1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seperti halnya daerah-daerah lain yang berada di provinsi Banten, maka Daerah Pemekaran atau disebut juga dengan Daerah Otonom Baru DOB Kota
Tangerang Selatan yang sebelumnya termasuk dalam wilayah Kabupaten Tangerang juga sedang berusaha untuk meningkatkan pembangunan daerahnya.
Sejak disahkan Kota Tangerang Selatan sebagai Daerah Otonom Baru DOB pada 29 Oktober 2008, Diresmikan Oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia dan
Akhirnya tanggal 29 Septemper 2008 keluar Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan melalui Sidang Paripurna
DPR-RI dan setelah berdirinya Kota Tangerang Selatan sebagai DOB, maka Kabupaten Tangerang selaku induk dari Kota Tangerang Selatan melimpahkan
semua hasil yang berkaitanbersumber dari Pendapatan Daerah khususnya yang ada wilayah Kota Tangerang Selatan Dipungut oleh Pemerintah daerah setempat
atau Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah DPPKAD guna untuk menata pembangunan wilayah Kota Tangerang tersebut.
Terkait dengan pendapatan asli daerah, seorang pakar dari World Bank berpendapat bahwa batas 20 perolehan PAD merupakan batas minimum untuk
menjalankan otonomi daerah. Sekiranya PAD kurang dari angka 20, maka daerah tersebut akan kehilangan kredibilitasnya sebagai kesatuan yang mandiri
2 Mohammad Riduansyah, 2003. Namun yang memegang peranan penting dan
sangat menentukan agar pembangunan tersebut berjalan dengan lancar yaitu tersedianya dana yang dapat digunakan untuk membelanjai kegiatan-kegiatan
tersebut. Dana tersebut diperoleh dari pemerintah dari berbagai sumber pajak yang digunakan, seperti pajak daerah dan retribusi daerah. Realisasi yang diterima
dalam Pendapatan Asli Daerah PAD oleh Pemerintah Daerah Kota Tengerang Selatan setiap tahunnya digunakan untuk membelanjai usaha-usaha pembangunan
di dalam berbagai bidang, misalnya sarana periklanan, sarana pembangunan, sarana sosial yang dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah itu sendiri. Hal ini
yang tercermin dalam anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Dari APBD akan tersimpul adanya usaha dan harapan suatu daerah untuk melangkah
lebih maju. Jika ditinjau dari segi pengaruhnya maka, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ini sangat penting artinya sebagai salah satu sumber dana pembangunan di
Kota Tangerang Selatan, berhubung sebagian besar Pendapatan Asli Daerah ini di peroleh dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Namun demikian, Akai dan Sakata 2002 pendekatan di atas kurang dapat menghitung derajattingkatan desentralisasi fiskal secara tepat, kecuali apabila
mempertimbangkan dua hal berikut. Pertama, pengeluaran oleh pemerintah propinsi dan kabupatenkota dapat bersumber dari block transfer yang berasal dari
pemerintah pusat. Dengan demikian, porsi pengeluaran oleh pemerintah daerah yang besar tidak serta merta mengindikasikan adanya kemandirian otonomi
daerah. Isu kedua adalah, terkait dengan pelaksanaan otonomi. Kendati porsi
3 pengeluaran atau penerimaan pemerintah daerah terhadap pos penerimaan dan
pengeluaran pemerintah pusat tidak besar, namun suatu daerah dapat dikatakan memiliki kemampuan fiskal secara otonom apabila terdapat sumber PAD yang
cukup besar Salah satu sumber dana berupa pajak yang dimaksud adalah Pajak Derah
dan Retribusi Daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 dan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Pengesahan Undang-undang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah UUPDRD. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dapat dimanfaatkan untuk berbagai fungsi penentuan kebijakan yang terkait
dengan hasil dari penerimaan Pajak Daerah, seperti Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengembalian Bahan Galian Golongan C dan Pajak
Parkir, sedangkan hasil dari penerimaan Retribusi Daerah adalah Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perijinan Tertentu. Meskipun
penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah memberikan kontribusi terhadap penerimaan pajak yang relatif kecil, namun merupakan sumber penerimaan yang
sangat potensial bagi daerah. Sebagai salah satu PAD, maka sumber pendapatan daerah sepenuhnya milik daerah untuk dikelola sebagai sarana utama penunjang
pembangunan daerah. Mengingat pentingnya peran Pajak Daerah dan Retribusi Daerah bagi
kelangsungan dan kelancaran pembangunan, maka perlu penanganan dan pengelolaan yang lebih intensif. Penanganan dan pengelolaan tersebut diharapkan
mampu menuju tertib administrasi serta mampu meningkatkan partisipasi
4 masyarakat dalam pembiayaan pembangunan. Untuk menaikkan penerimaan
pajak perlu dilakukan penyempurnaan aparatur pajak dengan memberlakukan komputerisasi, peningkatan mutu para pegawainya dan penggunaan system
pemungutan pajak yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pada prinsipnya system perpajakan nasional menganut System Self Assesment
dalam system ini wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, membayar dan melaporkan kewajiban perpajakannya sendiri.
Namun mengingat besarnya jumlah obyek pajak dan beragamnya tingkat pendidikan dan pengetahuan wajib pajak, terutama dipedesaan maka belum
sepenuhnya wajib pajak dapat melaksanakan kewajiban untuk mendaftarkan dan melaporkan obyek pajaknya dengan baik. Oleh karena itu untuk memberikan
pelayanan yang lebih baik, dilakukan pendataan terhadap obyek dan subyek pajak, yang wilayah kerjanya meliputi letaklokasi obyek pajak. Pendaftaran
tersebut dilakukan dengan mengisi formulir yang disebut Surat Setoran Pajak Daerah SSPD dan untuk menentukan besarnya jumlah pajak terutang disebut
dengan Surat Ketetapan Pajak Daerah SKPD sedangkan untuk Retribusi Daerah adalah Surat Setoran Retribusi Daerah SSRD dan untuk menentukan besarnya
jumnlah pajak terutang disebut Surat Ketetapan Retribusi Daerah SKRD tersebut disetorkan ke kas daerah atau ke tempat.lain yang ditetapkan oleh Kepala
Daerah pasal 1 Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 sebagaimana telah
5
diubah Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 dan telah diperbaharui kembali dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009.
Puji wibowo 2008 Secara teoritik, PAD merupakan suatu sumbangan nyata yang diberikan oleh masyarakat setempat guna mendukung status otonom
yang diberikan kepada daerahnya. Tanda dukungan dalam bentuk besarnya perolehan PAD penting artinya bagi suatu pemerintah daerah agar memiliki
keleluasaan yang lebih dalam melaksanakan pemerintahan sehari-hari maupun pembangunan yang ada di wilayahnya.
Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama.
Untuk mewujudkan pelaksanaan asas desentralisasi tersebut maka dibentuklah daerah otonom yang terbagi dalam daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah
kota yang bersifat otonom sesuai dengan ketentuan pasal 1 ayat 1 Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999. Menurut pasal 1 huruf 1 dalam Undang-Undang
tersebut dirumuskan bahwa “Daerah Otonom”, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan negara kesatuan Republik
Indonesia Rona Rositawati 2009. Pengertian daerah otonom dimaksud agar daerah yang bersangkutan dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya
sendiri yang tidak bergantung kepada pemerintah pusat, oleh karena itu daerah otonom harus mempunyai kemampuan sendiri untuk mengurus dan mengatur
6 rumah tangganya sendiri melalui sumber-sumber pendapatan yang dimiliki. Hal
ini meliputi semua kekayaan yang dikuasai oleh daerah dengan batas-batas kewenangan yang ada dan selanjutnya digunakan untuk membiayai semua
kebutuhan dalam rangka penyelenggaraan urusan rumah tangganya sendiri. Jadi agar daerah dapat menjalankan kewajibannya dengan sebaik-baiknya perlu ada
sumber pendapatan daerah, sesuai dengan apa yang dikatakan Soedjito yaitu “Semakin besar keuangan daerah, semakin besar pulalah kemampuan daerah
untuk menyelenggarakan usaha-usahanya dalam bidang keamanan, ketertiban umum, sosial, kebudayaan dan kesejahteraan pada umumnya bagi wilayah dan
penduduknya, atau dengan kata lain semakin besarlah kemampuan daerah untuk memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Mohammad Riduansyah 2003, Akai dan Sakata 2002, Puji Wibowo 2008, Rona Rositawati 2009
dan Asmy Asmauri 2006. Adapun yang menjadi perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah:
1. Periode penelitian
Penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2003, 2002, 2008, 2009 dan 2006 sedangkan penelitian ini dilakukan pada tahun 2010
2. Tempat penelitian
Penelitian sebelumnya melakukan riset diberbagai daerah kabupatenkota yang berbeda sedangkan pada pnelitian ini mengambil tempat di Kota
Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang.
7 Berdasarkan penjelasan hal tersebut di atas maka penulis ingin mengetahui
sebenarnya “Analisi Perbandingan Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Sebelum dan
Sesudah Otonomi Daerah Periode Tahun 2006-2010 Pada Kota Tangerang Selatan”.
B. Rumusan Masalah