Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEMILIHAN METODE AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

Disusun Oleh:

ARI BURJU 090503067

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, April 2014 Yang Membuat Pernyataan,

Ari Burju


(3)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEMILIHAN METODE AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi metode penilaian persediaan yang merupakan variabel independen adalah variabilitas persediaan, margin laba kotor, financial leverage dan rasio lancar, sedangkan variabel dependennya adalah metode penilaian persediaan, yaitu metode rata-rata dan FIFO.

Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria purposive sampling pada penelitian ini. Sampel akhir terdiri atas 39 perusahaan selama 3 tahun periode penelitian. Alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi logistik.

Hasil penelitian melalui uji hipotesis dengan regresi logistik menunjukkan bahwa secara parsial, setiap variabel independen yang diteliti yaitu variabilitas persediaan, margin laba kotor, financial leverage dan rasio lancar tidak berpengaruh signifikan terhadap metode akuntansi persediaan. Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa variabilitas persediaan, margin laba kotor, financial leverage dan rasio lancar berpengaruh signifikan terhadap metode akuntansi persediaan.

Kata Kunci : Metode penilaian persediaan, variabilitas persediaan, margin laba kotor, financial leverage, rasio lancar.


(4)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF FACTORS THAT INFLUENCE THE CHOICE OF INVENTORY VALUATION METHOD ON

MANUFACTURINGCOMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

The objective of this research is to analyze factors that influence the choice of inventory valuation method. The factors that influence the choice of inventory valuation method, which are the independent variables, are variability of inventory, gross profit margin, financial leverage and current ratio. While the dependent variables is inventory valuation method, average method and FIFO method.

The samples of this research are those industries which satisfied criteria of purposive sampling. The final sample consists of 39 companies during 3 years of observation period. The model employed to test the hypothesis is logistic regression analysis.

The results of research by testing the hypothesis with logistic regression showed that partially, any independent variable studied namely variability of inventory, gross profit margin, financial leverage and current ratio doesn’t have significant effect on inventory valuation method. Meanwhile, simultaneously testing indicate that the variability of inventory, gross profit margin, financial leverage and current ratio have a significant effect on inventory valuation method. Keywords : Inventory valuation method, variability of inventory, gross profit


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena hanya atas berkat dan penyertaan-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH

TERHADAP PEMILIHAN METODE AKUNTASI PERSEDIAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA” tepat waktu sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, dorongan semangat, saran, doa dan bantuan moril maupun materiil dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terkhusus kepada motivator saya yaitu kedua orangtua yang tercinta yang selalu membawakan saya kedalam doa serta telah banyak memberikan semangat, dukungan baik berupa moril dan materiil dan juga buat semua pengorbanan yang diberikan untuk saya. Selain itu saya juga mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., CPA. selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(6)

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Sri Mulyani, M.B.A., Ak. selaku Dosen Pembimbing. Terimakasih atas arahan dan bimbingan yang telah Ibu berikan selama proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Syahrul Rambe, Ak., M.M. selaku Dosen Pembaca Penilai. Terimakasih atas masukan dan saran yang telah Bapak berikan untuk penyempurnaan skripsi ini.

6. Kepada teman-teman seperjuangan yaitu mahasiswa S-1 Akuntansi FE-USU stambuk 2009 atas motivasi, kebersamaan dan kerjasamanya selama ini.

Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan yang telah kalian berikan.

Akhir kata, saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Saya juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Tuhan memberkati kita semua.

Medan, April 2014 Penulis,

Ari Burju


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 7

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Persediaan... 10

2.1.2 Variabilitas Persediaan ... 15

2.1.3 Margin Laba Kotor ... 15

2.1.4 Financial Leverage ... 16

2.1.5 Rasio Lancar ... 17

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 18

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1 Kerangka Konseptual ... 22

2.3.2 Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

3.3 Populasi dan Sampel ... 27

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 29

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.6 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30

3.7 Metode Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Singkat Obyek Penelitian ... 36

4.2 Analisis dan Hasil Penelitian 4.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 37

4.2.2 Menguji Keseluruhan Model ... 39

4.2.3 Menilai Kelayakan Model ... 42

4.2.4 Koefisien Determinasi ... 43

4.2.5 Pengujian Hipotesis (Regresi Logistik)... 44

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 4.3.1 Variabilitas Persediaan ... 46


(8)

4.3.2 Margin Laba Kotor ... 46

4.3.3 Financial Leverage ... 47

4.3.4 Rasio Lancar ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 53

5.2 Keterbatasan ... 54

5.3 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu... 19

3.1 Jadwal Penelitian... 27

3.2 Daftar Perusahaan Manufaktur yang Menjadi Sampel 28 3.3 Definisi Operasional & Pengukuran Variabel... 31

4.1 Persentase Jumlah Pemakaian Metode Persediaan ... 36

4.2 Descriptive Statistics... 37

4.3 Uji Normalitas…... 38

4.4 Uji Multikolineritas... 38

4.5 Uji Autokorelasi... 39

4.6 Gambaran Jumlah Kasus Penelitian... 40

4.7 Variabel Dependen………... 41

4.8 Nilai -2LogL untuk Model yang Hanya Memasukkan Konstanta... 41

4.9 Nilai -2LogL untuk Model dengan Konstanta dan Variabel Bebas... 42

4.10 Koefisen Determinasi... 43

4.11 Nilai Statistics Hosmer and Lemeshow’s Goodness Of Fit Test... 44


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual... 22


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Perusahaan Manufaktur yang Menjadi

Populasi... 55

Lampiran 2 Data Penelitian Sebelum Diolah Tahun 2009-2011... 62

Lampiran 3 Hasil Uji Multikolineritas... 65

Lampiran 4 Hasil Uji Autokorelasi... 68


(12)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEMILIHAN METODE AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi metode penilaian persediaan yang merupakan variabel independen adalah variabilitas persediaan, margin laba kotor, financial leverage dan rasio lancar, sedangkan variabel dependennya adalah metode penilaian persediaan, yaitu metode rata-rata dan FIFO.

Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria purposive sampling pada penelitian ini. Sampel akhir terdiri atas 39 perusahaan selama 3 tahun periode penelitian. Alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi logistik.

Hasil penelitian melalui uji hipotesis dengan regresi logistik menunjukkan bahwa secara parsial, setiap variabel independen yang diteliti yaitu variabilitas persediaan, margin laba kotor, financial leverage dan rasio lancar tidak berpengaruh signifikan terhadap metode akuntansi persediaan. Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa variabilitas persediaan, margin laba kotor, financial leverage dan rasio lancar berpengaruh signifikan terhadap metode akuntansi persediaan.

Kata Kunci : Metode penilaian persediaan, variabilitas persediaan, margin laba kotor, financial leverage, rasio lancar.


(13)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF FACTORS THAT INFLUENCE THE CHOICE OF INVENTORY VALUATION METHOD ON

MANUFACTURINGCOMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

The objective of this research is to analyze factors that influence the choice of inventory valuation method. The factors that influence the choice of inventory valuation method, which are the independent variables, are variability of inventory, gross profit margin, financial leverage and current ratio. While the dependent variables is inventory valuation method, average method and FIFO method.

The samples of this research are those industries which satisfied criteria of purposive sampling. The final sample consists of 39 companies during 3 years of observation period. The model employed to test the hypothesis is logistic regression analysis.

The results of research by testing the hypothesis with logistic regression showed that partially, any independent variable studied namely variability of inventory, gross profit margin, financial leverage and current ratio doesn’t have significant effect on inventory valuation method. Meanwhile, simultaneously testing indicate that the variability of inventory, gross profit margin, financial leverage and current ratio have a significant effect on inventory valuation method. Keywords : Inventory valuation method, variability of inventory, gross profit


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Persaingan dunia usaha di Indonesia sekarang ini telah mengalami kemajuan yang cukup pesat. Banyak perusahaan-perusahaan baru yang didirikan sehingga menyebabkan persaingan yang semakin ketat. Perusahaan-perusahaan yang bergerak baik di bidang jasa, manufaktur, maupun dagang saling bersaing untuk dapat bertahan dan menjadi yang terbaik. Untuk mencapai tujuan itu, setiap perusahaan berlomba-lomba berusaha memperbaiki kekurangan maupun kelemahan yang dimilikinya agar mampu bersaing dengan perusahaan lain.

Mencari laba adalah tujuan utama perusahaan didirikan serta syarat agar perusahaan mampu bertahan dalam menjalankan usahanya. Selain itu, setiap perusahaan pasti menginginkan agar perusahaannya berkembang. Keinginan itu dapat dicapai jika didukung oleh kemampuan manajemen yang handal baik dalam hal produksi, pemasaran maupun investasi. Produksi, pemasaran dan investasi merupakan kegiatan yang saling terikat dan tidak dapat dipisahkan. Ketika pada tahap produksi terdapat hambatan atau kendala, maka akan terhambat pula kegiatan pemasaran dan investasi.

Hambatan atau kendala dalam kegiatan produksi dapat terjadi karena beberapa hal, salah satunya adalah karena persediaan. Ketika terjadi kendala dalam persediaan misalnya keterlambatan persediaan, maka proses produksi secara otomatis juga akan terhambat yang nantinya akan berdampak pula dalam hal kemampuan memperoleh laba. Persediaan (Inventory), merupakan aktiva


(15)

perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan industri (manufaktur), apalagi perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi, hampir 50% dana perusahaan akan tertanam dalam persediaan yaitu untuk membeli bahan-bahan bangunan.

Persediaan adalah sejumlah barang atau bahan yang dimiliki oleh perusahaan yang tujuannya untuk dijual atau diolah kembali. Persediaan dalam perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang memiliki definisi yang berbeda. Persediaan bagi perusahaan dagang adalah barang dagangan yang disimpan untuk dijual dalam operasi normal perusahaan tanpa mengubah bentuk dan kualitas barang, atau dapat dikatakan tidak ada proses produksi sejak barang dibeli sampai dijual kembali oleh perusahaan. Sedangkan bagi perusahaan manufaktur, persediaan adalah bahan yang terdapat dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu.

Melihat dari definisi yang telah diutarakan serta fungsi persediaan bagi perusahaan, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan memiliki peran yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Persediaan memiliki andil yang besar dalam menjaga stabilitas operasional perusahaan. Begitu pentingnya peran persediaan, maka diperlukan suatu pemilihan metode akuntansi persediaan yang tepat bagi suatu perusahaan. Salah satu arti penting pemilihan metode akuntansi persediaan yaitu untuk proses pengendalian persediaan. Tidak semua perusahaan memiliki kebijakan yang sama dalam memilih metode akuntansi persediaan karena metode akuntansi persediaan yang digunakan juga harus memperhatikan jenis kegiatan operasional perusahaan.


(16)

beberapa implikasi, antara lain mempengaruhi laporan keuangan baik neraca maupun laba/rugi. Contohnya, kesalahan dalam perhitungan fisik perusahaan akan mengakibatkan kekeliruan persediaan akhir, aktiva lancar dan total aktiva dalam neraca. Disamping itu, kesalahan dalam perhitungan fisik perusahaan akan menimbulkan kekeliruan harga pokok penjualan (CGS), laba kotor, dan net income pada laporan laba rugi. Implikasi pemilihan metode akuntansi persediaan yang lain yaitu dapat mempengaruhi manajemen serta pihak pihak lain yang berkepentingan dalam mengambil keputusan. Maka pemilihan metode akuntansi persediaan yang tepat sangat diperlukan dalam suatu perusahaan.

Berdasarkan PSAK 14 (1994), pemilihan metode akuntansi yang diakui di Indonesia ada tiga. Metode akuntansi tersebut yaitu metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau yang sering disebut dengan First In First Out (FIFO), Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP) atau yang sering disebut dengan Last In First Out (LIFO), dan metode rata-rata atau weighted average. Akan tetapi sekarang ini terdapat revisi yang membedakan metode akuntansi persediaan atau dengan kata lain telah dilakukannya revisi PSAK 14 (revisi 2008). Jika sebelum revisi terdapat 3 metode akuntansi persediaan yang diakui, maka setelah adanya revisi, metode akuntansi yang diakui hanya FIFO dan weighted average. Dengan kata lain, metode LIFO sudah tidak diakui di PSAK 14 (revisi 2008). PSAK 14 (revisi 2008) berbanding lurus dengan peraturan perpajakan di Indonesia. Dapat dikatakan demikian karena kesamaan pengakuan metode akuntansi persediaan yang boleh dipergunakan.

PSAK 14 (revisi 2008) dan peraturan perpajakan di Indonesia sama-sama hanya mengakui FIFO dan weighted average saja sebagai metode akuntansi


(17)

persediaan. Hal ini tercermin dalam Undang-Undang No.36 tahun 2008 dimana metode akuntansi persediaan yang diakui hanya FIFO dan weighted average.

Dalam pemilihan metode akuntansi persediaan, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan metode tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi hal itu antara lain variabilitas persediaan, rasio lancar, margin laba kotor dan financialleverage (Abdullah dan Djalil (2004)). Variabilitas persediaan merupakan variasi dari nilai persediaan akhir dalam sebuah perusahaan dimana nilai persediaanakhir tersebut tidak sama dan variatif. Variasi tersebut menggambarkan operasional perusahaan (Lee dan Hseih dalam Sisca Logianto, 2004). Rasio lancar merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Warren, 2006). Margin laba kotor merupakan ukuran paling tepat dalam melihat profitabilitas (Harrison&horngren,1998). Financial leverage menggambarkan hubungan antara hutang terhadap modal maupun aset. Variabilitas harga pokok penjualan merupakan beban terbesar dan pengendalian persediaan yang cermat perlu dilaksanakan untuk memperbesar laba operasi (Fred&Smith,1994).

Beberapa penelitian yang terkait dengan persediaan telah dilakukan sebelumnya. Beberapa peneliti tersebut yaitu Taqwa (2001) menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan metode persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini menghasilkan bahwa ukuran perusahaan dan varibilitas persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pemilihan metode persediaan. Struktur kepemilikan, financial leverage, dan rasio lancar tidak berpengaruh secara signifikan pada pemilihan metode persediaan.


(18)

Penelitian yang dilakukan oleh Mukhlasin (2001), menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan pengaruhnya terhadap earning price ratio. Penelitian ini menghasilkan ukuran perusahaan, intensitas modal, intensitas persediaan, dan variabilitas harga pokok penjualan berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode persediaan, sedangkan variabilitas persediaan dan variabilitas laba akuntansi tidak berpengaruh secara siginifikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Amaliyah (2009), penelitian ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menghasilkan bahwa struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode persediaan, sedangkan financial leverage, variabilitas persediaan dan rasio lancar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode persediaan.

Dari penelitian terdahulu, terdapat berbagai hasil yang berbeda-beda antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lain. Beberapa variabel yang telah diteliti oleh peneliti sebelumnya menghasilkan bahwa ada beberapa variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Atas dasar itulah penelitian ini dilakukan, yaitu untuk menguji kembali beberapa variabel yang tidak signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.

Variabel yang tidak signifikan yang diteliti untuk penelitian ini adalah variabilitas persediaan yang diambil dari penelitian Mukhlasin (2001), financial leverage yang diambil dari penelitian Taqwa (2001) dan Amaliyah (2009), margin laba kotor yang diambil dari penelitian Kasini (2011), dan rasio lancar yang


(19)

diambil dari penelitian Taqwa (2001). Adapun perubahan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tahun penelitian menjadi tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.

Objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Seperti yang sudah dijelaskan, persediaan memiliki peran penting dalam operasional sebuah perusahaan. Maka tidak heran jika banyak penelitian yang dilakukan mengenai persediaan. Pemilihan metode akuntansi persediaan menjadi salah satu pusat perhatian dalam berbagai penelitian karena pemilihan metode akuntansi persediaan nantinya akan mempengaruhi neraca dan laporan laba/rugi.

Berdasarkan berbagai hal yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian mengenai persediaan pada perusahaan dagang, dengan judul: “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah variabilitas persediaan mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan?

2. Apakah financialleverage mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan?


(20)

3. Apakah margin laba kotor mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan?

4. Apakah rasio lancar mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan?

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diutarakan, maka dapat diketahui bahwa tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk melihat apakah variabilitas persediaan secara simultan dan parsial mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan pada perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk melihat apakah financial leverage secara simultan dan parsial mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan pada perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk melihat apakah margin laba kotor secara simultan dan parsial mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan pada perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4. Untuk melihat apakah rasio lancar secara simultan dan parsial mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan pada


(21)

perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan antara lain sebagai berikut:

1) Bagi penulis, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah ilmu pengetahuan dan dalam pengaplikasian teori yang telah diperoleh ke dalam dunia kerja nantinya.

2) Bagi perusahaan, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan untuk meningkatkan laba sehingga menjadi optimal.

3) Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi serta wawasan.

4) Bagi akademik, penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk proses pengembangan ilmu pengetahuan akuntansi khususnya yang berkaitan dengan persediaan. Hasil penetian ini juga dapat dijadikan sebagai kontribusi dalam pengembangan teori dan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

Berbagai teori yang berhubungan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam penjelasan di bawah ini:

2.1.1 Persediaan 1.1 Pengertian persediaan

Persediaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan pada perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur. Namun pada penelitian ini persediaan yang hanya ditujukan pada perusahaan manufaktur.

Persediaan adalah nama yang diberikan untuk barang-barang baik yang dibuat atau dibeli kembali dalam bisnis normal. Menurut Skousen, dkk (2004:656) dalam perusahaan manufaktur persediaan terdiri dari persediaan bahan mentah, persediaan dalam proses dan persediaan dalam bentuk barang jadi.

1.2 Metode penilaian persediaan

Nilai persediaan berasal dari jumlah unit persediaan dikali dengan harga persediaan per-unit. Untuk menentukan jumlah unit dapat menggunakan baik metode perpetual maupun metode periodik. Menurut Skousen,dkk. (2004:656) : “Sistem dalam penilaian persediaan yang digunakan terdiri dari 2 metode, yaitu sistem persediaan periodik (periodic inventory) dan sistem persediaan perpetual (perpetual inventory)”.


(23)

1.2.1 Metode Periodik

Penggunaan metode periodik mengharuskan adanya penghitungan barang yang masih ada pada tanggal penyusunan laporan keuangan. Perhitungan persediaan ini diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah barang yang masih ada dan kemudian diperhitungkan harga pokoknya. Menurut Skousen, dkk (2001: 365-367) “Dengan sistem periodik, catatan persediaan diperbarui pada saat penjualan dilakukan, hanya nilai harga yang tercantum pada persediaan yang dijual saja yang dicatat. Sistem periodik sering kali digunakan ketika persediaan terdiri dari jumlah persediaan yang beraneka ragam dan memiliki nilai yang relatif kecil”.

1.2.2 Metode Perpetual

Pada metode perpetual dibentuk suatu rekening untuk masing-masing jenis persediaan yang merupakan buku pembantu persediaan. Rekening yang digunakan untuk mencatat persediaan terdiri dari beberapa kolom yang digunakan untuk mencatat pembelian, penjualan dan saldo persediaan. Setiap perubahan dalam persediaan akan diikuti dengan pencatatan dalam rekening persediaan sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat dapat diketahui dengan melihat kolom saldo dalam rekening persediaan.

Menurut Skousen dkk (2004:656), dengan sistem perpetual, penjual mengetahui jumlah dari barang yang terjual dan jumlah yang seharusnya masih ada dalam persediaan. Dengan system perpetual, perhitungan fisik persediaan secara periodic berguna untuk mengetahui jumlah persediaan yang “menyusut” atau “lenyap” yaitu persediaan yang hilang, dicuri, atau rusak.


(24)

1.3 Metode persediaan

Metode untuk menilai persediaan dapat dilakukan dengan empat cara yaitu identifikasi khusus, Rata-rata, FIFO, dan LIFO.

1.3.1 Metode identifikasi khusus

Metode identifikasi khusus mensyaratkan bahwa setiap barang yang disimpan harus ditandai secara khusus sehingga biaya per unit nya dapat diidentifikasi setiap waktu. Jika barang yang terlibat jumlahnya besar. Metode ini memungkinkan diperlukannya identifikasi biaya per unit khusus untuk setiap barang yang terjual pada tanggal penjualan dan tiap barang yang tetap ada di persediaan.

Harga pokok penjualan dapat dialokasikan kepada barang-barang yang masih ada dalam perusahaan pada akhir periode sesuai dengan harga pokok sebenarnya dari unit-unit barang secara khusus.

1.3.2 Metode rata-rata

Dalam metode ini barang-barang yang dipakai atau dijual akan dibebani harga pokok rata-rata. Perhitungan harga pokok rata-rata dilakukan dengan cara membagi jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya. Cara ini mengurangi dampak dari fluktuasi harga. Menurut Warren (2005: 462-466), pada sistem periodik, metode ini disebut metode rata-rata tertimbang (weighted average method) dan pada sistem perpetual dikenal dengan nama metode rata-rata bergerak (moving average method)”.

Keterbatasan dalam metode rata-rata adalah nilai persediaan secara terus menerus mengandung pengaruh dari kos paling awal dan nilai-nilai tersebut bisa


(25)

mempunyai lag yang signifikan di belakang current price dalam periode yang mengalami perubahan harga yang cepat, naik atau turun.

1.3.3 Metode FIFO (First in First out)

Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang-barang yang digunakan sesuai dengan urutan pembeliannya. Metode ini mengasumsikan bahwa barang pertama dibeli adalah barang yang pertama digunakan atau dijual (Skousen, 2004). Keunggulan FIFO adalah mendekatkan persediaan akhir dengan biaya berjalan. Karena barang/ persediaan pertama yang dibeli adalah persediaan yang akan pertama digunakan dalam memproses persediaan, maka nilai persediaan akhir akan terdiri dari persediaan akhir, terutama jika laju perputaran persediaan cepat. Kelemahan dari FIFO adalah bahwa biaya berjalan tidak ditandingkan dengan pendapatan berjalan pada laporan laba rugi.

1.3.4 Metode LIFO (Last in First out)

Metode LIFO menandingkan biaya dari barang-barang yang paling akhir dibeli terhadap pendapatan. Persediaan akhir akan ditentukan dengan menggunakan unit total sebagai dasar perhitungan dengan mengabaikan 3) Metode FIFO ( First in first out) 4) Metode LIFO ( Last In First Out) 25 tanggal-tanggal pembelian yang terlibat. Perusahaan akan memilih metode yang bisa memberikan keuntungan, berupa pembayaran pajak yang relatif lebih kecil (Skousen, 2004).

LIFO memiliki kelebihan sebagai berikut: 1) Adanya keuntungan pajak;

2) Pengukuran laba yang lebih baik; 3) Memperbaiki aliran kas; dan


(26)

4) Adanya future earning hedge, yaitu laba perusahaan pada masa yang akan datang tidak terpengaruh oleh penurunan harga. Sedangkan kelemahan metode LIFO antara lain:

1) Memperkecil laba;

2) Penyajian persediaan di neraca terlalu rendah; 3) Tidak mencerminkan arus fisik persediaan; 4) Tidak mengukur laba berdasarkan current ratio; 5) Adanya involuntary liqudation; dan

6) Poors buting habits.

2.1.2 Variabilitas Persediaan

Variabilitas persediaan menggambarkan variasi dari nilai persediaan suatu perusahaan. Istilah variabilitas persediaan ini telah digunakan oleh beberapa peneliti terdahulu yang mencoba meneliti variabel varibilitas persediaan. Apabila suatu perusahaan mempunyai nilai persediaan yang relatif stabil maka pengaruhnya pada variasi laba akan kecil, sedangkan pada perusahaan yang mempunyai nilai persediaan yang bervariasi pada setiap tahun maka laba yang dihasilkan juga akan bervariasi. Perusahaan dengan dengan variabilitas persediaan kecil bisa memilih menggunakan metode rata-rata, sedangkan pada perusahaan yang variabilitas persediaannya tinggi akan menggunakan metode FIFO . Variabel ini telah digunakan oleh beberapa penelitian terdahulu, yaitu antara lain Taqwa (2001), Mukhlasin (2001), dan Amaliyah (2009).


(27)

2.1.3 Margin Laba Kotor

Laba atau keuntungan merupakan salah satu tujuan utama perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Menurut Kasmir, (2008:304), “margin laba kotor adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui jumlah laba kotor dari periode ke suatu berikutnya”. Semakin besar margin laba kotor pada suatu periode akan mempengaruhi kebijakan manajemen untuk melakukan/mempertahankan pengaturan persediaan tahun berikutnya yang dapat menghasilkan laba kotor yang besar pula, sedangkan jika kondisi margin laba kotor kecil, hal ini dapat mempengaruhi pemilihan metode persediaan yang dapat menghasilkan jumlah HPP yang kecil sehingga margin laba kotor menjadi besar. Margin laba kotor dapat dihitung melalui persamaan sebagai berikut.

2.1.4 Financial Leverage

Menurut Kasmir (2008:159), “financial leverage menunjukkan kemampuan perusahaan membayar hutang jangka panjang dengan kekayaan yang dimilikinya”. Tujuannya adalah untuk memperoleh berapa bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka panajng dengan cara membandingkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Apabila perusahaan mempunyai tingkat financial leverage yang tinggi maka perusahaan akan berusaha memilih metode yang bisa menaikkan laba yaitu metode FIFO. Perusahaan dengan financial leverage tinggi


(28)

berarti perusahaan tersebut mempunyai hutang yang besar sehingga resiko dan biaya atas perusahaan juga tinggi, sedangkan perusahaan dengan tingkat financial leverage rendah maka resikonya dan biaya atas hutangnya juga kecil.

Sebenarnya rasio ini mirip dengan rasio utang yang memperhitungkan total hutang dengan total equity, sedangkan financial leverage pada penelitian ini diukur hanya dengan cara membagi hutang jangka panjang dengan equity milik sendiri. Total dari nilai financial leverage selama tahun pengamatan dibagi dengan jumlah tahun pengamatan. Pengukuran ini sesuai dengan penelitian Taqwa (2001).

2.1.5 Rasio Lancar

Rasio lancar dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan. Semakin tinggi rasio lancarnya, maka kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya juga akan semakin besar. Para kreditor yang akan meminjamkan dananya pasti melihat dari laba dan rasio lancar. Semakin besar laba dan rasio lancarnya, maka kreditor akan semakin yakin bahwa perusahaan mampu membayar kewajibannya. Oleh karena itu, ketika rasio lancarnya rendah, perusahaan akan memilih metode FIFO untuk menaikkan rasio lancarnya dan menaikkan labanya sehingga akan berdampak pada kepercayaan kreditor kepada perusahaan. Rasio lancar dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :


(29)

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Taqwa (2001) menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan metode persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada bursa efek Jakarta. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, dengan jumlah populasi 147 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ selama periode 1997-2000. Peneliti menggunakan alat uji regresi logistic. Penelitian ini menghasilkan bahwa ukuran perusahaan dan variabilitas persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pemilihan metode persediaan, struktur kepemilikan, financial leverage, dan rasio lancar tidak berpengaruh secara signifikan pada pemilihan metode persediaan.

Mukhlasin (2001), menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Jakarta dan pengaruhnya terhadap earning price ratio. Data yang digunakan merupakan data sekunder, dengan jumlah populasi 133 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ selama tahun 1995-1999. Peneliti menggunakan alat uji regresi logistic. Penelitian ini menghasilkan ukuran perusahaan, intensitas modal, intensitas persediaan, dan variabilitas harga pokok penjualan berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode persediaan, sedangkan variabilitas persediaan dan variabilitas laba akuntansi tidak berpengaruh secara siginifikan.

Metallia (2007), penelitian ini menguji pengaruh struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan rasio perputaran persediaan terhadap pemilihan metode persediaan pada perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di bursa efek


(30)

Jakarta. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan jumlah populasi 155 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ selama tahun 2000-2004. Peneliti menggunakan analisis regresi logistic untuk uji hipotesisnya. Penelitian ini menghasilkan struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan rasio perputaran persediaan berpengaruh secara siginifikan terhadap pemilihan metode persediaan baik secara parsial maupun simultan.

Kasini(2011), penelitian ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Data yang digunakan adalah data sekunder, dengan jumlah populasi 171 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Peneliti menggunakan regresi logistic sebagai alat uji hipotesisnya. Penelitian ini menghasilkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap pemilihan metode persediaan, sedangkan financial leverage, variabilitas persediaan, dan margin laba kotor secara parsial tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode persediaan namun berpengaruh secara simultan terhadap pemilihan metode persediaan.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti

Judul Variabel yang digunakan Hasil penelitian Salma Taqwa (2001) Factor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan pada perusahaan manufaktur di BEJ

 Dependen:  Pemilihan metode

akuntansi persediaan Independen:

1. Ukuran perusahaan 2. Struktur kepemilikan

3. financial leverage

Ukuran perusahaan dan variablitas persediaan berpengaruh secara signifikan pada pemilihan metode persediaan. Struktur kepemilikan,


(31)

5. rasio lancar financial leverage, dan rasio lancar tidak berpengaruh secara signifikan pada pemilihan metode persediaan. Mukhlasin (2001) Analisis Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan dan Dampaknya terhadap Earning Price Ratio Dependen:

Earning Price Ratio Independen: Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan Kontrol:

1. Variabilitas persediaan 2. Variabilitas laba

Akuntansi 3. Ukuran Perusahaan 4. Intensitas modal 5. Intensitas persediaan 6. variabilitas harga pokok penjualan.

Ukuran perusahaan, intensitas modal, intensitas persediaan, dan variabilitas harga pokok penjualan berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode persediaan. Variabilitas persediaan dan variabilitas laba akuntansi tidak berpengaruh secara siginifikan. Sri Rezeki Metallia (2007) Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Rasio Perputaran Persediaan terhadap Pemilihan Metode Persediaan pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa

Efek Jakarta

Dependen: Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan Independen:

1. Stuktur kepemilikan 2. Ukuran perusahaan 3. Rasio perputaran persediaan

Struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan rasio perputaran persediaan berpengaruh secara siginifikan terhadap pemilihan metode persediaan baik secara parsial maupun simultan. Kasini (2011) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2007-2009

Dependen: Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan Independen:

1. Ukuran perusahaan 2. Financial leverage 3. Variabilitas persediaan 4. Margin laba kotor.

Ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap pemilihan metode persediaan, financial leverage, variabilitas persediaan, dan margin laba kotor secara parsial tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode persediaan namun berpengaruh secara simultan terhadap pemilihan metode persediaan.


(32)

2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1 Kerangka Konseptual

Variabel independen dalam penelitian ini adalah variabilitas persediaan, margin laba kotor, financial leverage, dan rasio lancar. Sedangkan variabel dependennya adalah metode persediaan.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.3.1.1 Hubungan Variabilitas Persediaan dengan Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan

Variabilitas persediaan merupakan nilai persediaan. Semakin kecil variasi nilai persediaan maka variasi terhadap labanya juga akan kecil. Variabilitas persediaan dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan karena pemilihan metode persediaan yang berbeda akan menghasilkan nilai persediaan yang berbeda. Ketika terjadi inflasi, penggunaan metode FIFO akan menghasilkan variasi persediaan yang tinggi yang akan berdampak pada naiknya laba. Sebaliknya, penggunaan metode rata-rata ketika terjadi inflasi tidak terlalu menyebabkan variasi persediaan yang terlalu tinggi sehingga labanya juga akan lebih rendah daripada

Variabilitas persediaan (�

� �

0+ �cos��� + ∞

Margin laba kotor (� )

Financial leverage (� )

Rasio lancar (� )

Pemilihan

Metode

Akuntansi

Persediaan


(33)

menggunakan metode FIFO. Atas dasar variasi nilai persediaan dan laba yang dihasilkan inilah mengapa variabilitas persediaan dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan. Ketika perusahaan ingin menaikkan laba, maka perusahaan dapat menggunakan metode FIFO. Ketika perusahaan ingin menurunkan laba agar laporan keuangan tampak rata dan mengurangi biaya pajak, maka metode persediaan yang digunakan adalah metode rata-rata.

2.3.1.2 Hubungan Margin Laba Kotor dengan Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan

Margin laba kotor dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan. Semakin besar margin laba kotor pada suatu periode akan mempengaruhi kebijakan manajemen untuk melakukan/mempertahankan pengaturan persediaan tahun berikutnya yang dapat menghasilkan laba kotor yang besar pula, sedangkan jika kondisi margin laba kotor kecil, hal ini dapat mempengaruhi pemilihan metode persediaan yang dapat menghasilkan jumlah harga pokok penjualan yang kecil sehingga margin laba kotor menjadi besar (Kasini,2011). Ketika terjadi inflasi, penggunaan metode akuntansi yang berbeda dapat menghasilkan laba kotor yang berbeda. Penggunaan metode FIFO pada saat terjadi inflasi akan mengakibatkan margin laba kotor menjadi lebih besar daripada menggunakan metode rata-rata.


(34)

2.3.1.3 Hubungan Financial Leverage dengan Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan

Financial Leverage dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan. Ketika rasio financial leverage tinggi, maka hutang perusahaan juga tinggi. Dengan hutang yang tinggi, maka perusahaan akan mencoba untuk menaikkan total aktiva dengan cara memilih metode persediaan yang dapat menambah total aktiva. Perusahaan akan memilih metode FIFO ketika terjadi inflasi karena akan menaikkan persediaan akhir yang nantinya akan berakibat pada naiknya aktiva lancar. Selain itu, dengan memilih FIFO maka laba yang dihasilkan juga akan naik sehingga kemampuan untuk membayar hutang juga akan naik. Sebaliknya, ketika financial leverage rendah maka perusahaan dapat memilih metode yang dapat menurunkan laba agar biaya pajaknya juga turun. Menurut Zmijewski & Hagerman (1981), jumlah hutang yang lebih besar dalam struktur modal perusahaan akan menyebabkan perusahaan lebih memilih metode yang menaikkan laba yaitu metode persediaan FIFO karena akan menurunkan kemungkinan perusahaan mengalami technical default atau melanggar perjanjian hutang. Sebaliknya, ketika perusahaan memiliki tingkat financial leverage rendah, maka perusahaan dapat menggunakan metode akuntansi persediaan yang menurunkan laba yaitu metode rata-rata agar dapat menghemat pajak.

2.3.1.4 Hubungan Rasio Lancar dengan Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan

Rasio lancar dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan. Semakin tinggi rasio lancarnya, maka kemampuan perusahaan dalam memenuhi


(35)

kewajiban jangka pendeknya juga akan semakin besar. Para kreditor yang akan meminjamkan dananya pasti melihat dari laba dan rasio lancar. Semakin besar laba dan rasio lancarnya, maka kreditor akan semakin yakin bahwa perusahaan mampu membayar kewajibannya. Maka ketika rasio lancarnya rendah, perusahaan akan memilih metode FIFO untuk menaikkan rasio lancarnya dan menaikkan labanya sehingga akan berdampak pada kepercayaan kreditor kepada perusahaan.

2.3.2 Hipotesis Penelitian

Mengacu pada perumusan masalah, tinjauan teoritis dan beberapa penelitian terdahulu yang diuraikan maka hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

H1: Variabilitas Persediaan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan.

H2: Margin Laba Kotor berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan.

H3: Financial Leverage berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan.

H4: Rasio Lancar berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan.

H5: Variabilitas Persediaan, Margin Laba Kotor, Financial Leverage, dan Rasio Lancar berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan.


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk paradigma kuantitatif yang menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.

Berdasarkan karakteristik masalah, penelitian ini termasuk penelitian kausal komparatif. Penelitian kausal komparatif adalah penelitian yang menunjukkan arah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, disamping mengukur kekuatan hubungannya (E.M. Sangadji-Sopiah, 2010 : 22). Penelitian ini merupakan tipe penelitian ex post facto, yaitu tipe penelitian terhadap data yang dikumpulkan setelah terjadinya suatu fakta atau peristiwa.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur hipotesis dan menjelaskan hubungan antara variabel yang diteliti, yaitu Variabilitas Persediaan, Margin Laba kotor, Financial Leverage dan Rasio Lancar sebagai variabel independen dan Metode Akuntansi Persediaan sebagai variabel dependen.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Data penelitian ini diperoleh dari www.idx.co.id yaitu data perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011.


(37)

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Tahap

Penelitian Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli Agst. Pengajuan

Judul Penyetujuan Proposal Penyelesaian Proposal Bimbingan Skripsi Penulisan Skripsi Penyelesaian Skripsi

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 2009 sampai dengan 2011. Sampel dipilih dengan metode purposive sampling dimana penelitian ini mempunyai tujuan atau target tertentu dalam memilih sampel, umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian (Indriantoro dan Supomo, 1999: 131).

Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah :

1. Sampel merupakan perusahaan manufaktur yang masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011.

2. Perusahaan tersebut melaporkan laporan keuangan selama periode tahun 2009-2011.


(38)

3. Perusahaan tersebut menerapkan satu metode persediaan secara konsisten selama periode 2009-2011

Proses penentuan sampel dapat dilihat pada lampiran 1. Tabel 3.2

Daftar Perusahaan Manufaktur yang Menjadi Sampel

NO KODE NAMA PERUSAHAAN

1 ADMG Polychem Indonesia Tbk. 2 AKKU Alam Karya Unggul Tbk. 3 APLI Asiaplast Industries Tbk.

4 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk. 5 BUDI Budi Acid Jaya Tbk.

6 CEKA Cahaya Kalbar Tbk.

7 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk. 8 GDYR Goodyear Indonesia Tbk. 9 INAI Indal Alumunium Industry Tbk. 10 INDR Indo-Rama Synthetics Tbk. 11 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. 12 KBLM Kabelindo Murni Tbk.

13 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk. 14 MAIN Malindo Feedmill Tbk. 15 MERK Merck Tbk.

16 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk. 17 MLIA Mulia Industrindo Tbk. 18 MYOR Mayora Indah Tbk. 19 MYRX Hanson International Tbk. 20 NIPS Nipress Tbk.

21 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk. 22 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk. 23 PTSN Sat Nusapersada Tbk.

24 PYFA Pyridam Farma Tbk.

25 RMBA Bentoel Internasional Investama Tbk. 26 SIAP Sekawan Intipratama Tbk.

27 SIPD Sierad Produce Tbk. 28 SKLT Sekar Laut Tbk. 29 SMCB Holcim Indonesia Tbk. 30 SMSM Selamat Sempurna Tbk. 31 SPMA Suparma Tbk.

32 SQBB Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. 33 STTP Siantar Top Tbk.


(39)

35 TRST Trias Sentosa Tbk. 36 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk.

37 ULTJ Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk. 38 UNTX Unitex Tbk.

39 UNVR Unilever Indonesia Tbk.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yang diukur dalam skala numerik. Sumber data penelitian ini merupakan data sekunder, berupa laporan keuangan dan laporan tahunan yang dipublikasikan di Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia. Data sekunder merupakan data yang telah diolah dan disajikan kembali. Menurut Sugiyono (2008:193), “sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen”. Data yang diperoleh merupakan kombinasi dari data time series dan cross section

3.5. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui dua tahap. Pada tahap pertama peneliti akan melakukan Tahap pertama adalah studi pustaka, dengan mengumpulkan data dari jurnal, abstrak, dan buku yang berkaitan dengan penelitian. Tahap kedua adalah studi dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data berupa laporan keuangan dan informasi lain yang berkaitan dengan penelitian melalui media internet (situs www.idx.co.id).


(40)

3.6. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Menurut Erlina (2008:42), “variabel penelitian adalah sesuatu yang dapat membedakan atau mengubah nilai yang dapat berbeda pada waktu yang berbeda pula untuk obyek atau orang yang sama”.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel dependen. Menurut Erlina (2008:42), “Variabel dependen pada dasarnya disebut dengan variabel terikat atau variabel tidak bebas dan dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen pada penelitian ini adalah pemilihan metode akuntansi persediaan.

2. Variabel independen. Menurut Erlina (2008:43), “Variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif maupun negatif bagi variabel dependennya”. Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari variabilitas persediaan,margin laba kotor, financial leverage dan rasio lancar.


(41)

Tabel 3.3

Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Defenisi

operasional

Indikator Skala

Dependen ( Y ) Metode Akuntansi Persediaan Menunjukkan metode akuntansi

persediaan yang digunakan.

1 ( satu ) = Metode rata-rata 0 ( nol ) = Metode FiFo

Kategori ( biner )

Independen (X)

Variabilitas persediaan

Menunjukkan variasi dari nilai persediaan suatu perusahaan. VP=KOVAR= Rasio Margin laba kotor Menunjukkan besarnya persentase laba kotor terhadap jumlah penjualan.

Margin laba kotor =

Rasio Financial leverage menunjukkan kemampuan membayar hutang dengan kekayaan yang dimilikinya.

Long term debt to equity ratio(LDER)=

Rasio

Rasio Lancar Menunjukkan kemampuan membayar

hutang lancar dengan asset lancar

Rasio lancar =

Rasio

3.7. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis statistik (regresi logistik) dengan spss versi 17.0, dan dilakukan melalui berbagai uji sebagai berikut:


(42)

1. Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis maka perlu dilakukan uji asumsi klasik. Menurut Syafrizal, dkk. (2010:201), dikarenakan uji hipotesis yang digunakan adalah regresi logistik, dimana uji ini mengabaikan uji hetereroskedastisitas, maka uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, multikolineritas dan uji autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residu memiliki distribusi normal (Erlina, 2008 : 102). Jika data normal maka statistik parametik yang akan digunakan, dan jika data tidak normal maka statistik non-parametik atau melakukan treatment agar data menjadi normal.

Model regresi yang baik memiliki data distribusi yang normal atau mendekati normal. Jika asumsi ini tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas adalah uji statistik non parametic one Kolmogorov Smirnov. Jika angka probabilitas

0,05 maka variabel tidak terdistrubusi secara normal. Sebaliknya, bila angka probabilitas = 0,05 maka variabel terdistribusi secara normal.


(43)

b. Uji Multikolineritas

Uji ini digunakan untuk situasi dimana adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai VIF dan korelasi diantara variabel independen, jika nilai VIF lebih besar dari 2, maka terjadi multikolineritas diantara variabel independen (Erlina, 2008:105).

c. Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode saat ini dengan kesalahan penggangu pada periode sebelumnya. Uji yang digunakan untuk melihat autokorelasi dalam penelitian ini adalah uji Durbin-Watson (DW test), dengan kriteria sebagai berikut :

 Angka D-W terletak antara Upper Bound (DU) dan (4-DU) maka tidak ada auto korelasi.

 Angka D-W<DL maka ada autokorelasi positif.  Angka D-W > (4-DL) maka ada autokorelasi negatif.  Angka D-W terletak antara (4-DU) dan (4-DL), maka

hasilnya tidak dapat disimpulkan.

2. Menguji Keseluruhan Model

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Bolck Number = 0) dengan -2 Log


(44)

Likelihood pada akhir (Bolck Number = 1), ( Syafrizal, dkk. 2010:202).

3. Menilai Kelayakan Model Regresi

Uji ini dilakukan untuk menilai kelayakan model regresi logistik yang akan digunakan. Yang menjadi ukuran adalah nilai chi-square dari suatu uji Homser and Lemeshow.

4. Pengujian Hipotesis ( Regresi Logistik )

Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pengujian Regresi Logistik. Alasan penggunaan model regresi logistik pada penelitian ini adalah karena varibel dependen penelitian merupakan variabel kategori (yaitu FIFO = 0, Average = 1).

Regresi logistik adalah bentuk khusus analisis regresi dengan variabel respon bersifat kategori, kontinu, atau gabungan antara keduanya. Regresi logistik ini digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya (Syafrizal,dkk. 2010:199).

Dilakukan dengan menggunakan regresi logistik, dengan:

+ + + + +

Dimana :

Y = pemilihan metode persediaan a = konstanta

X1 = variabilitas persediaan X2 = margin laba kotor X3 = financial leverage X4 = rasio lancar b1..2..3..4 = koefisien regresi


(45)

Menurut Algifari (2000:21), “pada umumnya penelitian menggunakan tingkat signifikansi 1%, 5%, atau 10%. Pada suatu pengujian hipotesis jika menggunakan α = 5%, maka artinya peneliti memiliki keyakinan bahwa dari 100% sampel, probabilitas anggota sampel yang tidak memiliki karakteristik populasi adalah 5%”. Berdasarkan teori tersebut, maka pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (α = 5%). Ketentuan penolakan atau penerimaan hipotesis adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka hipotesis ditolak ( koefisien regresi tidak signifikan ). Ini berarti bahwa secara bersama-sama keempat variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

b. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka hipotesis diterima ( koefisien regresi signifikan ). Ini berarti bahwa secara bersama-sama keempat variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.


(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Singkat Obyek Penelitian

Populasi penelitian ini terdiri dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan ktriteria pemilihan sampel, yaitu purposive sampling maka diperoleh sampel sebanyak 39 perusahaan dari 131 perusahaan populasi yang ada.

Jumlah sampel yang diperoleh dari populasi yang ada sebanyak 39 perusahaan yang terdiri dari 2 kelompok, yaitu yang menggunakan metode rata-rata dan metode FIFO. Jumlah dari pembagian perusahaan berdasarkan 2 kelompok tersebut terdiri dari:

Tabel 4.1

Persentase Jumlah Pemakaian Metode Persediaan

No Metode Jumlah Persentase

1 Rata-rata 31 79,48

2 FIFO 8 20,52

Jumlah 39 100%

Dari tabel tersebut terlihat bahwa perusahaan yang menggunakan metode rata-rata di Indonesia lebih besar dari penggunaan metode FIFO. 31 perusahaan menggunakan metode rata-rata dan 8 perusahaan menggunakan metode FIFO dari 39 perusahaan, hal ini mendukung penelitian dari Salma Taqwa (2001) dan Mukhlasin (2001) yang menghasilkan bukti bahwa perusahaan indonesia lebih


(47)

Data yang berhubungan dengan penelitian sebelum dilakukannya analisis data dapat ditunjukkan melalui lampiran 2.

4.2. Analisis dan Hasil Penelitian

Analisa data serta pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan program spss 17.0 versi for windows.

4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai rata-rata (mean), maksimum dan minimum dari variabel-variabel independen yaitu variabilitas persediaan, margin laba kotor, financial leverage dan rasio lancar.

Table 4.1

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variabilitas persediaan 39 1.11 3.35 1.5631 .39792

Margin laba kotor 39 -.70 54.36 1.5969 8.67562

Financial Leverage 39 .02 3.66 .5495 .75282

Rasio Lancar 39 .18 10.32 2.1144 2.09590

Valid N (listwise) 39

1. Variabilitas Persediaan

Variabilitas persediaan merupakan variasi dari nilai persediaan akhir dalam sebuah perusahaan dimana nilai persediaan terakhir tersebut tidak sama dan variatif. Dari jumlah sampel sebanyak 39 perusahaan dengan variabilitas persediaan terkecil 1,11 dan variabilitas persediaan terbesar 3,35 dimana variabilitas persediaan terkecil diperoleh oleh PT. Chandra Asri Petrochemical dan variabilitas persediaan terbesar diperoleh PT. Hanson International.


(48)

2. Margin Laba Kotor

Margin Laba Kotor menunjukkan besarnya persentase laba kotor terhadap jumlah penjualan. Dari jumlah sampel sebanyak 39 perusahaan terdapat rentang yang sangat jauh antara margin laba kotor setiap sampel. Nilai margin laba kotor terkecil sebesar -0,70 yang berarti perusahaan mengalami kerugian dan margin laba kotor terbesar 54,36. Margin laba kotor terkecil diperoleh PT. Alam Karya Unggul dan margin laba kotor terbesar diperoleh PT. Mulia Industrindo.

3. Financial Leverage

Financial Leverage menunjukkan kemampuan perusahaan membayar hutang jangka panjang dengan kekayaan yang dimilikinya. PT. Jakarta Kyoel Steel Works memiliki nilai financial leverage terkecil sebesar 0,02 dan PT. Malindo Feedmill dengan nilai financial leverage terbesar sebesar 3,66.

4. Rasio Lancar

Rasio Lancar menunjukkan kemampuan perusahaan membayar hutang jangka pendeknya dengan asset lancar yang dimiikinya. Semakin besar nilai rasio lancar perusahaan maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang jangka pendeknya. PT. Alam Karya Unggul memiliki nilai rasio lancar terkecil sebesar 0,22 dan PT. Jakarta Kyoel Steel Works memiliki nilai rasio lancar terbesar senilai 10,32.

4.2.2. Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov untuk


(49)

mengetahui apakah data sudah terdistribusi secara normal atau tidak. Ghozali (2005), memberikan pedoman pengambilan keputusan rentang data mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov- Smirnov yang dapat dilihat dari:

a. Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka distribusi data tidak normal.

b. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka distribusi data normal. Hasil uji normalitas dengan menggunakan model

Kolmogorov-Smirnov adalah seperti yang ditampilkan berikut ini: Table 4.2

Hasil Uji Normalitas (1)

Berdasarkan hasil uji statistic dengan model Kolmogorov-Smirnov seperti yang terdapat pada table 4.2 dapat diketahui bahwa :

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Variabilitas

persediaan

Margin laba kotor

Financial Leverage

Rasio Lancar

N 39 39 39 39

Normal Parametersa,,b

Mean 1.5631 1.5969 .5495 2.1144

Std. Deviation .39792 8.67562 .75282 2.09590 Most Extreme

Differences

Absolute .248 .492 .241 .260

Positive .248 .492 .235 .260

Negative -.127 -.400 -.241 -.178

Kolmogorov-Smirnov Z 1.548 3.074 1.505 1.624 Asymp. Sig. (2-tailed) .017 .000 .022 .010 a. Test distribution is Normal.


(50)

 Nilai K-S untuk variable variabilitas persediaan adalah 1,54 dengan Asymp. Sig(2-tailed) 0,017. Nilai tersebut di bawah α=0,05 karena Asymp. Sig (2-tailed) < α/2 (0,025). Hal ini berarti bahwa variable variabilitas persediaan terdistribusi secara tidak normal.

 Nilai K-S untuk variable margin laba kotor adalah 3,07 dengan Asymp. Sig(2-tailed) 0,00. Nilai tersebut di bawah α=0,05 karena Asymp. Sig (2 -tailed) < α/2 (0,025). Hal ini berarti bahwa variable variabilitas persediaan terdistribusi secara tidak normal.

 Nilai K-S untuk variable financial leverage adalah 1,50 dengan Asymp. Sig(2-tailed) 0,022. Nilai tersebut di bawah α=0,05 karena Asymp. Sig (2 -tailed) < α/2 (0,025). Hal ini berarti bahwa variable variabilitas persediaan terdistribusi secara tidak normal.

 Nilai K-S untuk variable rasio lancar adalah 1,62 dengan Asymp. Sig(2-tailed) 0,01. Nilai tersebut di bawah α=0,05 karena Asymp. Sig (2-tailed) < α/2 (0,025). Hal ini berarti bahwa variable variabilitas persediaan terdistribusi secara tidak normal.

Menurut Erlina dan Mulyani (2007) ada beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal yaitu :

a. Lakukan transformasi data ke bentuk lainnya b. Lakukan trimming, yaitu membuang data outlier

c. Lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai data outlier ke suatu nilai tertentu.

Untuk mengubah nilai residual menjadi normal, peneliti melakukan trimming yaitu membuang beberapa data outlier. Setelah itu, data diuji ulang


(51)

berdasarkan asumsi normalitas. Berikut ini adalah hasil pengujian dengan Kolmogorov-Smirnov setelah dilakukan trimming data.

Table 4.3

Hasil Uji Normalitas (2) Setelah trimming data

Berdasarkan hasil uji statistic setelah dilakukan trimming data seperti yang terdapat pada table 4.3 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi variable variabilitas persediaan sebesar 0,209; margin laba kotor sebesar 0,097; financial leverage sebesar 0,062; dan rasio lancar 0,069. Nilai signifikansi (2-tailed) variabel-variabel di atas lebih dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data variabel variabilitas persediaan, margin laba kotor, financial leverage, dan rasio lancar berdistribusi normal.

4.2.2.2. Uji Multikolineritas

Hasil uji multikolineritas dapat dilihat dari tabel 4.4 di bawah ini dan lampiran 3.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test variabilitas persediaan

margin laba kotor

financial leverage

rasio lancar

N 35 35 35 35

Normal Parametersa,,b Mean 1.5257 .2249 .4597 1.9851 Std. Deviation .27504 .28655 .54281 1.6600

9 Most Extreme Differences Absolute .180 .208 .223 .219

Positive .180 .208 .223 .219

Negative -.083 -.192 -.209 -.161

Kolmogorov-Smirnov Z 1.063 1.230 1.318 1.298

Asymp. Sig. (2-tailed) .209 .097 .062 .069

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(52)

Tabel 4.4 Uji Multikolineritas

Coefficientsa

Model

Correlations Collinearity Statistics Zero-order Partial Part Tolerance VIF 1 margin laba kotor -.054 -.043 -.041 .867 1.154

financial leverage .197 .149 .142 .920 1.087

rasio lancar -.176 -.128 -.121 .880 1.137

variabilitas persediaan -.249 -.255 -.247 .951 1.052 a. Dependent Variable: pemilihan metode akuntansi persediaan

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa tolerance yaitu korelasi diantara variabel independen lebih kecil dari 1 dan nilai VIF dibawah nilai 2, hal ini membuktikan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini bebas dari Multikolineritas.

4.2.2.3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi yang digunakan pada penelitian ini dapat digambarkan pada tabel dibawah ini dan lampiran 4.

Tabel 4.5 Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .345a .118 .086 .40553 2.18

a. Predictors: (Constant), rasio lancar, variabilitas persediaan, financial leverage, margin laba kotor


(53)

Berdasarkan tabel 4.5, untuk mengetahui adanya autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson, dengan kriteria sebagai berikut:

 Angka D-W terletak antara batas atas atau Upper Bound (DU) dan 4-DU maka tidak ada autokorelasi.

• Angka D-W < DL maka ada autokorelasi positif. • Angka D-W > (4-DL) maka ada autokorelasi negatif.

• Angka D-W antara (4-DU) dan (4-DL), maka tidak dapat disimpulkan.

Berdasarkan tabel Durbin-Watson, yaitu pada jumlah n=34, dan k=3 menghasilkan DL sebesar 1,343 dan DU sebesar 1,583. Berdasarkan hasil uji statisitik yang ditunjukkan melalui tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai statistik Durbin-Watson sebesar 2,18, maka disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi baik positif maupun negatif.

4.2.3. Menguji Keseluruhan Model

Statistik yang digunakan adalah adalah berdasarkan pada fungsi Likehood. Likehood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihopitesakan menggambarkan model input.

Model dari statistik -2LogL dapat digambarkan melalui tabel sebagai berikut: Tabel 4.6

Gambaran Jumlah Kasus Penelitian

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 34 100.0

Missing Cases 0 .0


(54)

Unselected Cases 0 .0

Total 34 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa jumlah seluruh kasus yang diolah dalam penelitian ini adalah 34 perusahaan, namun setelah dilakukan uji kelayakan model ternyata kasus yang dapat dianalisis sebesar 34 kasus yaitu 100% dari semua jumlah kasus.

Tabel 4.7 Variabel dependen

Dependent Variabel Encoding

Original Value Internal Value

metode FiFo 0

metode rata-rata 1

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai yang diberikan untuk variabel dependen dimana variabel ini adalah variabel yang menggunakan variabel dummy yaitu 1 dan 0.

Tabel 4.8

Nilai -2LogL untuk Model yang Hanya Memasukkan Konstanta

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients Constant

Step 0 1 34.748 1.176

2 34.575 1.342

3 34.575 1.350

4 34.575 1.350

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 34.575


(55)

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients Constant

Step 0 1 34.748 1.176

2 34.575 1.342

3 34.575 1.350

4 34.575 1.350

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 34.575

c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.

Tabel 4.9

Nilai -2LogL untuk Model dengan Konstanta dan Variabel Bebas

Iteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant VP MLK FL RL

Step 1 1 31.497 3.562 -1.492 -.248 .443 -.128

2 30.659 4.542 -1.989 -.295 .809 -.164

3 30.613 4.621 -2.045 -.290 1.000 -.167

4 30.613 4.615 -2.045 -.288 1.025 -.167

5 30.613 4.615 -2.045 -.288 1.026 -.167

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 34.575

d. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.

Tampilan output SPSS memberikan 2 nilai -2LogL yaitu untuk model yang hanya memasukkan konstanta (tabel 4.8) dan untuk model dengan konstanta dan variabel bebas (tabel 4.9). Nilai -2LogL yang hanya memasukkan konstanta adalah sebesar 34,575, sedangkan nilai -2LogL untuk model dengan konstanta dan


(56)

variabel bebas adalah30,613. Penurunan nilai -2LogL adalah sebesar 3,962 yaitu dari 34,575 menjadi 30,613 mengindikasikan bahwa model fit dengan data, hal ini berarti bahwa dengan adanya penambahan variabel variabilitas persediaan, margin laba kotor, financial leverage dan rasio lancar ternyata dapat memperbaiki model fit.

4.2.4. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabilitas variabel-variabel independen mampu memperjelas variabilitas variabel dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square pada multiple regression (Ghozali, 2006 : 233). Nilai ini didapat dengan cara membagi nilai Cox & Snell R Square dengan nilai maksimumnya.

Tabel 4.10

Tabel Nagelkerke R Square Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 30.613a .110 .172

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.

Tabel di atas menunjukkan nilai Nagelkerke R Square. Dilihat dari hasil output pengolahan data nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,172 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen hanyalah sebesar 17,2%, sisanya sebesar 82,8% (100%-17,2%) dijelaskan


(57)

variabilitas variabel-variabel lain di luar model penelitian.

4.2.5. Menilai Kelayakan Model Regresi

Untuk melihat apakah data sesuai dengan model sehingga model dapat dikatakan fit, maka diperlukan suatu uji yaitu dengan menggunakan uji Hosmer dan Lemeshow goodness of fit test statistic, melalui kriteri sebagai berikut:

a. Jika nilai Hosmer dan Lemeshow ≤ 0,05 artinya ada perbedaan signifikan antara model dengan observasinya sehingga goodness fit tidak baik, karena model tidak dapat memprediksikan nilai observasinya.

b. Jika nilai Hosmer dan Lemeshow > 0,05 artinya model mampu memprediksikan nilai observasinya atau dapat dikatakan bahwa model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.

Uji tersebut dapat digambarkan melalui tabel 4.10 : Tabel 4.11

Nilai Statistics Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test

Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square Df Sig.

1 10.028 8 .263

Berdasarkan pengujian nilai statistik Hosmer dan Lemeshow Goodness of Fit adalah sebesar 10,028 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,263, nilai ini jauh diatas 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model tersebut diterima yang artinya tidak terdapat perbedaan dengan data sehingga model dapat dikatakan fit.


(58)

4.2.6. Pengujian Hipotesis ( Regresi Logistik)

Pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi logistik dilakukan dengan memasukkan seluruh variabel ukuran perusahaan, financial leverage, variabilitas persediaan dan margin laba kotor pada pemilihan metode akuntansi persediaan. Pengujian bertujuan untuk melihat pengaruh ukuran perusahaan, financial leverage, variabilitas persediaan dan margin laba kotor terhadap pemilihan metode persediaan. Hasil pengujian regresi logistik disajikan dalam tabel 4.12 dan Lampiran 5.

Tabel 4.12

Hasil Pengujian Regresi Logistik

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1a VP -2.045 1.547 1.747 1 .186 .129 .006 2.685

MLK -.288 1.381 .043 1 .835 .750 .050 11.230 FL 1.026 1.291 .631 1 .427 2.789 .222 35.049 RL -.167 .240 .485 1 .486 .846 .528 1.354 Constant 4.615 2.828 2.664 1 .103 100.982

a. Variable(s) entered on step 1: VP, MLK, FL, RL.

Hasil regresi logistik dari tabel diatas, maka persamaan regresi yang didapat adalah sebagai berikut.

+ +

Berdasarkan tabel 4.9 dan 4.10 dapat diketahui bahwa hasil regresi logistik adalah sebagai berikut :


(59)

 Koefisien pada variabel variabilitas persediaan bernilai negatif sebesar 2.045 dan signifikansi sebesar 0.186. Apabila dibandingkan dengan tingkat signifikansi 0.05 (5%), maka nilai signifikansi sebesar 0.186 lebih besar dari tingkat signifikansi 0.05, hal ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis ditolak. Penolakan hipotesis ini menunjukkan bahwa variabilitas persediaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode persediaan.

 Pengujian variabel margin laba kotor dengan menggunakan regresi logistik diperoleh nilai koefisiennya adalah negatif sebesar 0.288 dan nilai signifikan sebesar 0.835. Nilai signifikan ini jauh lebih besar dari tingkat signifikansi (5%), dengan demikian maka hipotesis ditolak. Penolakan hipotesis menunjukkan bahwa margin laba kotor tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.

Financial leverage pada pengujian regresi logistik menunjukkan nilai koefisien positif yaitu sebesar 1.026 dan nilai signifikan sebesar 0.427. Nilai signifikan sebesar 0.427 lebih besar dari tingkat signifikansi (5%), hal ini berarti hipotesis ditolak. Penolakan hipotesis tersebut menunjukkan bahwa financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.

 Hasil pengujian regresi logistik menunjukkan bahwa nilai koefisien rasio lancar yang diperoleh adalah negatif yaitu sebesar


(60)

0.167 dan nilai signifikan sebesar 0.486. Nilai signifikan yang diperoleh jauh lebih besar dari tingkat signifikansi (5%), hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ditolak. Penolakan hipotesis memberikan bukti yang menunjukkan bahwa rasio lancar tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 4.3.1. Variabilitas Persediaan

Secara teoritis variabilitas persediaan berpengaruh baik secara parsial maupun secara simultan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa variabilitas persediaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan, sedangkan secara simultan variabilitas persediaan berpengaruh negatif terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Peneliti menduga perusahaan tidak mempertimbangkan variasi nilai persediaan dalam memilih metode akuntansi persediaan, melainkan lebih mempertimbangkan manfaat yang dihasilkan dari metode akuntansi persediaan yang dipilih, misal tax saving apabila memilih metode rata-rata. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Mukhlasin (2001) dan Kasini (2011), namun berbeda dengan hasil penelitian Taqwa (2001) yang menghasilkan variabilitas persediaan berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.


(61)

4.3.2. Margin Laba Kotor

Teori pada bab sebelumnya mengungkapkan bahwa margin laba kotor berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan baik secara parsial maupun secara simultan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa margin laba kotor tidak berpengaruh secara parsial terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan, sedangkan secara simultan margin laba kotor berpengaruh positif terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Peneliti menduga perusahaan cenderung tidak terpengaruh dengan besarnya laba kotor dalam memilih metode akuntansi persediaan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Kasini (2011).

4.3.3. Financial Leverage

Secara teoritis financial leverage berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan, baik secara parsial maupun secara simultan, sedangkan hasil penelitian menunjukkan bahwa financial leverage secara parsial tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan dan secara simultan financial leverage berpengaruh negatif terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Peneliti menduga perusahaan tidak memperhatikan besar kecilnya hutang jangka panjang dalam memilih metode akuntansi persediaan, melainkan cenderung memilih metode yang dapat meminimalisasi pembayaran pajak agar biaya yang ditanggung perusahaan dapat berkurang. Keadaan ini mendukung hasil penelitian dari Taqwa (2001) dan Kasini(2011).


(1)

LAMPIRAN 5

UJI REGRESI LOGISTIK

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 34 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 34 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 34 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original

Value Internal Value

FIFO 0

rata-rata 1

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant

Step 0 1 34.748 1.176

2 34.575 1.342

3 34.575 1.350

4 34.575 1.350

a. Constant is included in the model.


(2)

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant

Step 0 1 34.748 1.176

2 34.575 1.342

3 34.575 1.350

4 34.575 1.350

a. Constant is included in the model.

b. Initial -2 Log Likelihood: 34.575

c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

pemilihan metode akuntansi persediaan

Percentage Correct

FIFO rata-rata

Step 0 pemilihan metode akuntansi persediaan

FIFO 0 7 .0

rata-rata 0 27 100.0

Overall Percentage 79.4

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant 1.350 .424 10.130 1 .001 3.857

Variables not in the Equation

Score df Sig.


(3)

MLK .098 1 .754

FL 1.322 1 .250

RL 1.052 1 .305

Overall Statistics 3.989 4 .407

Block 1: Method = Enter

Iteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant VP MLK FL RL

Step 1 1 31.497 3.562 -1.492 -.248 .443 -.128

2 30.659 4.542 -1.989 -.295 .809 -.164

3 30.613 4.621 -2.045 -.290 1.000 -.167

4 30.613 4.615 -2.045 -.288 1.025 -.167

5 30.613 4.615 -2.045 -.288 1.026 -.167

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model.

c. Initial -2 Log Likelihood: 34.575

d. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 3.962 4 .411

Block 3.962 4 .411

Model 3.962 4 .411


(4)

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 30.613a .110 .172

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 10.028 8 .263

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

pemilihan metode akuntansi persediaan = FIFO

pemilihan metode akuntansi persediaan = rata-rata

Total

Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 3 1.488 0 1.512 3

2 1 1.331 2 1.669 3

3 0 .920 3 2.080 3

4 0 .687 3 2.313 3

5 0 .549 3 2.451 3

6 1 .463 2 2.537 3

7 0 .418 3 2.582 3

8 0 .372 3 2.628 3

9 1 .326 2 2.674 3

10 1 .446 6 6.554 7

Classification Tablea

Observed

Predicted

pemilihan metode akuntansi persediaan

Percentage Correct


(5)

Step 1 pemilihan metode akuntansi persediaan

F I F O

1 6 14.3

r a t a -r a t a

0 27 100.0

Overall Percentage 82.4

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a VP -2.045 1.547 1.747 1 .186 .129 .006 2.685

MLK -.288 1.381 .043 1 .835 .750 .050 11.230

FL 1.026 1.291 .631 1 .427 2.789 .222 35.049

RL -.167 .240 .485 1 .486 .846 .528 1.354

Constant 4.615 2.828 2.664 1 .103 100.982

a. Variable(s) entered on step 1: VP, MLK, FL, RL.

Correlation Matrix

Constant VP MLK FL RL

Step 1 Constant 1.000 -.948 -.301 -.336 -.281

VP -.948 1.000 .229 .160 .087

MLK -.301 .229 1.000 .143 -.214


(6)

Correlation Matrix

Constant VP MLK FL RL

Step 1 Constant 1.000 -.948 -.301 -.336 -.281

VP -.948 1.000 .229 .160 .087

MLK -.301 .229 1.000 .143 -.214

FL -.336 .160 .143 1.000 .196


Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013

11 128 94

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEMILIHAN METODE AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK JAKARTA

0 5 22

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEMILIHAN METODE AKUNTANSI PERSEDIAAN (Studi Kasus pada Perusahaan Dagang dan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015)

9 23 268

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 3 72

ANALISIS FAKTOR-FAKTORYANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN METODE PENILAIAN PERSEDIAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

14 51 29

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 7

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi cash dividend pada perusahaan manufaktur di bursa efek Indonesia AWAL

0 0 15

Skripsi Rini Dwiyanti

1 3 112

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013

0 1 11

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN METODE AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2005-2009

0 1 15