar kepada peserta dan juga diberikannya pertanyaan-pertanyaan yang mengasah kemampuan otak para peserta merupakan salah satu pemicu yang dapat membuat orang tertarik untuk menonton acara kuis-kuis di televisi. Dengan memberikan perhatian lebih terhadap rangsangan yang diterima berupa tawaran hadiah besar kepada peserta dan juga diberikannya pertanyaan-pertanyaan yang mengasah kemampuan otak para peserta maka pemirsa televisi mengabaikan rangsangan yang lain. Proses dalam memberikan perhatian terhadap suatu rangsangan dan mengabaikan rangsangan yang lain termasuk dalam proses seleksi yang nantinya dapat membentuk persepsi. Seperti yang disampaikan Wood (1997:40) menjelaskan


(1)

70

INFORMAN 2

20 April 2011, pukul 10.00 s/d pukul 11.00 WIB

“menurut saya, dengan maraknya acara kuis semacam itu, maka pemirsa yang harus lebih selektif untuk memfilter informasi-informasi yang disampaikan dalam berbagai acara tersebut. Intinya harus berpositif thinking dan menikmati saja”.

Pendapat serupa juga disampaikan oleh Bapak Mustopo bahwa persepsi dirinya adalah netral dalam menyikapi acara-acara kuis yang ditengarai mengandung unsur judi di dalamnya. Dengan semakin maraknya acara kuis semacam itu, maka pemirsa harus lebih selektif untuk memfilter informasi-informasi yang disampaikan dalam berbagai acara tersebut. Beliau berpesan agar selalu berpositif thinking dan menikmati saja tayangan acara hiburan semacam itu. Demikian halnya pertanyaan Bapak Bambang yang memberikan jawaban yang serupa dengan pernyataan Bapak Mustopo. Berikut adalah petikan wawancaranya:

INFORMAN 3

20 April 2011, pukul 15.00 s/d pukul 16.00 WIB

“ya menurut saya, dengan semakin maraknya acara kuis semacam itu, maka pemirsa harus lebih selektif untuk memfilter informasi-informasi yang disampaikan dalam berbagai acara tersebut. Intinya lebih kritis karena tidak semua acara itu bagus dan bermanfaat”.

INFORMAN 4

21 April 2011, pukul 18.00 s/d pukul 19.00 WIB

“menurut saya, sah-sah saja jika stasiun televisi menayangkan acara kuis-kuis semacam itu, tinggal pemirsanya saja yang harus lebih kritis dan selektif dalam menyikapi tayangannya. Mengingat acara kuis itu kan lebih banyak unsur hiburannya....jadi ya tidak apa-apa mas”.

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa informan ketiga dan keempat yaitu Bapak Bambang dan Bapak Lie, memiliki persepsi netral terhadap maraknya acara-acara kuis yang berbau judi di televisi. Pemirsa yang harus lebih


(2)

selektif untuk memfilter informasi-informasi yang disampaikan di dalam berbagai acara tersebut sehingga dapat memilah-milah mana yang baik dan mana yang tidak bagi dirinya pribadi ataupun orang lain yang menonton.

Dari berbagai uraian di atas dapat dirangkai sebuah kesimpulan bahwa pemirsa tidak memiliki kemampuan untuk membuat sebuah acara, namun dengan beragamnya tingkat pendidikan yang dimiliki pemirsa maka pemirsa akan memiliki kemampuan untuk memfilter dan memilah-milah tayangan-tayangan yang baik dan bermanfaat bagi dirinya. Mengingat saat ini banyak sekali tayangan-tayangan yang kurang bermutu dan hanya sekedar mengejar keuntungan pihak stasiun televisi saja.

4.3. Pembahasan

Secara umum media massa mempunyai peranan yang penting dalam memudahkan masyarakat untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Dengan adanya media massa, informasi yang disampaikan kepada masyarakat dapat berlangsung secara serentak dan mencakup jumlah yang banyak. Cangara (2003:134) mendefinisikan media massa sebagai alat yang biasanya digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, televisi. Dari semua media massa tersebut, televisi merupakan sumber informasi


(3)

72

persepsi bahwa suatu muatau dalam layar kaca menjadi lebih nyata dari realitasnya. Selain itu televisi memiliki segi positif yaitu suatu pesan yang disampaikan kepada penonton tidak mengalami proses yang berbelit (Effendy, 1993:178). Dengan demikian sasarannya adalah untuk menjangkau massa yang cukup besar. Namun televisi juga dapat memberikan dampak yang buruk kepada pemirsanya. Begitu besar dampak yang ditimbulkan oleh media massa televisi, sudah seharusnya pihak stasiun televisi menyajikan tayangan yang aman dan layak di konsumsi pemirsanya, karena televisi memiliki kekuatan dasyat yang melebihi media massa lain, yakni dapat mempengaruhi kehidupan dan emosi seseorang melalui gambar-gambar yang diperjelas dengan narasi. Gambar bersifat hidup yang ditampilkan oleh televisi dapat tertanam lebih dalam dibenak pemirsa dalam jangka waktu yang lama. Makin menarik gambar yang ditampilkan, makin dalam pengaruh yang ditimbulkannya. Berarti pemirsa akan lebih mengingat dan membayangkannya.

Menurut Bungin (2005:174) mengungkapkan bahwa pengaruh televisi dapat membawa masyarakat ke arah kehancuran pandangan dan moral. Terlihat bahwa televisi dapat mempengaruhi perilaku, sikap dan bergerak ke arah penghancuran pandangan, persepsi, moral, kepribadian dan budaya umat manusia.


(4)

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis data untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai kuis yang mengandung unsur judi di televisi, dapat ditarik beberapa kesimpulan yang mendukung antara lain :

Persepsi setiap orang terhadap penayangan sebuah acara televisi khususnya acara kuis umumnya berbeda-beda. Namun secara umum, para informan dalam penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada unsur judi dalam acara kuis yang banyak ditayangkan di televisi karena acara kuis tersebut murni mengandung unsur hiburan atau entertainment untuk pemirsa. Adanya presenter dari kalangan artis atau artis yang menjadi bintang tamu atau peserta dalam acara kuis tadi serta besarnya hadiah yang ditawarkan adalah murni content dari acara kuis. Selain itu dengan ditayangkannya acara kuis tersebut di televisi membuat para informan berasumsi bahwa tayangan acara kuis tersebut telah memenuhi sensor dari pihak televisi sehingga layak untuk ditayangkan di televisi.

Menyadari kenyataan bahwa pemirsa tidak memiliki kemampuan untuk membuat sebuah acara, maka dengan beragamnya tingkat pendidikan yang dimiliki pemirsa diharapkan akan memiliki kemampuan untuk memfilter dan


(5)

74

5.2. Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Stasiun Televisi

Disarankan agar memproduksi tayangan-tayangan yang lebih bermutu baik dari segi materi ataupun informasi yang diberikan terutama adanya pesan moral di dalamnya sehingga pemirsa akan memperoleh manfaat lebih setelah menonton televisi, mengingat saat ini banyak sekali acara-acara kurang bermutu dan melupakan unsur edukasi kepada pemirsanya.

2. Bagi Pemirsa

Pemirsa diharapkan tidak menyerap semua informasi yang ada melainkan lebih selektif untuk memfilter informasi-informasi yang disampaikan dalam berbagai acara di televisi dan selalu berpositif thinking agar merasa lebih merasa nyaman pada saat menonton acara hiburan di televisi.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Disarankan untuk melakukan penelitian dengan konsep deskriptif kuantitatif sehingga diharapkan akan memperoleh data yang lebih akurat mengenai persepsi masyarakat terhadap acara televisi khususnya tentang kuis-kuis yang mengandung unsur judi di dalamnya.


(6)

Effendi, onong, Uncjhana, Ilmu komunikasi teori dan praktek, Bandung, Penerbit citra Aditya Bakti, 2002

Effendi, onong, Uncjhana, Dinamika komunikasi, Bandung, Penerbit PT Remaja Rosdakarya

Mulyana , Dedi, ilmu komunikasi suatu pengantar, Bandung : Penerbit PT Remaja Rosdakarya

Kriyantono, rachmat, Riset Komunikasi, Jakarta : penerbit prenada media group, 2008

Sumarwan, Ujang, 2000 Perilaku konsumen teori penerapan Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia, 2002

Robbins, Stephen P, 2002 Prinsip-prinsip Perilaku organisasi, Jakarta : Erlangga Sobur, Alex, Drs , Msi.,2003 Psikologi umum, Bandung : CV.Pustaka Setia

Wood, Julia T, 1997, Communication in our lives, Belmont, Wadsworth, Publishing Company.

Gamble, Teri Kwal & Gamble, Michael, 1984, Communication Works, New York, Random House, Inc

Cangara, Hafied, 2003, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Effendy, Onong Uchjana, 1993, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bakti, Bandung

Bungin, Burhan, 2005, Metodologi Penelitian Sosial, Airlangga Universitas Press, Surabaya.


Dokumen yang terkait

PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN KONFLIK KEBUN BINATANG SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Masyarakat Surabaya Tentang Pemberitaan Konflik Pengelolahan dan Kepemilikan Lahan Kebun Binatang Surabaya (KBS) di Harian Jawa Pos).

3 5 129

MOTIF PEMIRSA TELEVISI SURABAYA DALAM MENONTON ACARA VARIETY SHOW “EAT BULAGA INDONESIA” DI SCTV (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Motif Pemirsa Televisi Surabaya Terhadap Acara Variety Show Eat Bulaga Indonesia Segmen Kuis Indonesia Pintar di SCTV).

2 4 163

PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG IKLAN ”MANFAAT PAJAK” DI TELEVISI (Studi Deskriptif kualitatif Persepsi Masyarakat SurabayaTentang Iklan ”Manfaat Pajak” di Televisi).

0 0 74

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PROGRAM ACARA ETHNIC RUNAWAY DI TRANS TV (Studi Deskriptif Tentang Opini Masyarakat Surabaya Tentang Acara Ethnic Runaway di Trans TV).

1 10 91

PERSEPSI GURU TENTANG ISI PESAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT SEKOLAH GRATIS DI TELEVISI (Studi Deskriptif Kuatitatif Persepsi Guru di Surabaya Tentang Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat Sekolah Gratis di Televisi).

0 1 92

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT SURABAYA TENTANG IKLAN DIABETASOL DI TELEVISI (Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya Tentang Iklan Diabetasol Versi “Majalah” di Televisi).

0 1 79

PERSEPSI GURU TENTANG ISI PESAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT SEKOLAH GRATIS DI TELEVISI (Studi Deskriptif Kuatitatif Persepsi Guru di Surabaya Tentang Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat Sekolah Gratis di Televisi)

0 0 18

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT SURABAYA TENTANG IKLAN DIABETASOL DI TELEVISI (Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya Tentang Iklan Diabetasol Versi “Majalah” di Televisi)

0 0 21

PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG JUDI DALAM ACARA KUIS YANG DITAYANGKAN DI TELEVISI ( Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Masyarakat Surabaya Tentang Judi Dalam Acara Kuis Yang Ditayangkan di Televisi )

0 0 16

MOTIF PEMIRSA TELEVISI SURABAYA DALAM MENONTON ACARA VARIETY SHOW “EAT BULAGA INDONESIA” DI SCTV (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Motif Pemirsa Televisi Surabaya Terhadap Acara Variety Show Eat Bulaga Indonesia Segmen Kuis Indonesia Pintar di SCTV)

0 1 29