Dalam setiap pembuat keputusan yang berhubungan dengan jumlah persediaan, terdapat biaya-biaya yang harus dipertimbangkan, menurut Freddy
Rangkuti 2009:16 biaya-biaya tersebut antra lain : a.
Biaya penyimpanan holding cost atau carrying cost, yaitu terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan
kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin
banyak atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah :
1
Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan termasuk penerangan, pendingin ruangan, dan sebaginya.
2 Biaya modal opportunity cost of capital, yaitu alternative
pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan. 3
Biaya keusangan. 4
Biaya asuransi persediaan. 5
Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan. b.
Biaya administrasi Biaya-biaya ini meliputi :
1 Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi.
2 Upah.
3 Biaya telepon.
4 Pengeluaran surat menyurat.
5 Biaya pengepakan dan penimbangan.
6 Biaya pemerikasaan penerimaan.
7 Biaya pengiriman ke gudang.
c. Biaya kehabisan dan kekurangan bahan adalah biaya yang timbul
apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya ini terdiri dari :
1
Kehilangan penjualan. 2
Kehilangan pelanggan. 3
Biaya pemesanan khusus. 4
Biaya ekspedisi.
4. Metode Penilaian Dan Pencatatan Persediaan
a. Metode Penilaian Persediaan
Skousen dan Stice 2001:555 berpendapat bahwa metode penilaian
persediaan dibagi menjadi dua bagian yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1 Metode penilaian persediaan berdasarkan biaya
Metode penilaian persediaan ini juga dikenal sebagai metode harga pokok. Metode penilaian persediaan ini mengalokasikan
total biaya persediaan yang tersisa dan yang dijual. Metode ini terdiri dari empat metode paling umum yaitu:
a
Indentifikasi spesifik Metode penilaian persediaan yang memasukan biaya
sebenarnya dari item persediaan yang terjual ke harga pokok barang yang dijual.
b Nilai rata-rata Average
Sebuah metode penilaian persediaan yang memasukan nilai rata-rata yang sama terhadap setiap unit yang terjual dan
terhadap setiap item di dalam persediaan.
c Metode FIFO First In First Out
Sebuah metode penilaian persediaan yang mengasumsikan bahwa unit yang terjual adalah yang pertama dibeli atau
dimanufaktur.
d Metode LIFO Last In First Out
Sebuah metode penilaian persediaan yang mengasumsikan bahwa unit yang terjual adalah unit yang paling akhir dibeli
atau dimanufaktur.
2 Metode penilaian persediaan berdasarkan non-biaya
Metode penialain ini diperlukan karena dalam beberapa kasus, prosedur alokasi biaya ini menghasilkan biaya persediaan yang
melebihi biaya pasar yang sekarang. Metode ini terdiri dari tiga metode, yaitu :
a
Metode biaya terendah atau harga pasar “Lower of Cost or Market LCM”
Metode ini diterima umum untuk menilai persediaan, dimana aktiva dicatat pada nilai terendah antara biaya atau nilai pasar.
b Metode Laba Kotor
Sebuah teknik estimasi yang didasarkan pada hubungan antara laba kotor dan penjualan. Persentase laba kotor digunakan untuk
mengestimasi harga pokok penjualan yang pada akhirnya digunakan untuk mengestimasi nilai dari persediaan yang belum
terjual.
b. Metode Pencatatan Persediaan
Merunut Kieso, Weygand, dan Warfield 2002:446 memaparkan bahwa terdapat dua metode pencatatan persediaan yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1 Sistem Persediaan Periodik Periodic Inventory System
Sistem ini memerlukan perhitungan barang secara fisik pada setiap akhir periode. Dalam metode ini mutasi persediaan barang
tidak diikuti dalam buku-buku, setiap pembelian barang dicatat dalam rekening pembelian. Karena tidak ada catatan mutasi
persediaan barang maka harga pokok penjualan juga tidak dapat diketahui sewaktu-waktu. Harga pokok penjualan ditentukan pada
akhir periode.
2 Sistem Persediaan Perpetual Perpetual Inventory System
Sistem ini memerlukan pencatatan yang terus-menerus atas penerimaan dan pengeluaran untuk tiap-tiap macam persediaan.
Perhitungan kuantitas fisik yang dimiliki biasanya dilakukan paling tidak setahun sekali dan dilakukan rekonsiliasi terhadap
pencatatannya. Hampir semua perusahaan pabrikasi dan perdagangan besar menggunakan sistem perpetual untuk
melakukan pengendalian atau pengawasan yang terus menerus tarhadap kuantitas maupun investasi dalam persediaan.
C. Sistem Komputerisasi dalam Pengolahan Data Akuntansi Persediaan 1. Sistem Komputerisasi dalam Pengolahan Data Pembelian Persediaan
Prosedur pengolahan data pembelian persediaaan menurut Hall 2001:283 mengemukakan urutan prosedur dalam sistem komputerisasi dalam pengolahan data
pembelian persediaan adalah sebagai berikut :
Departemen Pemrosesan Data : Langkah 1 Proses pembelian dimulai dari departemen pemrosesan data dimana
fungsi kontrol persediaan dilakukan. Siklus pendapatan dalam perusahaan retail atau siklus konversi dalam perusahaan
manufaktur pada kenyataannya diawali dengan kegiatan ini. Ketika persediaan dikurangi oleh penjualan ke pelanggan atau digunakan
dalam produksi, sistem menentukan jika item-item yang diperlukan oleh file buku besar persediaan telah sampai pada titik pemesanan
kembali. Jika demikian, pencatatan dilakukan di file permintaan pembelian terbuka menunjukkan item persediaan terpisah yang harus
diisi kembali stoknya. Record tersebut berisi nomor item persediaan, keterangan item, jumlah yang dipesan, harga unit standar dan nomor
pemasok dari pemasok utama. Informasi yang diperlukan untuk membuat record permintaan pembelian dipilih dari record buku besar
pembantu persediaan. Record buku besar pembantu persediaan kemudian ditandai “Dalam Pemesanan” untuk menghindari item
tersebut dipesan kembali sebelum item tersebut dikirim.
Universitas Sumatera Utara
Pada akhir hari, sistem tersebut mensortir file permintaan terbuka menurut nomor pemasok dan mengkonsolidasi item-item majemuk
dari pemasok yang sama ke satu permintaan. Selanjutnya, informasi yang dikirim ke pemasok diambil dari file
pemasok sah untuk memproduksi dokumen permintaan pembelian. Salinan-salinan dokumen ini dikirim ke prosedur manual dalam
departemen pembelian dan utang dagang. Departemen Pembelian
Ketika menerima permintaan pembelian, departemen pembelian
menyiapkan pesanan pembelian. Salinan-salinan tersebut dikirim ke pemasok, departemen utang dagang, penerimaann, pemrosesan data
dan disimpan dalam departemen pembelian sendiri. Sistem dalam gambar menerapkan prosedur manual untuk
mengontrol proses pemesanan.Suatu program komputer mengidentifikasi keperluan persediaan dan meyiapkan permintaan
pembelian tradisional sehingga memungkinkan agen pembelian memverifikasi transaksi pembelian sebelum menempatan pesanan.
Sebagian perusahaan menggunakan teknik ini untuk mengurangi risiko menempatkan pesanan yang tidak perlu dengan pemasok
karena kesalahan komputer. Namun, demikian, intervensi manual seperti itu membuat proses pemesanan tertunda. Jika kontrol
komputer mencukupi untuk menghindari atau mendeteksi kesalahan pembelian, maka prosedur pemesanan yang lebih efisien dapat
diterapkan sebagai alternatif, tahap otorisasi dan pemesanan dalam proses tersebut dapat dikonsolidasikan dan dilakukan oleh sistem
komputer. Dokumen permintaan pembelian dalam sistem ini tidak diperlukan dan tidak diproduksi. Namun demikian, record permintaan
akan tetap ada di disket atau pita magnetis untuk dipakai sebagai jejak audit.
Departemen Pemrosesan Data : Langkah 2 Pesanan pembelian digunakan untuk menciptakan record pesanan
pembelian terbuka dan untuk mentransfer record korespondensinya dalam file permintaan pembelian terbuka ke file permintaan
pembelian tertutup. Departemen Penerimaan
Ketika barang-barang diterima dari pemasok, petugas penerima menyiapkan laporan penerimaan. Salinan dokumen dikirim ke bagian
pembelian, utang dagang dan pemrosesan data. Pemrosesan Data : Langkah 3
Departemen pemrosesan data menjalankan pekerjaan batch Langkah 3 yang meng-update file buku besar pembantu persediaan
dari laporan penerimaan dan memindahkan tanda “Dalam Pemesanan” dari record persediaan. Sistem ini menghitung total
batch dari bukti tanda terima persediaan untuk prosedur update buku besar umum dan kemudian menutup record korespondensi dalam file
pesanan pembelian terbuka ke file pesanan pembelian tertutup.
Universitas Sumatera Utara
Departemen Utang Dagang Ketika petugas administrasi utang dagang menerima faktur pemasok,
ia merekonsiliasikan dengan dokumen pendukung yang sebelumnya ditempatkan dalam file penundaan utang dagang. Petugas itu
kemudian menyiapakan satu voucher, meyimpannya dalam voucher terbuka dan mengirimkan salinan voucher itu ke pemrosesan data.
Departemen Pemrosesan Data : Langkah 4 Suatu program batch memvalidasi record voucher dari file pemasok
sah, menambahnya ke register voucher atau file buku besar pembantu utang dagang terbuka dan menyiapkan total batch untuk
memposkan akun kontrol utang dagang ke dalam buku besar umum.
2. Sistem Komputerisasi dalam Pengolahan Data Penjualan Persediaan