Hubungan Debt To Equity Ratio DER Dengan Return on Investment ROI, sebesar – 0,900

Pada saat jumlah hutang tahun 2005 sebesar Rp.1.971.761.552.000 meningkat drastis menjadi Rp. 4.409.753.295.000 pada tahun 2006, hal ini disebabkan pinjaman dari bank meningkat sangat drastis yang pada tahun 2005 sebesar Rp.445.750.000.000 menjadi sebesar Rp.3.285.771.451.000 pada tahun 2006. Ini terjadi dikarenakan banyaknya bencana yang terjadi pada tahun 2005 dan kenaikan bahan bakar minyak yang memiliki dampak besar pada perekonomian, sehingga daya beli masyarakat berkurang dan banyaknya terjadi kredit macet pada tahun 2005, sehingga pendapatan yang diterima PT.Wahana Ottomitra Multiartha,Tbk tidak terlalu tinggi yaitu pada tahun 2005 sebesar Rp.1.995.096.641.000 menjadi Rp.2.221.300.645.000 pada tahun 2006. Laba bersih yang diperoleh tahun 2005 sebesar Rp.219.197.833.000 menurun menjadi Rp.170.448.635.000 pada tahun 2006. Menurunnya laba bersih yang diperoleh PT.Wahana Ottomitra Multiartha,Tbk disebabkan karena beban bunga hutang yang meningkat cukup tinggi menjadi Rp.769.922.834.000 pada tahun 2006 dan juga dikarenakan meningkatnya beban lain- lain yaitu berupa penambahan karyawan, perluasan dan peningkatan cabang, dan biaya telekomunikasi menjadi sebesar Rp.205.964.354.000 pada tahun 2006. Walaupun beban pajak penghasilan pada tahun 2005 sebesar Rp.95.639.257.000 menurun menjadi Rp.68.179.996.000 pada tahun 2006 tetapi hal ini dapat mempengaruhi turunnya nilai laba bersih setelah pajak PT.Wahana Ottomitra Multiartha,Tbk.

2. Hubungan Debt To Equity Ratio DER Dengan Return on Investment ROI, sebesar – 0,900

Angka pada output menunjukkan adanya korelasi yang sangat kuat antara Debt to Equity Ratio dengan ROI karena nilainya diatas 0,75. Tanda - negatif menunjukkan bahwa angka Universitas Sumatera Utara korelasi yang didapat tidak searah. Koefisien korelasi Rank Spearman yang bernilai –0,900 menunjukkan bahwa debt to equity ratio tersebut memiliki hubungan yang kuat dan tidak searah terhadap ROI pada PT.Wahana Ottomitra Multiartha,Tbk dan hubungan tersebut signifikan. Karena signifikansi 0,037 0,05 maka Ho ditolak. Teori trade-off menyatakan bahwa keuntungan dari penggunaan hutang lebih besar dari pada biaya hutang maka perusahaan sebaiknya menggunakan hutang. Apabila sebaliknya, maka perusahaan menggunakan ekuitas. Posisi struktur modal optimal perusahaan terletak pada titik di mana keuntungan dengan menggunakan hutang sama dengan biaya penggunaan hutang Brigham dan Weston, 2001:7. Hasil penelitian ini bertentangan dengan teori trade-off , di mana perusahaan tetap menggunakan hutang yang cukup besar dengan keuntungan yang kecil. Pada saat jumlah hutang lancar dan hutang jangka panjang pada tahun 2005 sebesar Rp.1.971.761.552.000 meningkat drastis menjadi Rp.4.409.753.295.000 pada tahun 2006, sedangkan jumlah ekuitas yang ada hanya mengalami kenaikan yang sedikit yaitu dari Rp.650.699.732.000 tahun 2005 menjadi Rp.834.389.015.000 tahun 2006. Sedangkan laba yang diperoleh tahun 2005 sebesar Rp.219.197.833.000 menurun menjadi Rp.170.448.635.000 pada tahun 2006. Menurunnya laba bersih yang diperoleh PT.Wahana Ottomitra Multiartha,Tbk disebabkan karena beban bunga yang meningkat cukup tinggi menjadi Rp.769.922.834.000 pada tahun 2006 dan juga dikarenakan meningkatnya beban lain-lain yaitu berupa penambahan karyawan, perluasan dan peningkatan cabang, dan biaya telekomunikasi menjadi Rp.205.964.354.000 pada tahun 2006, di mana hal ini dapat mempengaruhi nilai laba bersih setelah pajak PT.Wahana Ottomitra Multiartha,Tbk. Ini terjadi dikarenakan banyaknya bencana yang terjadi pada tahun 2005 dan kenaikan bahan bakar Universitas Sumatera Utara minyak yang memiliki dampak besar pada perekonomian, sehingga daya beli masyarakat berkurang dan banyaknya terjadi kredit macet pada tahun 2005.

3. Hubungan Long Term Debt to Equity Ratio LTDER Dengan Return on Ivestment ROI, sebesar -0,900