Faktor-faktor penentu kebijakan struktur modal

merupakan pengertian dari trading on the equity. Perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut sebanyak beban tetap yang yang harus dibayar jika Financial leverage itu merugikan. Salah satu tujuan dalam pemilihan berbagai alternatif metode pembelanjaan adalah untuk memperbesar pendapatan bagi pemilik modal sendiri atau pemegang saham biasa. Kebutuhan dana suatu perusahaan dapat sepenuhnya dipenuhi dengan saham biasa, atau sebagian dengan saham biasa dan sebagian lain dengan saham preferen atau obligasi, dimana dua sumber dana yang terakhir adalah disertai dengan beban tetap dividen saham preferen dan bunga. Perlu diketahui tingkat EBIT Earning Before Interest Tax untuk menentukan “income effect” dari berbagai pembayaran mix atau berbagai alternatif metode pembelanjaan terhadap pendapatan pemegang saham biasa pemilik modal sendiri yang dapat menghasilkan EPS Earning Per Share yang sama besarnya antara berbagai pertimbangan atau alternatif dalam pemenuhan dana tersebut. Tingkat EBIT yang dapat menghasilkan EPS yang sama besarnya pada berbagai perimbangan pembelanjaan dinamakan “Break-event point” dalam financial leverage.

5. Faktor-faktor penentu kebijakan struktur modal

Keputusan struktur modal tercermin dari perubahan keputusan pendanaan , maka penelitian ini menggunakan perubahan leverage untuk mengukur keputusan pendanaan perusahaan. Penelitian ini menggunakan atribut untuk menentukan struktur modal pada industri manufaktur di BEJ berdasarkan hipotesis STO atau POT. Berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing atribut yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: a. Tangibility Salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan sumber dana eksternal adalah adanya aset yang berwujud dalam jumlah yang memadai untuk digunakan sebagai jaminan. Struktur aktiva dapat mempengaruhi sumber-sumber pembiayaan yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap penentuan struktur modal perusahaan. Struktur aktiva yang diukur oleh proporsi aktiva tetap terhadap total aktiva, memiliki hubungan yang positif terhadap struktur modal. Artinya apabila struktur aktiva mengalami peningkatan maka semakin tinggi pula jumlah utang dan semakin tinggi pula struktur modal perusahaan Titman dan Wessels:1988 dalam R. Agus Sartono2001. Banyaknya penggunaan utang hipotik jangka panjang, ketika perusahaan mempunyai aktiva tetap jangka panjang yang tinggi, terutama jika permintaan akan produk mereka cukup meyakinkan misalnya perusahaan umum. Perusahaan yang sebagian aktivanya berupa piutang dan persediaan barang yang nilainya sangat tergantung pada kelanggengan tingkat profitabilitas masing-masing perusahaan, tidak begitu tergantung pada pembiayaan utang jangka panjang dan lebih tergantung pada pembiayaan jangka pendek. Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah yang besar dapat menggunakan utang dalam jumlah yang lebih besar pula. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang mempunyai aktiva tetap yang besar dapat digunakan sebagai jaminan atau collateral utang perusahaan. Dengan demikian antara struktur aktiva dengan struktur modal memiliki hubungan yang positif. Semakin banyak assets tangibility suatu perusahaan berarti semakin banyak collateral assets untuk bisa mendapatkan sumber dana eksternal berupa hutang. Hal ini dikarenakan pihak kreditur akan meminta collateral assets untuk memback-up hutang. Berdasarkan pada teori STO, assets tangibility berpengaruh positif terhadap leverage. Harris and Raviv: 1991 dalam Ari Christianti 2006 menyatakan bahwa perusahaan dengan level fixed assets yang rendah mempunyai lebih banyak masalah asymetric information dibandingkan perusahaan dengan level fixed assets yang tinggi. Ini terjadi karena perusahaan dengan level fixed assets yang tinggi umumnya adalah perusahaan yang besar, yang dapat menerbitkan saham dengan harga yang fair sehingga tidak menggunakan hutang untuk mendanai investasi. Dengan demikian berdasar pada teori POT tangibility assets berpengaruh negatif terhadap leverage. b. Firm Size Firm size mempunyai pengertian bahwa besarnya ukuran perusahaan yang dapat dilihat dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan perusahaan yang berasal dari nilai penjualan. Adapun ukuran perusahaan juga merupakan variabel yang menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan dari besar kecilnya aktiva, jumlah penjualan, rata-rata tingkat penjualan, dan rata-rata total aktiva. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa firm size merupakan ukuran besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan perusahaan, sehingga dapat dilihat dari besarnya jumlah perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan tiga cara, yaitu logaritma natural dari penjualan, logaritma natural dari total asset, dan logaritma natural total asset dikurangi nilai buku ekuitas ditambah nilai pasar ekuitas. Chen dan Jiang : 2001 dalam Putra Krisnanda 2009, menyatakan bahwa perusahaan besar cenderung melakukan diversifikasi usaha lebih banyak daripada perusahaan kecil. Oleh karena itu, kemungkinan kegagalan dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran perusahaan sering dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi perusahaan, dimana perusahaan dengan ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. Hal ini akan mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk memperoleh pinjaman atau dana eksternal. Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan leverage. Kemudahan memperoleh pinjaman dari pihak ketiga disebabkan karena kemampuannya mengakses pihak lain atau jaminan yang dimiliki berupa asset bernilai lebih besar dibanding perusahaan kecil. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan, kecenderungan untuk menggunakan hutang menjadi semakin besar. Pertumbuhan perusahaan berbanding lurus dengan ukuran perusahaan, sehingga semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar pula ukuran perusahaan, sehingga ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal karena perusahaan yang lebih besar akan mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan kecil. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, total penjualan, rata-rata tingkat penjualan, dan rata-rata total aktiva Feri dan Jones : 1998 dalam Kusuma 2006. Ukuran perusahaan juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan struktur modal. Perusahaan besar dapat mengakses pasar modal dan dengan kemudahan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana atau permodalan. c. Growth Pertumbuhan perusahaan sering diartikan sebagai peningkatan yang terjadi di perusahaan. Pada tingkat pertumbuhan ini dicerminkan oleh kenaikan atau peningkatan dalam penjualan perusahaan. Kartadinata 1985 dalam Muhamad Edi Wijaya 2001 mengemukakan bahwa tingkat pertumbuhan adalah peningkatan atau penambahan suatu variabel dalam suatu tahun yang dinyatakan sebagai persentase nilai tahun sebelumnya. Menurut Rusdi lubis 1996 : 30 dalam Susilawati 2005 : 17, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi dan cepat memerlukan tambahan dana yang besar untuk mengantisipasi peningkatan disemua bidang kegiatan, misalnya peningkatan penjualan, kapasitas produksi, skala usaha, dan sebagainya. Keperluan dana yang besar dari sumber internal laba ditahan tidak akan cukup memenuhinya. Oleh karena itu, biasanya didanai dengan sumber dana eksternal berupa utang atau pinjaman. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi cenderung lebih banyak menggunakan utang dibanding dengan perusahaan yang lambat pertumbuhannya Seperti yang diungkapkan oleh Weston dan brigham 1990 dalam Putu Anom yang berpendapat bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat lebih banyak mengandalkan pada sumber eksternal. d. Profitability Dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan, profitabitas menjadi suatu indikator kinerja yang dilakukan oleh manajemen. Secara garis besar, laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Sujoko 2007 : 44 mendefinisikan profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit atau laba selama satu tahun yang dinyatakan dalam rasio laba operasi dengan penjualan dari data laporon laba rugi akhir tahun. Adapun untuk mengetahui profitabilitas yaitu dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal pada perusahaan tersebut. e. Earning Volatility Putu Anom Mahadwarta 2002 menyatakan earning volatility merupakan tingkat volatilitas perubahan yang cepat dari earning, maka dari itu earning volatility sering di kaitkan dengan kondisi ketidakstabilan, atau sering pula diartikan sebagai tingkat resiko bisnis dan kebangkrutan perusahaan yang timbul dari ketidakpastian atas proyeksi pendapatan dimasa yang akan datang jika perusahaan tidak didanai dengan hutang. Menurut Junaidi:2006 dalam Putu Anom Mahadwarta 2002 hubungan antara resiko dan hutang adalah berlawanan arah, yang berarti bahwa perusahaan dengan resiko yang tinggi cenderung memiliki utang yang rendah. Menurut Saidi 2004 resiko bisnis merupakan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menjalanken kegiatan bisnisnya. Resiko bisnis timbul dari adanya kemampuan perusahaan dalam menutup biaya operasionalnya. Dalam buku Gitman “Principle Of Managerial Finance” dibahas dua faktor yang mempengaruhi resiko bisnis yaitu stabilitas pendapatan dan stabilitas biaya. stabilitas pendapatan merupakan variabilitas atau perubahan relatif atas pendapatan penjualan perusahaan, dan pendapatan penjualan yang sangat menentukan resiko bisnis timbul dari volume permintaan serta tangkat harga, artinya volume permintaan yang stabil dan tingkat harga yang stabil akan memberikan efek pendapatan penjualan yang stabil, sehingga berpengaruh pada tingkat resiko bisnis yang akan stabil pula.

6. Hubungan antara faktor-faktor penentu kebijakan struktur modal dengan Leverage