H. Syamsul Falah, SE. E. LITBANG
Ketua : H. A. Djabar Madjid, MA.
H. Kamaludin AM. MA. Anggota-Anggota
: H. Ubaidillah Khair, BA. Drs. H. Muhalie Tabranie
H. Syamsul Falah, SE. F. DARUL AYTAM
Ketua : Hj. Sholihah Noer, BA.
Wakil Ketua : Hj. Khofifah HA.
Sekretaris : Hj. Alamiyah HM.
Bendahara : Hj. Atiqoh H. Sa’duddin
H.
Sistem Pendidikan Pondok Pesantren At-Taqwa
84
. 1.
KyaiUstdzGuru: berjumlah 70 orang 2.
Santri At-Taqwa putra berjumlah 1000 orang
Mts : 700 MA : 300
Para Santri berasal dari: Bekasi, Karawang, Cikarang, Tambun, Banten, NTT, NTB, Kal-Sel, Bandung, Tangerang, Jambi.
3. Materi atau Kitab Akhlak yang diajarkan
Taklim Muta’alim Riyadul Madabina
84
Ibid.
Fathul Qorib Mujib Fathul Majid
4. Media yang dipakai ketika proses belajar
± Labolaturium
± OHP
± Alat peraga
± Komputer
5. Metode pengajaran
Pengajian dasar di rumah-rumah, di langgar dan di masjid diberikan secara individual. Seorang murid mendatangi seorang guru yang akan
membacakan beberapa baris Al-Quran atau kitab-kitab bahasa arab dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Jawa. Pada gilirannya, murid mengulangi
dan menerjemahkan kata demi kata sesering mungkin seperti yang dilakukan oleh gurunya. Sistem penerjemehan dibuat sedemikian rupa sehingga para
murid diharapkan mengetahui baik arti maupun fungsi kata dalam suatu kalimat bahasa arab. Dengan demikian cara murid dapat belajar tata bahasa
arab langsung dari kitab-kitab. Murid diharuskan menguasai pembacaan dan terjemahan tersebut secara taat dan hanya bisa menerima tambahan pelajaran
bila telah berulang-ulang mendalami pendalaman sebelumnya. Para guru pengajian dalam tarap ini selalu menekankan kualitas dan tidak tertarik untuk
mempunyai murid lebih dari 3 atau 4 orang. Jika dalam seluruh hidup guru tersebut ia berhasil menelorkan sekitar sepuluh murid yang dapat
menyelesaikan pengajian ini, dan kemudian melanjutkan pelajaran di Pesantren, ia akan dianggap sebagai seorang guru yang berhasil.
Sistem individual ini dalam sistem pendidikan Islam tradisional disebut sistem serogan yang diberikan dalam pengajian kepada murid-murid
yang telah menguasai pembacaan Al-Quran. Metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren ialah sistem
bandongan atau sistem weton. Dalam sistem ini kelompok murid antara 5-
500 mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan dan sering kali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa arab.
Setiap murid memperhatikan sendiri dan membuat catatan-catatan baik arti maupun keterangan tentang kata-kata atu buah pikiran yang sulit. Kelompok
kelas dari sistem bandongan yang disebut halaqoh yang arti bahasanya lingkaran murid, atau kelopok siswa yang belajar di bawah bimbingan seorang
guru. Dalam Pesantren kadang-kadang diberikan juga sistem Sorogan tetapi hanya diberikan kepada santri-santri baru yang masih memerlukan bimbingan
individual
85
. Sistem sorogan dalam pengajian ini merupakan bagian yng paling sulit
dari keseluruhan sistem pendidikan Islam tradisional, sebab sistem ini menuntut kesabaran kerajinan, ketaatan disiplin pribadi dari murid.
Kebanyakan murid-murid pengajian di pedesaan gagal dalam pendidikan ini. Disamping itu banyak diantara mereka yang tidak menyadari bahwa mereka
seharusnya mematangkan diri pada tingkat sorogan ini sebelum dapat
85
Zamakhsyari Dhofier., Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta, LP3S, 1985. Cet-4, h. 28-31
mengikuti pendidikan selanjutnya di pesantren, sebab pada dasarnya hanya murid-murid yang telah menguasai sistem sorogan sajalah yang dapat
memetik keuntungan dari sistem bandongan di Pesantren. Sistem sorogan terbukti sangat efektif sebagai tarap pertama bagi
seorang murid yang bercita- cita seorang alim. Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi menilai dan membimbing secara maksimal
kemampuan seorang murid dalam menguasai bahasa arab. Dalam Sistem Bandongan, Seorang murid tidak harus menunjukan
bahawa ia mengerti pelajaran yang sedang dihadapi. Para Kyai biasanya membaca dan menerjemahkan kalimat-kalimat secara cepat dan tidak
menerjemahkan kata-kata yang mudah. Dengan cara ini, Kyai dapat menyelesaikan kitab-kitab pendek dalam beberapa minggu saja. Sistem
Bandongan, karena dimaksudkan untuk murid-murid tingkat menengah dan
tingkat tinggi, hanya efektif bagi murid-murid yang telah mengikuti sistem sorogan secara intensif.
Kebanyakan pesantren, terutama pesantren-pesantren besar, biasanya menyelenggarakan bermacam-macam halaqah kelas bandongan, yang
mengajarkan mulai dari kitab-kitab elementer sampai ke tingkatan tinggi, yang diselenggarakan setiap hari kecuali hari jum’at, dari pagi-pagi buta sampai
setelah sembahyang subuh, sampai larut malam. Penyelenggaraan bermacam- macam kelas bandongan ini dimungkinkan oleh suatu sistem yang
berkembang di pesantren di mana Kyai sering kali memerintahkan santri- santri senior untuk mengajar dalam halaqah. Santri senior yang melakukan
praktek mengajar ini mendapat title Ustad Guru. Para Asatidz Guru-guru ini dapat di kelompokkan ke dalam kelompok, yaitu yang masih junior ustadz
muda, dan yang sudah senior, yang biasanya sudah menjadi anggota kelas musyawarah. Satu-dua ustadz senior yang sudah matang dengan pengalaman
mengajarkan kitab-kitab besar akan memperoleh gelar “Kyai Muda”. Dalam kelas musyawarah, sistem pengajarannya sangat berbeda dari
sistem sorogan dan bandongan. Para siswa harus mempelajari sendiri kitab- kitab yang ditunjuk. Kyai memimpin kelas musyawarah seperti dalam suatu
seminar dan lebih banyak dalam bentuk Tanya jawab, biasanya hampir seluruhnya di selenggarakan dalam bahasa arab, dan merupakan latihan bagi
para siswa untuk menguji keterampilannya dalam menyadap sumber-sumber argumentasi dalam kitab-kitab Islam klasik. Sebelum menghadap Kyai, para
siswa biasanya menyelenggarakan diskusi terlebih dahulu antara mereka sendiri dan menunjuk salah seorang juru bicara untuk menyampaikan
kesimpulan dari masalah yang disodorkan oleh Kyainya. Baru setelah itu diikuti dengan diskusi bebas. Mereka yang akan mengajukan pendapat diminta
untuk meyebutkan sumber sebagai dasar argumentasi. Mereka yang dinilai oleh Kyai cukup matang untuk menggali sumber-sumber referensi, memiliki
keluasan bahan-bahan bacaan dan mampu menemukan atau menyelesaikan problem-problem terutama menurut sistem jurisprudensi Mazhab Syafi’i akan
diwajibkan menjadi pengajar untuk kitab-kitab tingkat tinggi.
BAB IV
IMPLEMENTASI METODE DAKWAH MAUIDZOH HASANAH DALAM PEMBINAAN AKHLAK SANTRI
AT-TAQWA PUTRA BEKASI
A. Metode dakwah yang diterapkan oleh Pondok Pesantren At-Taqwa Putra
termasuk dalam lima unkapan yaitu : Nasihat, Tabsyir, tandzir, wasiat dan kisah
1. Nasihat anjuran
Memerintah atau menganjurkan yang dibarengi dengan motivasi dan ancaman nasihat juga berarti mengatakan sesuatu yang benar dengan cara
melunakan hati, nasihat harus berkesan dalam jiwa atau mengikat jiwa dengan keimanan dan petunjuk. Allah SWT Berfirman dalam surah QS. An-Nisa :
66
m PaR;d:
] Z
e \ B
9 V
SX Y
PfgL h.N4:
iEj k
F
“ Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pengajaran yang diberikan kepada mereka tentulah hal yang demikian itu lebih baik dari mereka dan
lebih menguatkan iman mereka. QS. An-Nisa : 66
Penerapan dalam Pondok Pesantren Bekasi ialah dengan cara, Kyai menghimbau dari tiap-tiap apa yang dilakukan oleh santrinya yang melenceng
dari agama. Nasihat itu biasa dilakukan di rumah Pak Kyai itu sendiri dengan cara memanggil santri itu untuk datang kerumahnya. Nasihat itu bisa
dilakukan dimana saja dan dimana saja selagi melihat adanya kemunkaran di muka bumi ini. Pentingnya nasihat itu diberikan kepada santri agar bisa
membentuk prilaku yang baik dan tidak melenceng dari agama.
2. TABSYIR Kabar Gembira atau Berita Pahala
Dalam penerapan di Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi adalah didalam kegiatan bulan puasa santri ada istilah akrom aktifitas romadhon
santri diwajibkan hatam Al-Qur’an senanyak 3x dalam sebulan dan di beri penghargaan sertifikat. Dalam keadaan hari-hari biasa santri melaksanakan
puasa senin dan kamis, sholat berjamaah, tahajud, solat tasbih, mengaji kelompok. Dalam satu bulan sekali pengurus pondok pesantren bagian
kesehatan mengadakan kerja bakti massal yaitu tiap-tiap asrama membersihkan, halaman, kamar mandi, wc, tempat tidur, bak sampah dan lain-
lain, setelah itu pengurus bagian kesehatan meriksa, melihat dan menyeleksi asrama mana yang terbersih, kemudian mengumumkan asrama mana yang
menang dalam kompetisi kebersihan dan diberikan tropipiala. Pentingnya diadakan kegiatan diatas yaitu: Menguatkan atau
memperkokoh keimanan, memberikan harapan, menumbuhkan semangat untuk beramal, santri mencintai kebersihan.
3. TANDZIR Ungkapan Peringatan Terhadap Manusia Tentang