Pengertian, Konsep dan Ketentuan tentang Anak, Pemeliharaan, dan

BAB II PRINSIP-PRINSIP HUKUM TENTANG KEWAJIBAN ORANGTUA

ATAS PEMELIHARAAN DAN NAFKAH ANAK SETELAH PERCERAIAN

A. Pengertian, Konsep dan Ketentuan tentang Anak, Pemeliharaan, dan

Nafkah Menurut Hukum Pengertian anak dalam bidang Hukum Perdata tidak diatur secara eksplisit, namun pengertian tentang anak selalu dikaitkan dengan pengertian tentang kedewasaan sedangkan dalam masalah batas kedewasaan tidak ada keseragaman dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata untuk selanjutnya disebut dengan KUHPerdata, hal ini diatur dalam Pasal 330 yang berbunyi, “belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 tahun dan tidak lebih dahulu kawin”. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, tidak langsung mengatur mengenai ukuran kapan seseorang digolongkan anak, tetapi secara tersirat dalam Pasal 6 ayat 2 yang memuat tentang syarat perkawinan bagi seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin dari kedua orangtuanya. Kemudian dalam Pasal 7 ayat 1 Undang-undang Nomor1 Tahun 1974 tersebut memuat batas minimum usia untuk dapat kawin, yaitu bagi pria adalah 19 tahun sedangkan bagi perempuan adalah 16 tahun. 26 26 Lihat Pasal 7 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Di sisi lain, Pasal 47 ayat 1 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 menyatakan, “ Anak yang belum Universitas Sumatera Utara mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melakukan pernikahan ada di bawah kekuasaan orangtuanya selama mereka tidak dicabut kekuasaan orangtuanya”. Dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, batas usia dewasa diatur dalam Pasal 98 ayat 1 yang menyebutkan, “ batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun, sepanjang anak tersebut tidak cacat fisik maupun mental atau belum pernah melangsungkan perkawinan”. Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraaan Anak, yang dimaksudkan dengan anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah menikah. Sedangkan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Peradilan Anak, yang dimaksudkan dengan Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun dan belum pernah kawin. Menurut Hukum Adat, tidak ada ketentuan yang pasti kapan seseorang dianggap dewasa dan berwenang bertindak. Menurut penelitian Supomo tentang hukum perdata adat Jawa Barat dijelaskan bahwa ukuran kedewasaan seseorang diukur dari segi: 1. dapat bekerja sendiri 2. cakap untuk melakukan apa yang disyaratkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bertanggung jawab 3. dapat mengurus harta kekayaan sendiri. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam hukum adat ukuran kedewasaan tidak berdasarkan hitungan usia tapi pada ciri tertentu yang nyata seperti misalnya ciri-ciri yang dikemukakan di atas. Setiap anak mempunyai hak yang sama dalam pemeliharaan dari orangtuanya. Pemeliharaan menurut etimologi adalah “proses, cara, perbuatan memelihara kan, penjagaan, perawatan, pendidikan, penyelamatan, penjagaan harta kekayaan”. 27 Dalam Hukum Islam pemeliharaan anak disebut dengan al hadhinah yang dalam pengertian istilah hadhanah adalah ”pemeliharaan anak yang belum mampu berdiri sendiri, biaya pendidikannya dan pemeliharaannya dari segala yang membahayakan jiwanya”. 28 Al-Hadhânah berasal dari kata hadhana– yahdhunu–hadhnan wa hidhânah wa hadhânah. Secara bahasa hadhânah memiliki dua arti pokok. Pertama dari al-hidhnu dada, yaitu anggota tubuh antara ketiak dan pinggang. Dari sini jika dikatakan, Ihtadhana al-walad, artinya mendekapnya, yaitu merengkuh dan meletakkannya di dalam dekapan pelukannya. Kedua, al-hidhnu adalah jânib asy-syay’i sisi sesuatu. Jika dikatakan, Ihtadhana asy-syay’a, artinya meletakkan sesuatu itu di sisinya dan berada dalam pemeliharaannya serta memisahkannya dari pihak lain. Hal itu seperti seekor burung yang mengumpulkan telurnya dan mengeraminya sehingga telur itu berada di sisinya dan di bawah pemeliharaannya. 29 27 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, loc.cit 28 Ash Sha’ani, Subulus Salam, Surabaya : Terjemahan Abubakar Muhammad Jilid 3, Al Ilkhlas, 1995, hlm. 819 29 http:hizbut-tahrir.or.id20081030al-hadhanah-pengasuhan-anak Universitas Sumatera Utara Pengertian lain dari hadhanah adalah di samping atau berada dibawah ketiak. Merawat dan mendidik seseorang yang belum mumayyiz atau yang kehilangan kecerdasannya, karena tidak bisa mengerjakan keperluan sendiri. Dr. Sa’di Abu Habib mengartikan al-hadhânah sebagai perwalian atas anak-anak untuk mendidik dan mengatur urusan-urusannya. Al-Jurjani, Ibn ‘Abidin dan Prof. Rawas Qal’ah Ji mengartikan hadhânah sebagai tarbiyah al- walad pemeliharaan dan pendidikan anak. 30 Secara syar’i, menurut al-Anshari, al-hadhânah adalah tarbiyah anak- anak bagi orang yang memiliki hak pengasuhan. Menurut ulama Syafiiyah, al- hadhânah adalah tarbiyah atas anak kecil dengan apa yang menjadikannya baik. Menurut ulama Hanabilah, al-hadhânah adalah: menjaga jiwa anak-anak; membantu dan memenuhi makanan, pakaian dan tempat tidurnya; dan membersihkan badannya. Dr. Sa’di Abu Habib memilih definisi syar’i al- hadhânah dengan batasan: pemeliharaan dan pendidikan siapa saja yang tidak bisa mengurus dirinya sendiri, dengan apa yang bisa menjadikannya baik dan melindunginya dari apa saja yang membahayakannya, meski orang itu sudah besar tapi gila. 31 Hadhanah merupakan suatu kewenangan untuk merawat dan mendidik orang yang belum mumayyiz atau orang yang dewasa tetapi kehilangan akal dan kecerdasan berpikirnya. Atau dengan perkataan lain, hadhanah ialah penguasaan, pemeliharaan, perawatan dan pendidikan anak yang di bawah umur, dimana hal 30 http:hizbut-tahrir.or.id20081030al-hadhanah-pengasuhan-anak 31 http:hizbut-tahrir.or.id20081030al-hadhanah-pengasuhan-anak Universitas Sumatera Utara tersebut dapat dilakukan oleh bapak atau ibu, berlangsungnya sampai anak itu mumayyiz dapat membedakan baik-buruk. 32 Hadhanah yang dimaksudkan dalam hal ini adalah kewajiban orangtua untuk memelihara dan mendidik anak mereka dengan sebaik-baiknya. Pemeliharan ini mencakup masalah ekonomi, pendidikan dan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan pokok si anak. 33 Mengenai pengertian nafkah berarti belanja, kebutuhan pokok yang maksudnya adalah kebutuhan pokok yang diperlukan oleh orang-orang yang membutuhkannya. 34 Nafkah adalah hak dari orang yang mempunyainya, dan hak itu harus dipenuhi oleh orang-orang yang berkewajiban memenuhinya. 35

B. Berdasarkan Undang-undang Perkawinan

Dokumen yang terkait

PENETAPAN UANG NAFKAH SEBAGAI TUNJANGAN PEMELIHARAAN ANAK AKIBAT PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SLEMAN

0 3 92

PENDAHULUAN Pelimpahan Hak Asuh Anak di bawah Umur Akibat Perceraian (studi kasus Pengadilan Agama Surakarta).

0 2 11

PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK DIBAWAH UMUR AKIBAT PERCERAIAN Pelimpahan Hak Asuh Anak di bawah Umur Akibat Perceraian (studi kasus Pengadilan Agama Surakarta).

0 3 13

PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK DIBAWAH UMUR AKIBAT PERCERAIAN Pelimpahan Hak Asuh Anak di bawah Umur Akibat Perceraian(studi kasus Pengadilan Agama Surakarta).

0 3 13

PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DAN AKIBATNYA (Studi Putusan Perceraian pada Pasangan di Bawah Umur Perkawinan Di Bawah Umur Dan Akibatnya(Studi Putusan Perceraian pada Pasangan di Bawah Umur di Pengadilan Agama Surakarta dan Pengadilan Agama Karanganyar).

0 2 16

SKRIPSI Perkawinan Di Bawah Umur Dan Akibatnya(Studi Putusan Perceraian pada Pasangan di Bawah Umur di Pengadilan Agama Surakarta dan Pengadilan Agama Karanganyar).

0 1 14

PENDAHULUAN Perkawinan Di Bawah Umur Dan Akibatnya(Studi Putusan Perceraian pada Pasangan di Bawah Umur di Pengadilan Agama Surakarta dan Pengadilan Agama Karanganyar).

0 3 16

HAK ASUH ANAK DI BAWAH UMUR AKIBAT PERCERAIAN (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SRAGEN).

0 1 15

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HAK ASUH ANAK (STUDI PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA SURAKARTA NOMOR : 0536PDT.G2012PA.SKA.)

0 0 11

BAB II KARAKTER HADHANAH PADA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MEDAN DARI TAHUN 2010-2012 1. Perceraian Dan Akibat Hukum Terhadap Anak a. Perceraian - Analisis Hadhanah Pada Putusan Hadhanah Di Pengadilan Agama Medan (Studi Putusan Pengadilan Agama Medan Tahun 20

0 0 31