Umumnya air yang normal memiliki pH sekitar netral, berkisar antara 6 hingga 8. Air limbah atau air yang tercemar memiliki pH sangat asam atau
pH cenderung basa, tergantung dari jenis limbah dan komponen pencemarnya.
b. Suhu
Kenaikan suhu air tersebut akan mengakibatkan menurunnya oksigen terlarut di dalam air dan meningkatnya kecepatan reaksi kimia. Naiknya suhu air
yang relatif tinggi sering kali ditandai dengan munculnya ikan-ikan dan hewan air lainnya ke permukaan air untuk mencari oksigen.
c. Warna, rasa dan bau
Air yang normal tampak jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Air yang tidak jernih seringkali merupakan petunjuk awal terjadinya
polusi di suatu perairan. Rasa air seringkali dihubungkan dengan bau air. Bau air dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut, ganggang, plankton,
tumbuhan air dan hewan air, baik yang masih hidup maupun yang mati. d.
Kehadiran mikroba pencemar Dari sekian banyak jenis mikroba yang bersifat patogen atau merugikan
manusia, ada beberapa jenis mikroba yang sangat tidak dikehendaki kehadirannya karena mikroba tersebut berasal dari kotoran manusia dan
hewan berdarah panas lainnya. Mikroba tersebut dapat berperan sebagai bioindikator kualitas perairan.
e. Kandungan logam berat
Logam berat heavy metals atau logam toksik toxic metals adalah terminologi yang umumnya digunakan untuk menjelaskan sekelompok
elemen-elemen logam yang kebanyakan tergolong berbahaya bila masuk ke dalam tubuh makhluk hidup. Logam berat yang terdapat baik di lingkungan
maupun di dalam tubuh manusia dalam konsentrasi yang sangat rendah disebut juga sebagai trace metals. Trace metals seperti kadmium Cd,
Timbal Pb dan Merkuri Hg mempunyai berat jenis sedikitnya 5 kali lebih besar daripada air Nugroho, 2006.
2.1.2 Pencemaran Air
Defenisi pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor: KEP-02MENKLHI1988
Tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan adalah: masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air dan atau
berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi
kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya pasal 1. Dalam pasal 2, air pada sumber air menurut kegunaan peruntukkannya
digolongkan menjadi: 1.
Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu
2. Golongan B, yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah
sebagai air minum dan keperluan rumah tangga 3.
Golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan
4. Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian,
dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan listrik negara Achmad, 2004.
Menurut defenisi pencemaran air tersebut diatas bila suatu sumber air yang termasuk dalam kategori golongan A, misalnya sebuah sumur penduduk
kemudian mengalami pencemaran dalam bentuk rembesan limbah cair dari suatu industri maka kategori sumur tadi bukan golongan A lagi, tapi sudah turun
menjadi golongan B karena air tadi sudah tidak dapat digunakan langsung sebagai air minum tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Dengan demikian air sumur
tersebut menjadi kurang tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya Achmad, 2004.
Untuk mengukur tercemar atau tidaknya suatu perairan banyak cara dapat dilakukan. Untuk suatu perairan lepas pantai, persyaratan yang dibutuhkan
setidak-tidaknya: 1.
Dengan mengukur ada tidaknya zat-zat nutrient N dan P yakni zat-zat yang diperlukan untuk satu proses pertumbuhan kehidupan
2. Dengan melihat kelarutan zat asam dalam air. Seperti diketahui zat ini
dibutuhkan sekali untuk kehidupan 3.
Dengan mengukur kadar zat-zat organik yang terdapat di dalam air