Aspek-aspek Kepercayaan Diri Kepercayaan Diri

26 membentuk rasa percaya diri, sedangkan penolakan dari lingkungan sosial akan membentuk atau menimbulkan perasaan cemas dan tidak percaya diri.

5. Kepercayaan Diri Remaja

Masa remaja merupakan masa yang sulit karena pada masa ini seorang remaja sedang mengalami periode transisi, dimana remaja akan selalu berusaha untuk dapat diterima dengan baik oleh kelompok sosialnya. Oleh karena itu remaja membutuhkan kepercayaan diri di dalam pergaulannya. Karena tanpa kepercayaan diri, remaja akan merasa canggung terutama saat berinteraksi dengan orang lain. Mereka mengupayakan berbagai cara antara lain dengan menggabungkan diri dalam kelompok teman-teman sebaya yang penampilannya sama dengan harapan sesama remaja. Dengan mereka bergabung maka kelemahan dan kekurangan yang mereka miliki tidak lagi menimbulkan perasaan rendah diri Gunarsa, 1987. Dengan segala perubahan fisik yang terjadi pada remaja, membuat remaja sangat memperhatikan penampilan fisik mereka terutama pada remaja putri. Hal ini didukung oleh pendapat Soekanto 1989 yang mengatakan bahwa seorang remaja putri biasanya selalu ingin tampil rapi dan menarik apabila tampil di muka umum. Hal tersebut dapat dilihat dari caranya berpakaian, ber make-up, mengatur rambut, dan lain-lain. 27 Harter dalam Santrock 2003 mengungkapkan bahwa penampilan fisik berkorelasi paling kuat dengan rasa percaya diri pada remaja. Untuk mendapatkan penampilan fisik yang menarik, remaja membutuhkan produk kosmetika untuk menunjang kepercayaan diri mereka. Remaja merupakan konsumen yang potensial untuk produk- produk kosmetika, karena pada masa ini remaja selalu memandang segala hal mengenai dirinya dari segi fisik dan ingin mencapai penampilan fisik yang baik Jersild, 1965. Kepercayaan diri sangat menentukan perilaku penyesuaian diri. Remaja yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi biasanya menjadi populer di lingkungannya, baik di lingkungan keluarga maupun teman-temannya, segala tindakannya tidak tergantung dan tidak terpengaruh oleh orang lain. Mereka dapat menjadi dirinya sendiri dan merasa yakin akan hidupnya sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan baik dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebaliknya remaja yang kurang percaya diri sering merasa dirinya rendah, merasa tidak mampu, dan tergantung orang lain. Mereka juga cenderung mengucilkan diri atau bahkan seolah-olah merasa dikucilkan oleh lingkungannya, menjadi kurang populer di lingkungannya, mengalami kesulitan untuk berperan di dalam lingkungannya, dan pada akhirnya dapat menjadi individu yang mudah mengalami frustasi Hakim, 2002.