Hubungan Diplomatik antara Indonesia dengan Malaysia Terhadap Perbatasan Wilayah Kelautan

wartawan mampu mengemas berita yang simpatik dengan cara mengetuk hati nurani pembaca hingga sifat simpatinya muncul Djuroto, 2003 : 14 -25.

2.5 Hubungan Diplomatik antara Indonesia dengan Malaysia Terhadap Perbatasan Wilayah Kelautan

Pengamat Hukum Internasional dari Universitas Nusa Cendana Kupang Wilhelmus Wetan Songa, SH.MHum, berpendapat, utusan Indonesia dalam perundingan masalah perbatasan kedua negara di Kota Kinabalu, Negara Bagian Sabah, Malaysia, pada hari ini, harus tegas melakukan diplomasi. Diplomasi yang tegas itu dimaksud selain untuk memastikan batas wilayah sesungguhnya, juga sebagai salah bentuk peringatan terakhir bagi negeri Jiran itu tidak mengulang lagi tindakan-tindakan yang salah sebelumnya, katanya di Kupang, Senin, menanggapi perundingan antara Indonesia dan Malaysia di Kinabalu, 6 September 2010. Wetan Songa yang juga dosen Fakultas Hukum Undana Kupang ini, mengatakan, sudah menjadi ketetapan pemerintahan Indonesia bahwa masalah ini dipercepat, dan telah pula ditegaskan tahapan perundingannya,sehingga jangan sampai kesempatan ini disia – siakan. Karena menurut dia, berbagai diplomasi terdahulu antar pejabat tinggi kedua negara ini sering digelar,namun tidak ada hasil dan titik temu. Akibatnya berbagai pelanggaran dan insiden terus terjadi dan membuat hubungan RI-Malaysia semakin memanas seperti yang baru saja terjadi di perairan Selat Malaka dimana pihak Malaysia sewenang-wenang manangkap dan menahan tiga staf Kementerian Keluatan dan Perikanan RI hingga akhirnya berbuntut pada sengketa perbatasan RI – Malaysia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 1 September 2010 di Mabes TNI Jakarta, menegaskan, perundingan batas wilayah Indonesia-Malaysia segera dituntaskan agar tidak terjadi insiden yang mengganggu hubungan kedua negara. Pemerintah Indonesia berpendapat bahwa solusi yang paling tepat untuk mencegah dan mengatasi insiden-insiden serupa adalah, dengan cara segera menuntaskan perundingan, “ kata Presiden. Presiden menjelaskan, perundingan yang dilakukan meliputi perundingan batas wilayah darat dan maritim termasuk di wilayah selat singapura dan perairan Sulawesi atau perairan Ambalat. Indonesia berpendapat bahwa perundingan menyangkut batas wilayah ini dapat diefektifkan pelaksanaannya dan kalau dapat hasilnya aawal dapat diketahui, kata Yudhoyono. Presiden menambahkan, perundingan harus didasari niat dan tujuan yang baik, agar insiden-insiden serupa yang mengganggu hubungan kedua bangsa dapat dicegah dan ditiadakan. Menurut Wetan Songa, untuk dapat berdiplomasi dengan tegas dan dapat menuntaskan pokok persoalan, maka para juru ruding dari Indonesia harus menguasai dengan persis setiap agenda yang akan dibahas dengan dalil yang mumpuni dan didukung dengan data akurat. Artinya bahwa tidak 100 persen, pertemuan hari ini, harus langsung menuntaskan seluruh masalah yang dirundingkan, tetapi paling tidak, ada titik terang terutama batas wilayah laut yang selama ini menjadi pemicu ketegangan kedua negara yang masih satu rumpun itu. Ia mengatakan Perundingan Kinabalu harus menjadi tonggal awal kesuksesan nagi perundingan-perundingan masalah perbatasan perairan lain antara Indonesia dengan sekitar 10 negara tetangga yang selama ini masih menyimpan pontensi konflik batas maritim diantaranya Australia, Singapura, India, Filipina, Thailand, Vietnam, Papua Niuguine dan Timor Leste. Potensi yang nampak dan sekarang sedang dalam pembahasan, adalah, batas laut teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif ZEE dan landas kontinental, katanya. Potensi dan peluang konflik perbatasan yang masih dan sedang terjadi adalah kegiatan illegal fishing oleh nelayan-nelayan tradisional maupun nelayan yang memiliki peralatan modern. Dia mengatakan untuk mengantisipasi potensi konflik wilayah perairan tersebut dengan negara tetangga, maka Indonesia harus proaktif membuat perjanjian seperti, batas laut teritorial dengan Malaysia tahun 1970, Singapura tahun 1973 dan terakhir tahun 2009, namun belum diratifikasi. Perjanjian dengan Australia soal batas ZEE tahun 2003, namun belum dirativikasi. Batas landasan kontinental dengan Malaysia tahun 1969, dengan Australia tahun 1971 dan 1972, dengan Thailand tahun 1971 dan 1975, India 1974 dan 1977, Vietnam tahun 2003 tetapi belum diratifikasi juga, katanya. Sedangkan katanya batas maritim yang belum dilakukan perundingan bilateral adalah, batas laut Teritorial dengan Malaysia di Tanjungdatu, Kalimantan Barat dan perairan Sebatik, Kalimantan Timur. Singapura di segmen Timur, Selat Singapura dan Timor Leste di Laut Sawu, Selat Wetar dan Laut Timor. Penetapan batas-batas maritim tersebut ditentukan berdasarkan ketentuan United Nations of Convension on the Law of the Sea 1982 UNCLOS 82 atau Konvensi Hukum Laut Internasional yang diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia melalui UU No.17 tahun 1985, tentang Hukum Laut, katanya. ANTK004 http:www.antaranews.comberita1283709372indonesia-harus tegas berdiplo- masi-soal-batas-ri-malaysia. 2.6 Pemberitaan Penangkapan Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan DKP Kepulauan Riau oleh Polisi Malaysia di Surat Kabar Jawa Pos Di Surat Kabar Jawa Pos edisi 16 Agustus 2010 “Indonesia memprotes Malaysia” dimana terjadi penyanderaan oleh Polis Diraja Malaysia. Kemenlu berusaha untuk membebaskan tiga petugas DKP. Kronologi penyanderaan tersebut saat patrol di perairan Tanjung Berakit, Bintan, Kepri, petugas gabungan Dinas Kelautan dan Perikanan DKP Batam menangkap tujuh nelayan Malaysia yang mencari ikan di kawasan itu. Tiga petugas DKP lalu pindah ke kapal nelayan untuk menggiring mereka ke Batam guna diperiksa. Ketika membawa tujuh nelayan Malaysia tersebut menuju Batam untuk diperiksa, petugas DKP dihadang polisi perairan Malaysia. Mereka meminta petugas DKP melepas tujuh nelayan Malaysia. Tetapi, petugas DKP menolak melepaskan. Terjadi ketegangan, polisi perairan Malaysia marah dan melepaskan dua tembakan peringatan ke petugas DKP yang tidak bersenjata. Tiga petugas DKP yang membawa tujuh nelayan Malaysia segera merapat ke kawasan Indonesia. Tiga petugas DKP lainnya digiring Polisi Malaysia karena berada di kapal nelayan Malaysia. Mereka lantas dibawa ke Johor. Penangkapan tiga petugas Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan Riau DKP Kepri yang berpatroli di perbatasan laut oleh pasukan Gerak Marin atau Marine Police Malaysia MPM berbuntut. Kemenlu serta Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia memprotes keras pemerintah Malaysia. Indonesia menilai penangkapan itu tidak relevan. Sebab, para petugas DKP tersebut ditodong senjata dan disandera patrol kesatuan di bawah Polis Diraja Malaysia PDRM itu saat mengamankan tujuh nelayan Malaysia yang mencuri ikan dan menerobos batas laut Indonesia. Di surat kabar Jawa Pos edisi 25 Agustus 2010 menceritakan mengenai testimoni tiga petugas DKP Kepri yang ditahan Polisi Malaysia. Tiga petugas DKP tidak yakin dengan posisi pada saat penangkapan berlangsung dikarenakan pada saat ketegangan terjadi global positioning system GPS dalam kondisi mati karena kehabisan baterai. Padahal rekaman GPS yang menunjukkan posisi kapal tersebut sebenarnya bisa menjadi modal kuat bagi Indonesia untuk berdiplomasi dengan Malaysia. Namun salah satu petugas mengatakan bahwa ia yakin betul berada di wilayah Indonesia karena hanya 30 menit perjalanan dari pantai. Pada saat penahanan Seivo salah satu petugas DKP yang ditahan mengatakan polisi Malaysia tidak melakukan kekerasan fisik. Meskipun introgasi sempat dilakukan dengan nada keras. Tiga petugas DKP itu juga membantah dugaan adanya pemerasan kepada nelayan Malaysia dengan berani bersumpah. Pada edisi Jawa Pos 27 Agustus 2010 memberitakan mengenai Malaysia tantang Indonesia terkait demonstrasi yang dilakukan masyarakat Indonesia di Kedubes Malaysia Jakarta dengan melemparkan kotoran tinja dan membakar bendera Malaysia setelah kejadian penangkapan petugas Dinas Kelautan dan Perikanan oleh Polisi Malaysia. Melalui Menteri Luar Negeri Malaysia Datuk Seri Anifah Aman, mereka bahkan mengancam akan mengeluarkan travel advisory menghimbau warganya tidak terbang ke Indonesia. Media-media Malaysia membeberkan bahwa pemerintah disana mulai kehabisan kesabaran terkait dengan aksi demonstrasi tersebut. Anifah mengingatkan,hubungan bilateral kedua negara bakal terganggu jika situasi di Indonesia memburuk. Kelompok Benteng Demokrasi Rakyat Bendera berunjuk rasa didepan Kedutaan Besar Malaysia. Mereka mengecam penangkapan petugas DKP tidak lama setelah menahan tujuh nelayan Malaysia yang diduga kuat masuk wilayah kedaulatan RI secara ilegal. Namun terkait kemarahan Menlu Malaysia tersebut pemerintah justru meminta para demonstran tidak melakukan kekerasan kata Menko Polhukam Djoko Suyanto. Djoko mempersilahkan masyarakat memprotes Malaysia asal sesuai dengan aturan. Dia juga membantah pemerintah Malaysia terlalu lembek dalam menghadapi Malaysia terkait usaha dalam pembebasan petugas DKP yang ditahan diMalaysia layaknya orang tahanan. Pernyataan Menlu Marty Natalegawa dinilai sudah tegas seperti diungkapkan dalam rapat dengan komisi I DPR. Pemerintah RI telah melayangkan nota protes atas insiden penangkapan tiga petugas kementrian Kelautan dan Perikanan RI tersebut namun belum direspon serius oleh Malaysia. 2.6.1 Pro dan Kontra Pemberitaan Penangkapan Petugas DKP Kepri oleh Polisi Malaysia di Surat Kabar Jawa Pos terkait mengenai wilayah perbatasan perairan Menurut Munawar seharusnya dalam setiap operasi pengawasan perikanan ada satuan tugas gabungan yang melibatkan POLRI atau TNI AL, sehingga tindakan serta kekuatan kapal patrolinya bisa bertambah. Sehingga laut serta ikan atau potensi-potensi yang ada didalamnya sudah saatnya harus di perhatikan sebagai aset besar yang harus di jaga dari praktek-praktek illegal fishing, tandas anggota FPKS ini.Menurut anggota Komisi IX DPR Rofi’ Munawar Tindakan khusus seperti pembakaran dan penenggelaman kapal-kapal ikan berbendera asing yang melakukan illegal fishing saat ini diharapkan bisa menjadi opsi pertama yang diambil, ujar anggota Komisi IX DPR, Rofi’ Munawar dalam siaran pers yang dikirim kepada detikcom, Senin 1682010. Komisi IV adalah komisi DPR yang membidangi pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, perikanan, dan pangan. http:gresnews.comchTopStoriesclLaskar+Merah+Putihid1412750Soal+Pe nangkapan+3+Petugas+DKP+Malaysia+Harus+Diberi+Pelajaran Sedangkan menurut Dubes Malaysia untuk Indonesia Datuk Syed Munshe Afdzaruddin menilai,insiden di Selat Malaka yang berakibat ditangkanya tiga petugas Dinas Kelautan dan Perikanan Kepri oleh Malaysia sebagai insiden kecil.Hal ini disampaikannya usai mengikuti upacara puncak peringatan nasional HUT ke-65 RI di Istana Merdeka. Jalan Medan Merdeka Utara.Jakarta Selasa1780. “Ini isu kecil yang bisa dilakukan diselesaikan dengan persahabatan serumpun. Hubungan Malaysia dan Indonesia perfect,tidak ada keraguan,”ujar Afdzaruddin. Dia juga menegaskan, tujuh nelayan yang tertangkap di wilayah perairan Indonesia tidak bermaksud melakukan penyusupan atau provokasi terhadap patroli Indonesia. Mereka adalah para nelayan tradisonal yang sehari-hari mencari ika di perariran tersebut dan tidak sengaja perahunya melewati batas wilayah. htpp:bataviase.co.idnode346553.

2.7 Teori S-O-R

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25