28
SEJARAH Kelas XI Program Bahasa
Poten
Sebagai tempat berlangsungnya upacara kasadha, Poten terdiri atas tiga mandala, yaitu:
1. Jeroan atau mandala utama
Mandala ini digunakan sebagai tempat pemujaan persembahyangan. Terdiri atas beberapa bagian:
a. Padma berfungsi sebagai tempat pemujaan Tuhan bentuknya
menyerupai candi. b.
Bedawang Nala kura-kura raksasa yang sedikit naga, garuda, dan angsa yang merupakan simbol mitologis.
c. Sekepat atau tiang empat untuk menyajikan sarana upacara.
d. Kori Agung candi Bentar sebagai tugu atau pintu gerbang penghubung.
2. Jaba Tengah atau mandala madya
Mandala ini sebagai tempat persiapan dan pengiring upacara. Terdiri atas beberapa bagian:
a. Kori Agung candi Bentar yang bentuknya menyerupai tugu dengan
gelung mahkota di kepala. b.
Bale kentungan atau bak kul-kul sebagai tempat kul-kul atau kentungan dibunyikan selama upacara.
c. Bak Bengong atau pewarengan suci untuk mempersiapkan
keperluan sesaji upacara. 3.
Jaba sisi atau mandala nista yaitu tempat peralihan dari luar ke dalam pura.
Tempat itulah yang menjadi sentral pelaksanaan upacara Kasadha. Masyarakat Tengger berbondong-bondong menuju puncak Gunung
Bromo dengan membawa Ongkek sesaji dari hasil pertanian untuk dilemparkan ke kawah Gunung Bromo.
2. Perpaduan Tradisi Lokal dan Islam
Coba ingat kembali apa yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat menjelang datangnya bulan suci Ramadan. Menjelang
bulan puasa, mereka mengadakan ritual yang bernuansa religius magis. Ritual ini biasanya dipusatkan di tempat-tempat yang
dikeramatkan terutama makam leluhur atau tokoh-tokoh besar yang berperan di dalam penyebaran agama Islam di masa lampau. Misalnya
tradisi nyadran di makam Sunan Kalijaga di Kadilangu, Kabupaten Demak. Masyarakat dari berbagai penjuru di Jawa berbondong-
bondong berziarah ke makam pada minggu-minggu akhir bulan Ruwah. Ritual tradisi serupa juga ditemukan di berbagai makam yang
ada di Jawa. Namun dalam perkembangan, tradisi ini juga dilakukan oleh warga masyarakat di makam-makam orang tua atau sanak
keluarganya. Bahkan orang telah merantau jauh selama bertahun- tahun menyempatkan diri untuk pulang untuk melaksanakan ritual
tersebut. Apakah di daerahmu juga terdapat tradisi semacam ini?
Ritual ini sebetulnya tidak berbeda jauh dengan ritual pada tradisi- tradisi lain yang ada di bulan-bulan Jawa lainnya seperti Suranan,
Syawalan atau Mauludan. Maksud pelaksanaan ritual adalah memanjatkan doa kepada Tuhan agar diberi keselamatan dan
kesejahteraan. Mereka biasanya melengkapi ritual tersebut dengan
Sumber: www.spicaislands.com
Gambar 2.2 Ziarah di kompleks Masjid
Demak.
Bisa jadi di daerahmu terda- pat perpaduan antara budaya
lokal dengan budaya Hindu- Buddha. Coba cari dan temu-
kan lalu presentasikan di depan kelas.
Di unduh dari : Bukupaket.com
29
Kebudayaan Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia
menyediakan beragam sesaji yang dipercaya masyarakat lokal setempat bisa dijadikan sarana mendekatkan diri dengan Tuhan. Pada
saat nyadran, mereka datang ke makam dengan membawa makanan dilanjutkan memanjatkan doa-doa. Ada pula sebagian anggota
masyarakat yang menganggap tradisi nyadran sebagai sebuah keharusan. Bagi mereka, nyadranan bisa dianggap sebagai upaya
menyucikan diri sebelum melakukan ibadah puasa. Mereka lebih rela tidak pulang pada saat Lebaran dibandingkan dengan harus
meninggalkan tradisi nyadran. Mengapa masyarakat Jawa bisa memiliki ikatan batin yang kuat dengan tradisi nyadranan?
Tradisi ini sebetulnya merupakan tradisi peninggalan kebudayaan pra-Islam. Masyarakat pra-Islam memang memiliki kebiasaan untuk
menghormati arwah nenek moyang dan memanjatkan doa keselamatan bagi anggota keluarganya. Pada saat Islam mulai masuk, ritual ini diubah
oleh para wali dengan memasukkan muatan-muatan ajaran Islam. Para wali secara lihai menggunakan tradisi lokal untuk menyebarluaskan
ajaran agama Islam. Dalam perkembangannya, tradisi ini diwariskan secara turun-temurun bahkan masih bertahan hingga kini.
Masuk dan berkembangnya pengaruh agama Hindu-Buddha dan Islam ke Indonesia ternyata tidak sepenuhnya mampu menghilangkan beragam
tradisi lokal yang ada di berbagai daerah. Bahkan justru terjadi akulturasi atau perpaduan dari tradisi-tradisi tersebut. Coba ajaklah teman-temanmu
untuk mencari dan menganalisis perpaduan beragam tradisi tersebut yang ada di sekitar tempat tinggalmu. Tulislah hasilnya pada kertas kerja dan
presentasikan di depan kelas.
Apabila kamu telah mampu mengidentifikasi dan menganalisis tradisi lokal yang ada di daerahmu yang terkena pengaruh Hindu-Buddha atau
Islam, maka kamu telah menguasai kompetensi dasar tentang perpaduan antar-tradisi. Dengan pengetahuan ini, kamu telah bisa menjelaskan beragam
ritual dan tradisi yang ada di sekitar tempat tinggalmu.
B. Kesusastraan Hindu-Buddha dan Islam