4  Adanya future earning hedge, yaitu laba perusahaan pada masa yang akan datang tidak terpengaruh oleh penurunan harga.
Sedangkan kelemahan metode LIFO antara lain: 1  Memperkecil laba;
2  Penyajian persediaan di neraca terlalu rendah; 3  Tidak mencerminkan arus fisik persediaan;
4  Tidak mengukur laba berdasarkan current ratio; 5  Adanya involuntary liqudation; dan
6  Poors buting habits.
2.1.2  Variabilitas Persediaan
Variabilitas persediaan menggambarkan variasi dari nilai persediaan suatu perusahaan.  Istilah  variabilitas  persediaan  ini  telah  digunakan  oleh  beberapa
peneliti terdahulu  yang mencoba meneliti variabel varibilitas persediaan. Apabila suatu  perusahaan  mempunyai  nilai  persediaan  yang  relatif  stabil  maka
pengaruhnya  pada  variasi  laba  akan  kecil,  sedangkan  pada  perusahaan  yang mempunyai  nilai  persediaan  yang  bervariasi  pada  setiap  tahun  maka  laba  yang
dihasilkan juga akan bervariasi. Perusahaan dengan dengan variabilitas persediaan kecil  bisa  memilih  menggunakan  metode  rata-rata,  sedangkan  pada  perusahaan
yang variabilitas persediaannya tinggi akan menggunakan metode FIFO . Variabel ini  telah  digunakan  oleh  beberapa  penelitian  terdahulu,  yaitu  antara  lain  Taqwa
2001, Mukhlasin 2001, dan Amaliyah 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3  Margin Laba Kotor
Laba  atau  keuntungan  merupakan  salah  satu  tujuan  utama  perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Menurut Kasmir, 2008:304, “margin laba kotor
adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui jumlah laba kotor dari periode ke suatu berikutnya”. Semakin besar margin laba kotor pada suatu periode akan
mempengaruhi kebijakan
manajemen untuk
melakukanmempertahankan pengaturan persediaan tahun berikutnya yang dapat menghasilkan laba kotor yang
besar  pula,  sedangkan  jika  kondisi  margin  laba  kotor  kecil,  hal  ini  dapat mempengaruhi  pemilihan  metode  persediaan  yang  dapat  menghasilkan  jumlah
HPP  yang  kecil  sehingga  margin  laba  kotor  menjadi  besar.  Margin  laba  kotor dapat dihitung melalui persamaan sebagai berikut.
2.1.4 Financial Leverage
Menurut  Kasmir  2008:159,  “financial  leverage  menunjukkan kemampuan perusahaan membayar hutang jangka panjang dengan kekayaan yang
dimilikinya”.  Tujuannya  adalah  untuk  memperoleh  berapa  bagian  dari  setiap modal  sendiri  yang  dijadikan  jaminan  hutang  jangka  panajng  dengan  cara
membandingkan  antara  hutang  jangka  panjang  dengan  modal  sendiri  yang disediakan  oleh  perusahaan.  Apabila  perusahaan  mempunyai  tingkat  financial
leverage  yang tinggi maka perusahaan akan berusaha memilih metode  yang bisa menaikkan laba yaitu metode FIFO. Perusahaan dengan financial leverage tinggi
Universitas Sumatera Utara
berarti  perusahaan  tersebut  mempunyai  hutang  yang  besar  sehingga  resiko  dan biaya atas perusahaan juga tinggi, sedangkan perusahaan dengan tingkat financial
leverage rendah maka resikonya dan biaya atas hutangnya juga kecil. Sebenarnya  rasio  ini  mirip  dengan  rasio  utang  yang  memperhitungkan
total hutang dengan total equity, sedangkan financial leverage pada penelitian ini diukur  hanya  dengan  cara  membagi  hutang  jangka  panjang  dengan  equity  milik
sendiri.  Total  dari  nilai  financial  leverage  selama  tahun  pengamatan  dibagi dengan jumlah tahun pengamatan. Pengukuran ini sesuai dengan penelitian Taqwa
2001.
2.1.5  Rasio Lancar