Opini Masyarakat Tentang Pemberitaan Penangkapan Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan(DKP)Kepulauan Riau oleh Polisi Malaysia di Surat Kabar Jawa, (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Tentang Pemberitaan Penangkapan Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP

(1)

OPINI MASYARAKAT TENTANG PEMBERITAAN PENANGKAPAN PETUGAS DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN (DKP) KEPULAUAN

RIAU OLEH POLISI MALAYSIA DI SURAT KABAR JAWA POS

(Studi Deskriptif Opini Masyarakat SurabayaTentang Pemberitaan Penangkapan Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepulauan Riau oleh Polisi

Malaysia di Surat Kabar Jawa Pos edisi 16-27 Agustus 2010)

SKRIPSI

Oleh :

DEASY LISTYANI PITASARI NPM. 0543010052

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

SURABAYA 2010 


(2)

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul OPINI MASYARAKAT TENTANG PEMBERITAAN PENANGKAPAN PETUGAS DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN (DKP) KEPULAUAN RIAU OLEH POLISI MALAYSIA DI SURAT KABAR JAWA POS (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Tentang Pemberitaan Penangkapan Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepulauan Riau oleh Polisi Malaysia di Surat Kabar Jawa Pos edisi 16-27 Agustus 2010) Ini dapat disusun dengan baik dan lancar.

Penulisan laporan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat kelulusan bagi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Nasional “Veteran”Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang dengan kesabaran telah memberikan petunjuk dan bimbingan sehingga penyusunan laporan skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis sadar bahwa sejak melakukan tugas akhir ini banyak kekurangan, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati. M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Nasional”Veteran”Jawa Timur.


(3)

       iv 

2. Bapak Juwito,S.Sos,M.Si Ketua Program Studi Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Nasional”Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dra. Herlina Sulismawati, Msi selaku Dosen Pembimbing penulis telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.

4. Ayahku disurga, Mama serta masku yang telah memberikan semangat, dorongan, kasih sayang serta limpahan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini

5. Pakde Poer, om Kunto yang telah mendukung penulis dalam membuat Laporan ini.

6. My Luply “Angga Julyzar Armansyah” yang telah menjadi inspirasi dan motivator dengan terus memberikan dukungan kepada penulis.

7. Sahabatku Nila Asri Rahandari, temanku Sari,Lia dan Ariesta yang selalu memberi semangat serta dorongan agar penulis dapat menyelesaikan Laporan ini.

Dengan menyadari kemampuan yang terbatas dalam penulisan laporan skripsi ini, penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kesalahan, serta penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan dari penulisan laporan skripsi ini.

Penulis

Deasy Listyani


(4)

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 14

1.3 Tujuan Penelitian... 14

1.4 Manfaat Penelitian... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 16

2.1.1 Media Komunikasi Massa... 16

2.2 Surat Kabar………... 17

2.2.1 Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa... 19

2.2.2 Surat Kabar Sebagai Fungsi Informasi ... 20

2.2.3 Surat kabar sebagai Kontrol Sosial ………... 21

2.3 Opini ... 22


(5)

vi

2.4 Pengertian Berita ... 24

2.5 Hubungan Diplomatik antara Indonesia dengan Malaysia Terhadap Perbatasan Wilayah Kelautan……… 29

2.6 Pemberitaan Penangkapan Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepulauan Riau oleh Polisi Malaysia di Surat Kabar Jawa Pos………. ……….. 32

2.6.1 Pro dan Kontra Pemberitaan Penangkapan Petugas (DKP Kepri) oleh Polisi Malaysia di Surat Kabar Jawa Pos... 35

2.7 Teori S-O-R………. 36

2.8 Kerangka Berfikir... 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………... 41

3.1.1 Definisi Operasional ………. 41

3.1.2 Opini ………... 41

3.1.3 Pengukuran Variabel………....…. 43

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel………... 45

3.2.1 Populasi……… 45

3.2.2 Sample dan Teknik Penarikan Sampel………... 46

3.3 Metode Analisis Data………... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ………... 49

4.2 Penyajian Data dan Analisa ……… 51


(6)

4.2.2 Opini Masyarakat Tentang Pemberitaan Penangkapan Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan di Kepulauan Riau oleh Polisi

Malaysia di Surat Kabar Jawa Pos ………... 54 4.3 Hasil Opini Masyarakat ……… 72 4.4 Analisis Data ………. 73 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ……….. 76 5.2 Saran ……… 78

DAFTAR PUSTAKA ……… 79


(7)

DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……… 51 Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ………... 52 Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ……….. 53 Tabel 4. Opini Masyarakat Tentang Penangkapan petugas(DKP)Kepulauan Riau Oleh Polisi Malaysia di Perairan Tanjung Berakit Bintan Batam... 54 Tabel 5. Opini Masyarakat Tentang Penahanan Yang Dilakukan Oleh Polisi Malaysia Terhadap Petugas (DKP) Saat Melakukan Patroli ……….…. 55 Tabel 6. Opini Masyarakat Tentang Demonstrasi Yang Dilakukan Kelompok Benteng Demokrasi Rakyat(Bendera)Indonesia didepan Kedubes Malaysia Dengan Melakukan Pelemparan Kotoran Tinja dan Pembakaran Bendera Malaysia Setelah Kejadian Penangkapan Tersebut ………... 57 Tabel 7. Opini Masyarakat Mengenai Penangkapan Petugas (DKP) Kepri Yang Dila- kukan Oleh Polisi Malaysia Akan Membuat Hubungan Diplomatik Antara Indonesia dengan Malaysia Akan Kembali Memanas ……….……... 58 Tabel8. Opini Masyarakat Terhadap Pernyataan Menteri Luar Negeri Malaysia Datuk Seri Anifah Aman Mengancam Mengeluarkan Travel Advisory(menghimbau- warganya tidak terbang ke Indonesia) ……….…….... 59 Tabel 9. Opini Masyarakat Apakah Nelayan Dari Malaysia Telah Melanggar Wilayah Perbatasan Indonesia ……….………. 61 Tabel 10. Opini Masyarakat Apakah Nelayan Malaysia Yang Mencuri Ikan di Wilayah


(8)

Tabel 11.Opini Masyarakat Apakah Nelayan Malaysia Yang Mencuri Ikan Harus Dideportasi Sesuai Dengan Kesalahannya ………... 63 Tabel 12.Opini Masyarakat Tentang Pernyataan MenLu Malaysia Datuk Seri Anifah Aman Mengkritik Bahwa Malaysia Tidak Ingin Menjadi Korban Masalah Politik Dalam Negeri Indonesia ………... 64 Tabel 13. Opini Masyarakat Tentang Pernyataan MenkoPolHulKam Djoko Susanto Yang Akan Mencari Bukti Apakah DKP Kepri atau Nelayan Malaysia Yang Melanggar Wilayah Perbatasan ………...…………... 66 Tabel 14. Opini Masyarakat Terhadap Usaha KemenLuYang Dinilai Lembek Dalam Usaha Membebaskan Tiga Petugas DKP Kepri Yang Ditangkap di Perairan- Tanjung Berakit Bintan Tersebut ………... 67 Tabel 15. Opini Masyarakat Tentang Tindakan Police Marine Malaysia Yang

Menghadang Petugas DKP Kepri Saat Menangkap Nelayan Malaysia Yang Mencuri Ikan di Wilayah Perairan Indonesia ………...……….. 68 Tabel 16. Opini Masyarakat Tentang Tindakan Peringatan Yang Dilakukan Oleh

Police Marine Malaysia Terhadap Petugas DKP Kepri Dengan Melepaskan Tembakan ………... 70 Tabel 17. Opini Masyarakat Tentang Petugas DKP Kepri Yang Akhirnya Menyerah dan Dibawa Paksa Oleh MPM ………...……… 71 Tabel 18. Hasil Opini Masyarakat ………... 72


(9)

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN Gambar 2.7. Model Teori S-O-R ……… 38 Gambar 2.8. Kerangka Berfikir ………... 40


(10)

 

       xi   

Lampiran I. Cover Kuisioner ………... 81

Lampiran II. Pertanyaan Kuisioner ………... 82

Lampiran III. Hasil Jawaban dan Opini Masyarakat ……….. 86

Lampiran IV. Rekapitulasi Nama Responden ……… 90

Lampiran V. Pemberitaan Penangkapan Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) di Surat Kabar Jawa Pos edisi 16 Agustus 2010 ………... 95

Lampiran VI.Pemberitaan Penangkapan Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) di Surat Kabar Jawa Pos edisi 25 Agustus 2010 ………… 97

Lampiran VII.Pemberitaan Penangkapan Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) di Surat Kabar Jawa Pos edisi 26 Agustus 2010 ………... 99

Lampiran VIII.Pemberitaan Penangkapan Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) di Surat Kabar Jawa Pos edisi 27 Agustus 2010 ……….. 101


(11)

      ABSTRAKSI

Deasy Listyani,Opini Masyarakat Tentang Pemberitaan Penangkapan Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan(DKP)Kepulauan Riau oleh Polisi Malaysia di Surat Kabar Jawa, (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Tentang Pemberitaan Penangkapan Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepulauan Riau oleh Polisi Malaysia di Surat Kabar Jawa Edisi 16-27 Agustus 2010)

Pemberitaan tentang penangkapan petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepulauan Riau oleh Polisi Malaysia di Surat Kabar Jawa Pos dipicu oleh peristiwa yang terjadi pada tanggal 16 Agustus 2010, hal tersebut menambah konflik dan pro kontra yang terjadi antara Indonesia dengan Malaysia mengenai perbatasan wilayah perairan. Peristiwa ini terjadi saat 3 petugas Dinas Kelautan dan Perikanan Indonesia yang sedang menangkap para nelayan Malaysia diperairan Indonesia, malah akhirnya ditangkap dan ditahan oleh petugas keamanan laut Malaysia.Dan dengan adanya penangkapan petugas DKP Kepri oleh Police Marine Malaysia membuat hubungan diplomatik yang sempat membaik kembali memanas.Tujuan penelitian ini adalah untuk megetahui opini masyarakat Surabaya tentang pemberitaan penangkapan petugas (DKP) di surat kabar Jawa Pos.

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Media Komunikasi Massa, Surat Kabar, Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa, Surat Kabar Sebagai Fungsi Informasi, Surat Kabar Sebagai Kontrol Sosial, Opini, Pengertian Berita, dan Teori Stimulus-Organism-Respon.

Metode analisis menggunakan tabel frekuensi, dan data diperoleh dari hasil kuesioner. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik non propobality sampling dan Purposive Sampling.

Dari analisis dan interpretasi data yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan hasil opini para responden dalam penelitian ini yaitu masyarakat di wilayah Surabaya berada pada kategori negatif. Hal ini dikarenakan responden tidak mendukung dengan adanya penangkapan yang dilakukan oleh polisi Malaysia kepada petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepulauan Riau.Dalam pemberitaan itu dapat disimpulkan dimana diperlukan adanya hubungan bilateral yang baik,serta peranan semua pihak dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.

Keyword :Opini, pemberitaan penangkapan petugas (DKP) Kepulauan Riau oleh Polisi Malaysia, Jawa Pos


(12)

1. 1 Latar Belakang Masalah

Kata – kata seperti Gayang Malaysia, bungkus, libas,Malingsia hingga sweping penduduk Malaysia yang saat ini tinggal di Indonesia, hampir tiap hari menjadi topik diberbagai media dan selalu menjadi perbicangan hangat diberbagai lapisan masyarakat diseluruh nusantara.

Sebenarnya peristiwa ini dipicu, saat menjelang peringatan hari ulang tahun Republik Indonesia yang ke 65. Peristiwa ini terjadi saat 3 petugas Dinas Kelautan dan Perikanan Indonesia yang sedang menangkap para nelayan Malaysia diperairan Indonesia, malah akhirnya ditangkap dan ditahan oleh petugas keamanan laut Malaysia.

Peristiwa ini jelas sangat memukul perasaan, harkat dan martabat rakyat Indonesia, yang saat itu tengah memperingati hari ulang tahun kemerdekaannya. Pasang surut hubungan Indonesia – Malaysia sebenarnya sering mengalami masalah, seperti kasus Dwikora, Sipadan – Ligitan, Ambalat, dan seni kebudayaan bangsa yang banyak diklaim milik Malaysia.

Pengamat Hukum Internasional dari Universitas Nusa Cendana Kupang Wilhelmus Wetan Songa, SH.MHum, berpendapat utusan Indonesia dalam perundingan masalah perbatasan kedua negara di Kota Kinabalu, Negara Bagian


(13)

 

Sabah, Malaysia, pada hari ini, harus tegas melakukan diplomasi. "Diplomasi yang tegas itu dimaksud selain untuk memastikan batas wilayah sesungguhnya, juga sebagai salah bentuk peringatan terakhir bagi negeri Jiran itu tidak mengulang lagi tindakan-tindakan yang salah sebelumnya," katanya di Kupang, Senin, menanggapi perundingan antara Indonesia dan Malaysia di Kinabalu, 6 September 2010. Wetan Songa yang juga dosen Fakultas Hukum Undana Kupang ini, mengatakan, sudah menjadi ketetapan pemerintahan Indonesia bahwa masalah ini dipercepat, dan telah pula ditegaskan tahapan perundingannya,sehingga jangan sampai kesempatan ini disia – siakan. Karena menurut dia, berbagai diplomasi terdahulu antar pejabat tinggi kedua negara ini sering digelar,namun tidak ada hasil dan titik temu. Akibatnya berbagai pelanggaran dan insiden terus terjadi dan membuat hubungan RI-Malaysia semakin memanas seperti yang baru saja terjadi di perairan Selat Malaka dimana pihak Malaysia sewenang-wenang manangkap dan menahan tiga staf Kementerian Keluatan dan Perikanan RI hingga akhirnya berbuntut pada sengketa perbatasan RI – Malaysia.

Pemerintah Indonesia akhirnya mengirim nota diplomatik berisi protes keras kepada Malaysia, sehubungan dengan penangkapan dan penahanan tiga petugas Satuan Kerja Pengawas Kelautan dan Perikanan Tanjung Balai Karimun oleh Kepolisian Diraja Malaysia. Nota itu dikirim oleh Direktorat Jenderal Asia-Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri kepada Kedutaan Besar Malaysia di Indonesia kemarin siang."Intinya, nota diplomatik berisi protes pemerintah Indonesia atas pelanggaran nyata terhadap kedaulatan dan integritas wilayah kita,"


(14)

kata Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dalam keterangan persnya. Indonesia menyatakan mengecam tindakan Kepolisian Perairan Malaysia menahan tiga petugas Pengawas Kelautan dan Perikanan yang sedang berpatroli di perairan Indonesia."Itu bertentangan dengan hukum internasional,”Marty menegaskan .“Dari awal tidak dapat dibenarkan."Dalam nota diplomatik tersebut juga dicantumkan prosedur tetap apabila Malaysia memiliki keperluan untuk memasuki wilayah Indonesia, baik lewat darat, laut, maupun udara. "Termasuk prosedur tetap untuk menyikapi insiden seperti ini, supaya tidak berkembang menjadi masalah serius," Marty menambahkan.

Menurut Marty, nota diplomatik baru dapat dikirim setelah pihaknya memastikan kedua insiden yang terjadi. Dua insiden itu adalah penangkapan nelayan Malaysia oleh para petugas Indonesia yang sedang berpatroli, serta penangkapan oleh Polisi Perairan Malaysia yang terjadi di wilayah Indonesia. Marty mengatakan, Kementerian Luar Negeri merasa perlu mempelajari koordinat terjadinya insiden lebih dulu sebelum mengirim nota diplomatik. Dari situ bisa disimpulkan bahwa lokasi kejadian adalah wilayah Indonesia. "Tidak ada itu gray area. Wilayah kita jelas."Masalahnya, ia menjelaskan, pemerintah Malaysia rupanya juga memiliki klaim serupa di wilayah yang sama. "Memang terjadi overlapping klaim," ujarnya. Klaim Indonesia didasarkan pada Peta Nomor 349 Tahun 2009. Sedangkan Malaysia menyatakan klaimnya atas dasar peta yang lebih tua, yaitu keluaran tahun 1979. "Jadi, posisi kita jelas," kata Marty.Ia menolak tudingan sejumlah pihak yang mengatakan pemerintah kurang tegas


(15)

 

dalam menyikapi masalah yang selalu berulang dengan Malaysia ini. "Tugas Kementerian Luar Negeri memang melakukan diplomasi melalui instrumen tersebut."Aksi penangkapan oleh polisi Malaysia itu memicu protes banyak kalangan di berbagai daerah di Indonesia. "Tindakan Malaysia itu telah menyepelekan aparat dan bangsa kita secara keseluruhan," kata Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Priyo Budi Santoso.Di Sukabumi, Jawa Barat, kemarin ratusan orang yang tergabung dalam Forum Rakyat Miskin Bersatu Kota Sukabumi menggelar protes dengan membakar bendera Malaysia.

Mereka juga mendesak pemerintah bersikap lebih keras terhadap Malaysia. Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Dato Syed Manshe Afdzaruddin Syed Hassan, Selasa lalu memastikan insiden itu tak akan merusak hubungan Indonesia-Malaysia. "Selat Malaka begitu sempit. Jadi, ini bukan timbul masalah serobot menyerobot. Mereka hanya nelayan tradisional," katanya Sebelumnya, Menteri luar negeri Malaysia Anifah Aman untuk pertama kalinya menghadiri resepsi HUT kemerdekaan RI ke-65 yang diadakan KBRI Kuala Lumpur, Rabu malam.

Dengan mengenakan pakaian adat Melayu warna biru dan kain songket abu-abu, Anifah menerima nasi tumpeng dari Dubes RI untuk Malaysia Da`i Bachtiar sebagai ungkapan tanda terima kasih dan kehormatan atas kesediaannya hadir pada acara resepsi kemerdekaan Indonesia.Dalam kesempatan itu, Menlu Malaysia Anifah Aman mengatakan kepada pers mengenai ketegangan hubungan


(16)

kedua negara belakangan ini, "Secara keseluruhan hubungan Indonesia - Malaysia sangat baik dan makin baik. Baik di tingkat pemerintahan, pengusaha dan masyarakat kedua negara, tapi harus diakui ada segelintir yang selalu mau merusak hubungan baik itu," kata Anifah, di Kuala Lumpur."Karena kita bertetangga sudah pasti banyak masalah yang timbul, namun jika jaraknya jauh maka semakin kecil masalah yang timbul. Jadi wajar saja sebagai negara bertetangga sering terjadi konflik akibat salah paham dan lain sebagainya," tambah Menlu Malaysia itu. Namun dari kasus ini, Indonesia-Malaysia sudah sepakat untuk membuat SOP (standard operation procedure) terutama bagi pasukan di perbatasan agar masalah yang muncul di lapangan bisa diselesaikan sendiri, tidak harus sampai ke tingkat menteri bahkan kepala pemerintahan.Dalam resepsi ini, KBRI menampilkan tarian daerah dan pagelaran busana oleh desainer Ratih Sanggarwati.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri ternyata masih punya sejumlah pekerjaan rumah yang menahun soal garis batas wilayah Indonesia dengan negara tetangga. Menurut Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, perundingan perbatasan dengan sejumlah negara itu tak hanya wilayah daratan tapi juga perairan.

Perbatasan itu di antaranya adalah perbatasan wilayah darat Indonesia dengan Malaysia, Timor Leste, dan Papua Nugini. Adapun kawasan perairan di antaranya Indonesia dengan 10 negara seperti Malaysia, Singapura, Thailand,


(17)

 

Filipina, Vietnam, India, Palau, Timor Leste, Papua Nugini, dan Australia."Baru ada 16 perundingan batas laut yang sudah selesai," ujar Marty.

Sejauh ini, Indonesia telah melangsungkan perundingan bilateral dengan Malaysia, Singapura, Papua Nugini, Australia, India, Thailand, dan Vietnam, serta perundingan multilateral dengan Malaysia dan Singapura mengenai batas laut di sejumlah wilayah.Sedangkan sisanya, menurut Marty perundingan masih terus dilakukan. Ia mencontohkan, dengan Malaysia, Indonesia belum menyelesaikan perundingan untuk menentukan batas laut di Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Laut Sulawesi, dan perairan Kepulauan Riau lokasi terjadinya insiden penangkapan tiga petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) pekan lalu . "Perundingan sudah dan sedang terus menerus dilakukan," tegas Marty.Ketika ditanya mengenai rencana Malaysia dan Singapura memperluas daratannya dengan cara mengeruk pasir, ia hanya menjawab singkat, "(Perundingan) sedang berjalan juga."Menurut Marty, penyelesaian perundingan batas wilayah membutuhkan waktu yang lama sekali. "Dengan Vietnam baru selesai 30 tahun," ia mencontohkan. Namun ia mengakui menjadikan penentuan batas wilayah sebagai prioritas(www.suaramedia.com)

Dalam kehidupan masyarakat modern, komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang memegang peranan penting terutama dalam proses penyampaian informasi dari satu pihak kepada pihak lain. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memudahkan masyarakat dalam menerima informasi-informasi


(18)

tentang peristiwa-peristiwa pesat, pendapat, berita ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. Informasi yang layak diberitakan tersebut selanjutnya disajikan dalam media massa baik cetak maupun elektronik. Pemberitaan media cetak khususnya surat kabar masih tetap menjadi andalan untuk mengetahui berbagai peristiwa da kejadian. Hal ini antara lain karena didukung oleh sifat-sifat khas yang dimiliki oleh surat kabar disbanding media massa yang lain berupa radio dan televisi. Salah satu kelebihan surat kabar ialah mampu memberikan informasi yang lebih lengkap, bisa dibawa ke mana- mana, terdokumentasi sehingga mudah diperoleh bila diperlukan. Sekarang ini diperkirakan dari 45 orang penduduk Indonesia minimal ada satu orang yang berlangganan surat kabar (Cangara, 2004:126-127).

Untuk menyebarkan informasi-informasi kepada khalayak yang bersifat missal diperlukan sebuah media. Media yang dapat menyebarkan semua itu secara luas adalah media massa. Media massa pada umumnya memiliki khalayak yang heterogen dan anonym. Selain itu ciri-ciri dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserampakan menyampaikan informasi secara bersamaan dalam waktu yang sama, dan sifatnya melembaga serta umum (Ardianto dan Lukiati, 2004:9-10).

Media massa (mass media) adalah sarana komunikasi massa (channel of mass communication). Komunikasi massa sendiri, di kemukakan oleh Rakhmat yaitu sebagai jenis komunikasi yang dutjukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonym melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yag sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Ardianto,2004 : 7).


(19)

 

Menurut Melvin Defleur dan Sandra Ball Rakeach terdapat tiga perpektif tentang khalayak terhadap media, yaitu perpektif perbedaan individual, perspektif kategori sosial, perpektif hubungan sosial. Menurut Jefres mengemukakan bebrapa alasan mengapa orang menggunakan media massa, yaitu :situasi konsumsi/penggunaan media, pola penggunaan media massa. Erie Country Study mengemukakan bahwa media massa tidak mengontrol cara berfikir pemilih. Khalayak membutuhkan media massa berdasarkan motif-motif tertentu,karena itu media massa berusaha memenuhi kebutuhan sosial khalayak tertentu. Media yang mampu memuaskan khalayaknya adalah media yang efektif (Subiakto,2003 : 3 ). Scrham dan Roberts menyatakan bahwa suatu audience yang sangat efektif mencari apa yang mereka inginkan, menolak isi media dan pesan yang tidak sesuai serta menguji pesan media atau membandingkannya dengan isi media lainnya (Lilik, 2001 : 3).

Media massa terbagi menjadi dua yaitu media cetak dan media elektronik. Pertama, media massa elektronik yang meliputi : Radio, televisi, internet dan sebagainya. Kedua, media massa cetak yang meliputi : surat kabar, majalah, tabloid, harus bercirikan publisitas, universalitas dan aktualitas. Publisitas diartikan bahwa media cetak diperuntukkan untuk umum dan harus menyangkut kepentingan umum. Sedangkan universalitas diartikan bahwa media cetak harus memuat aneka berita mengenai kejadian-kejadian tentang segala aspek kehidupan manusia. Dan aktualitas dapat diartikan bahwa media cetak juga harus memiliki kecepatan dalam setiap menyampaikan laporan kepada khalayaknya.


(20)

Surat kabar, majalah, tabloid atau media berkala lainnya masuk didalam kategori media cetak. Berbicara mengenai media cetak juga tidak bisa lepas dari kegiatan jurnalistik. Jurnalistik juga dapat didefinisikan sebagai teknik mengelola berita mulai dari mendapatkan bahan informasi sampai kepada penyebarluasan informasi kepada khalayak luas. Baik itu fakta maupun opini yang diucapkan oleh orang lain, bila kedua hal tersebut dikategorikan menarik maka akan menjadi bahan dasar bagi jurnalistik, yang digunakan sebagai berita untuk disebarluaskan kepada masyarakat, Jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis untuk Surat kabar, majalah, taboid atau media cetak berkala lainnya (Assegaff, 1983 : 9).

Media cetak surat kabar mempunyai kelebihan lain selain mampu membentuk persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting,yaitu memungkinkan penyampain pesan secara serempak dalam waktu yang relative singkat dan bersamaan kepada para pembacanya yang berisfat anonym, heterogen, dan secara fisik berjauhan. Kelebihan lain yang dimiliki oleh media cetak dan ini tidak dimiliki oleh media massa elektronik adalah media massa cetak termasuk surat kabar memberikan kesempatan berfikir dan berefleksi kepada pembacanya yang justru pada kesempatan untuk berefleksi itulah letak kesanggupan manusia berfikir dan berkomunikasi dengan dirinya maupu dengan lingkungannya.


(21)

10 

 

Perbatasan menjadi permasalahan antara negara Indonesia dengan Malaysia yang sampai saat ini belum menemukan titik terang. Begitu pula tentang pemberitaan yang muncul diberbagai media massa salah satunya di surat kabar Jawa Pos edisi 16 Agustus 2010 “Indonesia memprotes Malaysia” dimana terjadi penyanderaan oleh Polis Diraja Malaysia. Kemenlu berusaha untuk membebaskan tiga petugas (DKP). Kronologi penyanderaan tersebut saat patrol di perairan Tanjung Berakit, Bintan, Kepri, petugas gabungan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Batam menangkap tujuh nelayan Malaysia yang mencari ikan di kawasan itu. Tiga petugas DKP lalu pindah ke kapal nelayan untuk menggiring mereka ke Batam guna diperiksa. Ketika membawa tujuh nelayan Malaysia tersebut menuju Batam untuk diperiksa, petugas DKP dihadang polisi perairan Malaysia. Mereka meminta petugas DKP melepas tujuh nelayan Malysia. Tetapi, petugas DKP menolak melepaskan. Terjadi ketegangan, polisi perairan Malaysia marah dan melepaskan dua tembakan peringatan ke petugas DKP yang tidak bersenjata. Tiga petugas DKP yang membawa tujuh nelayan Malaysia segera merapat ke kawasan Indonesia. Tiga petugas DKP lainnya digiring Polisi Malaysia karena berada di kapal nelayan Malaysia. Mereka lantas dibawa ke Johor. Penangkapan tiga petugas Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan Riau (DKP Kepri) yang berpatroli di perbatasan laut oleh pasukan Gerak Marin atau Marine Police Malaysia (MPM) berbuntut. Kemenlu serta Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia memprotes keras pemerintah Indonesia. Dan di surat kabar Jawa Pos edisi 25 Agustus 2010 menceritakan mengenai testimoni tiga petugas DKP Kepri yang ditahan Polisi Malaysia. Tiga petugas DKP tidak yakin dengan posisi pada


(22)

saat penangkapan berlangsung dikarenakan pada saat ketegangan terjadi global positioning system (GPS) dalam kondisi mati karena kehabisan baterai. Padahal rekaman GPS yang menunjukkan posisi kapal tersebut sebenarnya bisa menjadi modal kuat bagi Indonesia untuk berdiplomasi dengan Malaysia. Namun salah satu petugas mengatakan bahwa ia yakin betul berada di wilayah Indonesia karena hanya 30 menit perjalanan dari pantai. Pada saat penahanan Seivo salah satu petugas DKP yang ditahan mengatakan polisi Malaysia tidak melakukan kekerasan fisik. Meskipun introgasi sempat dilakukan dengan nada keras. Tiga petugas DKP itu juga membantah dugaan adanya pemerasan kepada nelayan Malaysia dengan berani bersumpah.

Dengan menanggapi pemberitaan mengenai Penangkapan Petugas DKP Kepri oleh Polisi Malaysia di Surat Kabar Jawa Pos tentang pelanggaran perbatasan wilayah kelautan telah terjadi pro dan kontra mengenai perbatasan yaitu sebagai berikut :

Menurut Munawar seharusnya dalam setiap operasi pengawasan perikanan ada satuan tugas gabungan yang melibatkan POLRI atau TNI AL, sehingga tindakan serta kekuatan kapal patrolinya bisa bertambah. "Sehingga laut serta ikan atau potensi-potensi yang ada didalamnya sudah saatnya harus di perhatikan sebagai aset besar yang harus di jaga dari praktek-praktek illegal fishing," tandas anggota FPKS ini. Menurut anggota Komisi IX DPR Rofi’ Munawar "Tindakan khusus seperti pembakaran dan penenggelaman kapal-kapal ikan berbendera asing yang melakukan illegal fishing saat ini diharapkan bisa menjadi opsi pertama yang diambil," ujar anggota Komisi IX DPR, Rofi’ Munawar dalam siaran pers yang dikirim kepada detikcom, Senin (16/8/2010). Komisi IV adalah komisi DPR yang membidangi pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, perikanan, dan pangan. (http://gresnews.com/ch/TopStories/cl/Laskar+Merah+Putih/id/1412750/Soal+Penang kapan+3+Petugas+DKP+Malaysia+Harus+Diberi+Pelajaran)


(23)

12 

 

Sedangkan untuk opini yang bersifat kontra adalah sebagai berikut :

Menurut Dubes Malaysia untuk Indonesia Datuk Syed Munshe Afdzaruddin menilai,insiden di Selat Malaka yang berakibat ditangkanya tiga petugas Dinas Kelautan dan Perikanan Kepri oleh Malaysia sebagai insiden kecil.Hal ini disampaikannya usai mengikuti upacara puncak peringatan nasional HUT ke-65 RI di Istana Merdeka. Jalan Medan Merdeka Utara.Jakarta Selasa(17/80. “Ini isu kecil yang bisa dilakukan (diselesaikan) dengan persahabatan serumpun. Hubungan Malaysia dan Indonesia perfect,tidak ada keraguan,”ujar Afdzaruddin. Dia juga menegaskan, tujuh nelayan yang tertangkap di wilayah perairan Indonesia tidak bermaksud melakukan penyusupan atau provokasi terhadap patroli Indonesia. Mereka adalah para nelayan tradisonal yang sehari-hari mencari ika di perariran tersebut dan tidak sengaja perahunya melewati batas wilayah. (htpp://bataviase.co.id/node/346553)

 Opini adalah suatu hasil interaksi dan pemikiran manusia tentang suatu hal yang kemudian dinyatakan atau diekspresikan. Dalam kaitan dengan proses komunikasi terdapat efek, dan salah satu jenisnya adalah opini. Opini dapat diidentifikasikan sebagai suatu pernyataan atau sikap dalam berkata-kata. Dengan kata lain, individu mempunyai kecenderungan bertindak sesuai dengan kepercayaan mengacu pada apa yang diterima adalah benar.

Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui bagaimana arah opini masyarakat tentang pemberitaan penangkapan petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP Kepri) oleh polisi Malaysia tentang pelanggaran perbatasan wilayah kelautan di Jawa Pos. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin melihat dan ingin mengetahui opini masyarakat mengenai pemberitaan yang membawa hubungan diplomatik antara Indonesia – Malaysia yang kembali memanas. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat (usia 17 – 50 tahun) karena asumsi mereka kritis terhadap realitas sosial yang terjadi di masyarakat dan mampu memberikan alasan. Dan sampel yang digunakan adalah masyarakat yang bertempat tinggal di Surabaya dikarenakan koran Jawa Pos


(24)

merupakan harian terbesar di Jawa Timur, dan merupakan salah satu harian dengan oplah terbesar di Indonesia.Jawa Pos mengklaim sebagai "Harian Nasional yang Terbit dari Surabaya" sebagai kantor pusatnya yang bertempat di Gedung Graha Pena Jalan Ahmad Yani 88 Surabaya (www.wikipedia.com/07/05/2001/22;59).Selain itu masyarakat Surabaya yang memliki ciri kosmopolitan antara lain masyarakatnya bersifat individual, suka pada keterbukaan dan dekat dengan media massa, dan Surabaya juga merupakan kota metropolis dan kota terbesar kedua setelah Jakarta dilihat dari padatnya penduduk. Selain itu, mengapa peneliti memilih kota Surabaya sebagai wilayah penelitian karena masyarakat Surabaya banyak menerima informasi dan daerah perkotaan merupakan tempat yang penduduknya mudah memperoleh media massa khususnya media cetak.

Peneliti berlandaskan pada teori S-O-R terdiri dari singkatan Stimulus, Organism, dan Response. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi – reaksi, artinya model ini nantinya berguna untuk memberikan gambaran tentang efek media, dimana teori tersebut menunjukkan adanya respon dari audience selaku komunikan dalam menanggapi stimulus berupa akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu. Uraian diatas merupakan permasalahan yang melatar belakangi ketertarikan peneliti untuk meneliti Opini Masyarakat Tentang Pemberitaan Penangkapan Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepulauan Riau oleh Polisi Malaysia di Surat Kabar Jawa Pos.


(25)

14 

 

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahnnya adalah “ Bagaimana arah opini masyarakat tentang Pemberitaan Penangkapan Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepulauan Riau oleh Polisi Malaysia di Surat Kabar Jawa Pos ”?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : untuk mengetahui opini masyarakat tentang Pemberitaan Penangkapan Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepulauan Riau oleh Polisi Malaysia di Surat Kabar Jawa Pos

1.4. Manfaat Penelitian 1. Secara Akademis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukkan bagi perkembangan Ilmu Komunikasi khususnya dalam bidang komunikasi massa yaitu pada pengaruh media massa cetak yang berkaitan dengan opini khalayak khususnya bagi masyarakat.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta masukkan untuk mengetahui Opini Masyarakat Terhadap Pemberitaan di Jawa Pos tentang


(26)

       

perbatasan wilayah kelautan antara Indonesia dengan Malaysia serta memberi pandangan kepada khalayak akan pentingnya informasi


(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Media Komunikasi Massa

Menurut Effendy (2003:79), komunikasi massa (mass communication) disini ialah komunkasi melalui media massa modern yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop. Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media.

Melakukan kegiatan komunikasi massa jauh lebih sukar daripada komunikasi antar pribadi. Seorang komunikator yang menyampaiakan pesan kepada ribuan pribadi yang berbeda pada saat yang sama, tidak akan bisa menyesuaikan harapannya untuk memperoleh tanggapan mereka secara pribadi. Suatu pendekatan yang bisa mereganggakn kelompok lainnya. Seorang komunikator melalui media massa yang mahir adalah seseorang yang berhasil menemukan metode yang tepat untuk menyiarkan pesannya guna membina empati dengan jumlah terbanyak diantara komunikannya. Meskipun jumlah komunikan bisa mencapai tujuan, kontak yang fundamental adalah dua orang, benak komunikator harus mengenai setiap komunikan. Komunikasi massa yang berhasil ialah kontak pribadi yang diulangi ribuan kali secara serentak (Effendy,2003:80).


(28)

Seseorang yang akan menggunakan media massa sebagai alat untuk melakukan kegiatan komunikasinya perlu memahami karakteristik komunkasi massa diantaranya (Efendy,2003:81-83) :

a. Komunikasi massa bersifat umum artinya pesan komunikasi yang disampaiakan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang.

b. Komunikasi bersifat heterogen artinya perpaduan antara jumlah komunikan yang besar dalam komunikasi massa dengan keterbukaan dalam memperoleh pesan-pesan komunikasi erat sekali hubungannya dengan sifat heterogen komunikan.

c. Media massa menimbulkan keserampakkan artinya keserampakkkan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya dalam keadaan terpisah.

d. Hubungan komunikator-komunikan bersifat non pribadi, karena komunikan yang anonim dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator. Sifat non pribadi ini timbul disebabkan karena teknologi dari penyebaran yang massal dan sebagian lagi dikarenakan syarat-syarat bagi peranan komunikator yang bersifat umum.

2. 2 Surat Kabar

Menurut Junaedhi (1991:257), surat kabar merupakan salah satu kajian dalam studi ilmu komunikasi, khususnya pada studi komunikasi massa. Dalam buku”Ensiklopedia Pers Indonesia” disebutkan bahwa pengertian surat kabar


(29)

18   

sebagai sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa cetak yaitu berupa lembaran-lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan yang diterbitkan secara berkala :bias harian, mingguan dan bulanan, serta diedarkan secara umum.

Menurut Effendy, (2003:149(, idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan fungsinya, selain menyiarkan informasi yang objektif dan edukatif, menghibur melakukan control sosial yang konstruktif dengan menyalurkan segala aspirasi masyarakat, serta mempengaruhi masyarakat dengan melakukan komunikasi dan peran serta positif dari masyarakat itu sendiri. Sementara (Sumadiria,2005 : 32-35) dalam Jurnalistik Indonesia menunjukkan 5 fungsi dari pers yaitu :

1. Fungsi informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi secepat-cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya yang actual, akurat, factual, dan bermanfaat.

2. Fungsi edukasi, maksudnya disini informasi yang disebar luaskan pers hendaknya dalam kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers harus mau dan mampu memerankan dirinya sebagai guru pers.

3. Fungsi hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat.

4. Fungsi kontrol sosial atau koreksi, pers mengemban fungsi sebagai pengawas pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa menyalahkan ketika melihat penyimpangan dan ketidak adilan dalam suatu masyarakat atau negara.


(30)

5. Fungsi mediasi, dengan fungsi mediasi, pers mampu menjadi fasilitator atau mediator menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain, peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain, atau orang yang satu dengan yang lain.

2.2.1 Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa

Banyak pengertian yang memberikan penjelasan tentang komunikasi massa secara umum, komunikasi massa diartikan sebagai komunikasi yang menggunakan media massa, baik secara cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen.

Menurut pendapat Tan Wrigt, (dalam Liliweri,1991), komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu (Ardianto dan Lukiati,2004 : 3).

Media massa merupakan sarana penyampaian isi pesan atau pernyataan atau informasi, yang bersifat umum kepada sejumlah orang yang relatif berjumlah besar, tersebar heterogen, anonym, dan mempunyai perhatian pada isi pesan yang sama, serta tidak mampu memberikan arus balik secara langsung pada saat itu juga. Media massa harus diterbitkan secara periodik, isi pesan harus bersifat umum, menyangkut semua permasalahan, mengutamakan aktualitas dan harus dapat disajikan secara berkesinambungan (Wahyudi,1991:90).


(31)

20   

Menurut Agee secara kontemporer surat kabar memiliki tiga fungsi utama yaitu, to inform (menginformasikan kepada pembaca secara obyektif tentang apa yang terjadi dalam suatu komunitas, negara dan dunia), to comment (mengomentari berita yang disampaikan dan mengembangkannya ke dalam fokus berita), dan to provide )menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan barang dan jasa melalui pemasangan iklan di media) (Ardianto dan Lukiati,2004 : 98).

Salah satu media komunikasi massa dalam bentuk media cetak adalah surat kabar. Dengan sendirinya didalam surat kabar terkandung sifat – sifat komunikasi massa.

Hal ini dapat diketahui dari batasan atau criteria standart surat kabar. Berikut ini batasan surat kabar dari Dja’far H. Assegaff, 1991 : 140 :

“Surat kabar adalah penerbitan yang berupa lembaran yang berisi berita-berita, karangan-karangan, iklan yang dicetak dan terbit secara tetap, periodik dan dijual untuk umum”.

Surat kabar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah surat kabar yang terbit setiap hari atau biasa disebut dengan surat kabar harian.

2.2.2 Surat Kabar Sebagai Fungsi Informasi

Fungsi informasi disini sebagai sarana untuk menyampaikan informasi secepat-cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya yang actual, akurat, factual, dan bermanfaat.Sebagai media pembawa pesan – pesan kepada masyarakat, pers diharapkan mampu menghimpun dan menyajikan informasi –


(32)

informasi yang penting dan layak yaitu dapat mengembangkan wawasan dan meningkatkan pengetahuan. Surat kabar juga mampu menyuguhkan informasi penting namun tetap ringan dan tetap menarik untuk disimak, bahkan mungkin diliput dari perhatian kebanyakan orang dan diabaikan dalam menyajikan berita langsung karena keterbatasan waktu pemuatan. Banyak peristiwa/ kejadian/ persoalan yang masih layak diberitakan namun tidak cocok untuk disajikan secara berita langsung atau reportase namun bisa disajikan lewat feature (Sumadiria,2005 : 32-35)

2.2.3 Surat kabar sebagai Kontrol Sosial

Kontrol Sosial menurut J.S Roucek dalam pengendalian sosial (1987:2) adalah sekelompok proses yang direncanakan atau tidak yang mana individu diajarkan atau dipaksa untuk menerima cara-cara dan nilai keidupan kelompok. Dari definisi ini menonjol sifat kolektif dan usaha kelompok untuk mempengaruhi individu agar tidak menyimpang dari apa yang oleh kelompok dinilai sangat baik. Dalam hubungan ini individu bahkan dapat dipaksa untuk kalau perlu bertindak bertentangan dengan keinginannya untuk mengikuti nilai-nilai yang benar menurut kepentingan bersama.

Sedangkan pengertian lain dari kontrol sosial adalah tekanan mental terhadap individu dalam bersikap dan bertindak sesuai penilaian kelompok. (Susanto,2000:115) Dalam hal ini sebenarnya kontrol sosial bertujuan :

1. Menyadarkan individu tentang apa yang sedang dilakukannya. 2. Mengadakan himbauan kepada individu untuk mengubah sikap diri.


(33)

22   

3. Perubahan sikap yang kemudian diusahakan untuk menjadi norma baru (Susanto,200:116).

Idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan fungsinya, selain menyiarkan informasi yang objektif dan edukatif, menghibur, melakukan control sosial yang konstruktif dengan menyalurkan segala aspirasi masyarakat, serta mempengaruhi masyarakat dengan melakukan komunikasi dan peran serta positif dari masyarakat itu sendiri (Effendy,2003:149)

2.3 Opini

Opini adalah tanggapan aktif terhadap rangsangan, tanggapan yang disusun melalui interpretasi personal yang diturunkan dan turut membentuk citra. Setiap opini merefleksikan organisasi yang kompleks yang terdiri dari atas tiga komponen yaitu kepercayaan, nilai, dan pengharapan (Rahmat,2006:10)

Menurut Kasali (2003:19) Opini dapat dinyatakan secara aktif maupun pasif. Opini dapat dinyatakan secara verbal, terbuka dengan kata-kata yang dapat ditafsirkan secara jelas, ataupun melalui pilihan-pilihan kata yang sangat halus dan tidak secara langsung dapat diartikan (konotatif). Opini dapat pula dinyatakan melalui perilaku, bahasa tubuh, raut muka, symbol-simbol tertulis, pakaian yang dikenakan, dan oleh tanda-tanda lain yang terbilang jumlahnya, melalui refrensi, nilai-nilai,pandangan, sikpa dan kesetiaan.

Opini dinilai sebagai jawaban atau pendapat yang diucapkan oleh individu terhadap suatu rangsangan atau situasi yang mengemukakan beberapa pernyataan yang dipermasalahkan.


(34)

Menurut Efendy (1990:85), dinyatakan bahwa opini itu sendiri tidak mempunyai tingkatan namun mempunyai arah, yaitu seperti dibawah ini:

1. Opini Positif, jika responden memberikan pernyataan setuju menerima, mendukung, atau berpendapat baik.

2. Opini Netral, jika responden memberikan pernyataan ragu-ragu termasuk didalamnya tidak berpendapat.

3. Opini Negatif, jika responden memberikan pernyataan tidak setuju/bagus,tidak menerima, tidak mendukung atau berpendapat tidak baik.

Dengan kata lain individu mempunyai kecenderungan bertindak sesuai dengan kepercayaan mengacu pada apa yang diterima adalah benar atau tidak benar, berdasarkan pengalaman masa lalu, pengetahuan, persepsi yang berkesinambungan.

Maka dapat disimpulkan bahwa opini merupakan ekspresi tentang sikap (kecenderungan untuk memberikan respon) terhadap suatu masalah / situasi tertentu dan berupa pernyataan yang diucapkan atau tulisan sebagai jawaban yang diucapkan atau diberikan oleh individu terhadap suatu rangsangan.

Opini dikatakan sebagai tanggapan aktif terhadap rangsangan. Tanggapan disusun melalui interpretasi personal yang diturunkan dan akan menimbulkan perasaan, pemikiran, dan kesudiannya terhadap sesuatu yang tejadi. Untuk mengetahui opini individu terhadap obyek, dapat dilihat dari pendapat William dan Cleve (1994:14), bahwa setiap opini mempunyai 3 unsur, yaitu :


(35)

24   

mengacu pada sesuatu yang diterima khalayak benar atau tidak berrdasarkan pengalaman pada masa lalu, pengetahuan dan informasi sekarang serta persepsi yang berkesinambungan.

2. Nilai (value) dalam hal ini melibatkan kesukaan atau ketidaksukaan,cinta dan kebencian, hasrat dan ketakutan. Bagaimana orang menilai sesuatu dan intensitas penilaiannya apakah kuat, lemah atau netral.

3. Pengharapan, yakni mengandung citra seseorang tentang apa keadaannya setelah tindakan pengharapan ditentukan dari pertimbangan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa lalu, keadaan dan sesuatu yang kira-kira akan terjadi jika dilakukan sesuatu perbuatan tertentu.

Secara umum opini publik yaitu efek komunikasi dalam bentuk pernyataan yang bersifat controversial dari sejumlah orang sebagai pengekspresian sikap terhadap masalah sosial yang menyangkut kepentingan umum. (Effendy,1991:88) Opini dalam penelitian ini dimaksudkan pada respons masyarakat mengenai pemberitaan penangkapan tersebut.

2.4 Pengertian Berita

Berita berasal dari bahasa sansekerta, yakni Vrit yang dalam bahasa Inggris disebut Write, arti sebenarnya ialah ada atau terjadi. Sebagian ada yang menyebut dengan Vritta dalam bahasa Indonesia kemudian menjadi berita atau warta. Menurut kamus Bahasa Indonesia kemudian menjadi berita atau warta. Menurut kamus Bahasa Indonesia karya W.J.S Poerwodarminto, “Berita” berarti kabar atau warta. Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia terbitan Balai


(36)

Pustaka, arti berita diperjelas menjadi laporan “laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat”. Jadi berita dapat dikaitkan dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi (Djuroto,2003 : 1)

Menurut Dja’far H. Asseagaff, berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa (baru), yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca (Djuroto,2003 :6).

Untuk menulis berita, paling tidak harus memenuhi beberapa syarat yaitu berita harus tepat (pemilihan kata-kata dalam menyusun kalimat harus tepat dan benar), berita harus ringkas (harus menggunakan kalimat yang ringkas, tidak berbelit, dan hindari kata-kata yang tidak perlu), berita harus jelas (susunan kalimat berita, kata demi kata, harus dirangkai secara tepat dan mengandung arti yang jelas), berita harus sederhana (susunan kata dan rangkaian kalimat dibuat sesederhana mungkin dan harus sesuai dengan standar bahasa Indonesia yang baik dan benar), dan berita harus dipercaya (semua kalimat mempunyai arti dan makna yang benar dan masuk akal) (Djuroto,2003:50-53).

Fungsi utama dari pers sendiri diantara lain yaitu informasi (to inform) adalah menyampaikan informasi secepat-cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya dan setiap informasi yang akan disampaikan harus memenuhi kriteria dasar seperti aktual, factual, menarik atau penting, benar, lengkap-utuh, jelas-jernih, jujur-adil, berimbang, relevan, bermanfaat dan etis, edukasi (to educate) adalah harus mendidik masyarakat serta ikut berperan dalam mewariskan nilai-nilai luhur universal, nilai-nilai dasar nasional, dan kandungan budaya-budaya lokal dari satu generasi ke generasi berikutnya secara estafet koreksi (to


(37)

26   

entertain) adalah harus menghibur masyarakat dengan menyajikan wahana hiburan yang menyehatkan dan menyenangkan seperti cerita pendek sampai pada teka-teki (Sumadiria,2005:32-34).

Cakupan tersebut dapat dicatat bahwa kata-kata seperti fakta, akurat, ide, tepat waktu, menarik, penting, opini dan sejumlah pembaca merupakan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian. Dengan demikian disimpulkan bahwa berita adalah suatu fakta, idea atau opini actual yang menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca, pendengar, penonton (Muda,2003:22) Sebuah berita menjadi menarik untuk dibaca, didengar atau ditonton, jika berita tersebut memiliki nilai atau bobot yang berbeda antara satu dan yang lainnya.

Nilai berita tersebut sangat tergantung pada pertimbangan seperti berikut : 1. Aktual

Sesuatu yang baru, peristiwa yang baru terjadi atau masih hangat dibicarakan masyarakat. Peristiwa yang baru terjadi dianggap lebih menarik daripada peristiwa yang sudah lama terjadi. Namun bila kita bisa mendapatkan data baru mengenai suatu peristiwa yang sudah lama terjadi, maka kita bisa mengangkatnya menjadi suatu berita.

2. Jarak

Berita mengenai suatu kejadian di daerah tertentu akan dianggap lebih menarik oleh masyarakat di sekitar lokasi peristiwa tersebut terjadi.


(38)

3. Terkenal

Terkenal diartikan bahwa orang yang terlibat dalam suatu peristiwa yang akan diberitakan sudah dikenal masyarakat. Kriteria orang yang hendak diberitakan harus dapat meraih banyak perhatian masyarkat. Semakin terkenal orang tersebut maka semakin tinggi nilai beritanya. Sedikit saja berita dari orang terkenal akan diprioritaskan untuk diangkat.

4. Keluarbiasaan

Keluarbiasaan terkait dengan suatu kejadian yang jarang disaksiakan atau sama sekali tidak pernah menyaksikan, aneh, atau unik, mengagetkan atau mengherankan setiap orang yang mendengarkan atau melihatnya atau juga yang membacanya. Peristiwa yang terjadi merupakan peristiwa besar yang melibatkan banyak orang, bencana alam, ledakan bom, gerhana, orang setinggi 3 meter, manusia katak dan lain sebagainya.

5. Akibat

Manusia memiliki sifat agosentris selalu mementingkan diri sendiri. Jadi suatu kejadian atau peristiwa yang mempunyai pengaruh atau akibat selalu menarik perhatian masyarakat karena dapat menggugah sifat agosentrisnya.

6. Ketegangan

Suasana tegang yang sedang terjadi di dalam kehidupan masyarakat dapat diangkat menjadi suatu berita karena kebanyakan ketegangan mampu menarik perhatian masyarakat. Masyarakat cenderung antusias untuk melihat atau mendengar berita yang menegangkan.


(39)

28   

7. Pertentangan

Pertentangan yang terjadi dalam berbagai bentuk, seperti perang, tawuran, bentrok akan semakin menarik bagi masyarakat penikmat berita.

8. Seks

Seks ternyata juga memiliki andil dalam menarik perhatian masyarakat. Masyarakat sangat membutuhkan berita mengenai seks karena memang setiap orang tak dapat dipisahkan dari kehidupan seks. Berita mengenai seks dapat memberikan peringatan akan bahayanya penyakit-penyakit seks.

Pengetahuan mengenai seks yang disampaikan melalui sebuah berita mampu mencegah masyarakat dari bahaya seks bebas. Dalam penyampaiannya seorang penulis harus berhati-hati agar tidak malah menjadi boomerang bagi masyarakat pelaku seks. Bahasa penulisan harus terhindar dari kata-kata yang merangsang pembacanya.

9. Human Interest

Suatu berita yang mengandung nilai kemanusiaan sangat aik untuk diangkat. Dapat menumbuhkan rasa keeratan di antara masyarakat yang anonym, heterogen, dan sangat luas. Manusia dipandang sangat menarik sehingga patut untuk diberitakan.

10. Emosi

Di dalam berita juga harus terkandung unsure perasaan seorang manusia. Berita sangat mampu mempengaruhi emosi sesorang. Emosi merupakan salah satu sifat manusia yang didahului dengan rasa simpati. Simpati yang ditimbulkan oleh suatu berita selalu menarik perhatian pembaca. Sehingga bagaimana seorang


(40)

wartawan mampu mengemas berita yang simpatik dengan cara mengetuk hati nurani pembaca hingga sifat simpatinya muncul ( Djuroto, 2003 : 14 -25).

2.5 Hubungan Diplomatik antara Indonesia dengan Malaysia Terhadap Perbatasan Wilayah Kelautan

Pengamat Hukum Internasional dari Universitas Nusa Cendana Kupang Wilhelmus Wetan Songa, SH.MHum, berpendapat, utusan Indonesia dalam perundingan masalah perbatasan kedua negara di Kota Kinabalu, Negara Bagian Sabah, Malaysia, pada hari ini, harus tegas melakukan diplomasi. "Diplomasi yang tegas itu dimaksud selain untuk memastikan batas wilayah sesungguhnya, juga sebagai salah bentuk peringatan terakhir bagi negeri Jiran itu tidak mengulang lagi tindakan-tindakan yang salah sebelumnya," katanya di Kupang, Senin, menanggapi perundingan antara Indonesia dan Malaysia di Kinabalu, 6 September 2010. Wetan Songa yang juga dosen Fakultas Hukum Undana Kupang ini, mengatakan, sudah menjadi ketetapan pemerintahan Indonesia bahwa masalah ini dipercepat, dan telah pula ditegaskan tahapan perundingannya,sehingga jangan sampai kesempatan ini disia – siakan. Karena menurut dia, berbagai diplomasi terdahulu antar pejabat tinggi kedua negara ini sering digelar,namun tidak ada hasil dan titik temu. Akibatnya berbagai pelanggaran dan insiden terus terjadi dan membuat hubungan RI-Malaysia semakin memanas seperti yang baru saja terjadi di perairan Selat Malaka dimana pihak Malaysia sewenang-wenang manangkap dan menahan tiga staf Kementerian


(41)

30   

Keluatan dan Perikanan RI hingga akhirnya berbuntut pada sengketa perbatasan RI – Malaysia.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 1 September 2010 di Mabes TNI Jakarta, menegaskan, perundingan batas wilayah Indonesia-Malaysia segera dituntaskan agar tidak terjadi insiden yang mengganggu hubungan kedua negara. "Pemerintah Indonesia berpendapat bahwa solusi yang paling tepat untuk mencegah dan mengatasi insiden-insiden serupa adalah, dengan cara segera menuntaskan perundingan, “ kata Presiden. Presiden menjelaskan, perundingan yang dilakukan meliputi perundingan batas wilayah darat dan maritim termasuk di wilayah selat singapura dan perairan Sulawesi atau perairan Ambalat. "Indonesia berpendapat bahwa perundingan menyangkut batas wilayah ini dapat diefektifkan pelaksanaannya dan kalau dapat hasilnya aawal dapat diketahui," kata Yudhoyono. Presiden menambahkan, perundingan harus didasari niat dan tujuan yang baik, agar insiden-insiden serupa yang mengganggu hubungan kedua bangsa dapat dicegah dan ditiadakan.

Menurut Wetan Songa, untuk dapat berdiplomasi dengan tegas dan dapat menuntaskan pokok persoalan, maka para juru ruding dari Indonesia harus menguasai dengan persis setiap agenda yang akan dibahas dengan dalil yang mumpuni dan didukung dengan data akurat. Artinya bahwa tidak 100 persen, pertemuan hari ini, harus langsung menuntaskan seluruh masalah yang dirundingkan, tetapi paling tidak, ada titik terang terutama batas wilayah laut yang selama ini menjadi pemicu ketegangan kedua negara yang masih satu rumpun itu.


(42)

Ia mengatakan Perundingan Kinabalu harus menjadi tonggal awal kesuksesan nagi perundingan-perundingan masalah perbatasan perairan lain antara Indonesia dengan sekitar 10 negara tetangga yang selama ini masih menyimpan pontensi konflik batas maritim diantaranya Australia, Singapura, India, Filipina, Thailand, Vietnam, Papua Niuguine dan Timor Leste.

"Potensi yang nampak dan sekarang sedang dalam pembahasan, adalah, batas laut teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan landas kontinental," katanya. Potensi dan peluang konflik perbatasan yang masih dan sedang terjadi adalah kegiatan "illegal fishing" oleh nelayan-nelayan tradisional maupun nelayan yang memiliki peralatan modern.

Dia mengatakan untuk mengantisipasi potensi konflik wilayah perairan tersebut dengan negara tetangga, maka Indonesia harus proaktif membuat perjanjian seperti, batas laut teritorial dengan Malaysia tahun 1970, Singapura tahun 1973 dan terakhir tahun 2009, namun belum diratifikasi. "Perjanjian dengan Australia soal batas ZEE tahun 2003, namun belum dirativikasi. Batas landasan kontinental dengan Malaysia tahun 1969, dengan Australia tahun 1971 dan 1972, dengan Thailand tahun 1971 dan 1975, India 1974 dan 1977, Vietnam tahun 2003 tetapi belum diratifikasi juga," katanya. Sedangkan katanya batas maritim yang belum dilakukan perundingan bilateral adalah, batas laut Teritorial dengan Malaysia di Tanjungdatu, Kalimantan Barat dan perairan Sebatik, Kalimantan Timur. Singapura di segmen Timur, Selat Singapura dan Timor Leste di Laut Sawu, Selat Wetar dan Laut Timor. "Penetapan batas-batas maritim tersebut ditentukan berdasarkan ketentuan United


(43)

32   

Nations of Convension on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 82) atau Konvensi Hukum Laut Internasional yang diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia melalui UU No.17 tahun 1985, tentang Hukum Laut," katanya. (ANT/K004) (http://www.antaranews.com/berita/1283709372/indonesia-harus tegas berdiplo- masi-soal-batas-ri-malaysia).

2.6 Pemberitaan Penangkapan Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepulauan Riau oleh Polisi Malaysia di Surat Kabar Jawa Pos Di Surat Kabar Jawa Pos edisi 16 Agustus 2010 “Indonesia memprotes Malaysia” dimana terjadi penyanderaan oleh Polis Diraja Malaysia. Kemenlu berusaha untuk membebaskan tiga petugas DKP. Kronologi penyanderaan tersebut saat patrol di perairan Tanjung Berakit, Bintan, Kepri, petugas gabungan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Batam menangkap tujuh nelayan Malaysia yang mencari ikan di kawasan itu. Tiga petugas DKP lalu pindah ke kapal nelayan untuk menggiring mereka ke Batam guna diperiksa. Ketika membawa tujuh nelayan Malaysia tersebut menuju Batam untuk diperiksa, petugas DKP dihadang polisi perairan Malaysia. Mereka meminta petugas DKP melepas tujuh nelayan Malaysia. Tetapi, petugas DKP menolak melepaskan. Terjadi ketegangan, polisi perairan Malaysia marah dan melepaskan dua tembakan peringatan ke petugas DKP yang tidak bersenjata. Tiga petugas DKP yang membawa tujuh nelayan Malaysia segera merapat ke kawasan Indonesia. Tiga petugas DKP lainnya digiring Polisi Malaysia karena berada di kapal nelayan Malaysia. Mereka lantas


(44)

dibawa ke Johor. Penangkapan tiga petugas Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan Riau (DKP Kepri) yang berpatroli di perbatasan laut oleh pasukan Gerak Marin atau Marine Police Malaysia (MPM) berbuntut. Kemenlu serta Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia memprotes keras pemerintah Malaysia. Indonesia menilai penangkapan itu tidak relevan. Sebab, para petugas DKP tersebut ditodong senjata dan disandera patrol kesatuan di bawah Polis Diraja Malaysia (PDRM) itu saat mengamankan tujuh nelayan Malaysia yang mencuri ikan dan menerobos batas laut Indonesia. Di surat kabar Jawa Pos edisi 25 Agustus 2010 menceritakan mengenai testimoni tiga petugas DKP Kepri yang ditahan Polisi Malaysia. Tiga petugas DKP tidak yakin dengan posisi pada saat penangkapan berlangsung dikarenakan pada saat ketegangan terjadi global positioning system (GPS) dalam kondisi mati karena kehabisan baterai. Padahal rekaman GPS yang menunjukkan posisi kapal tersebut sebenarnya bisa menjadi modal kuat bagi Indonesia untuk berdiplomasi dengan Malaysia. Namun salah satu petugas mengatakan bahwa ia yakin betul berada di wilayah Indonesia karena hanya 30 menit perjalanan dari pantai. Pada saat penahanan Seivo salah satu petugas DKP yang ditahan mengatakan polisi Malaysia tidak melakukan kekerasan fisik. Meskipun introgasi sempat dilakukan dengan nada keras. Tiga petugas DKP itu juga membantah dugaan adanya pemerasan kepada nelayan Malaysia dengan berani bersumpah. Pada edisi Jawa Pos 27 Agustus 2010 memberitakan mengenai Malaysia tantang Indonesia terkait demonstrasi yang dilakukan masyarakat Indonesia di Kedubes Malaysia Jakarta dengan melemparkan kotoran tinja dan membakar bendera Malaysia setelah kejadian


(45)

34   

penangkapan petugas Dinas Kelautan dan Perikanan oleh Polisi Malaysia. Melalui Menteri Luar Negeri Malaysia Datuk Seri Anifah Aman, mereka bahkan mengancam akan mengeluarkan travel advisory (menghimbau warganya tidak terbang ke Indonesia). Media-media Malaysia membeberkan bahwa pemerintah disana mulai kehabisan kesabaran terkait dengan aksi demonstrasi tersebut. Anifah mengingatkan,hubungan bilateral kedua negara bakal terganggu jika situasi di Indonesia memburuk. Kelompok Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera) berunjuk rasa didepan Kedutaan Besar Malaysia. Mereka mengecam penangkapan petugas DKP tidak lama setelah menahan tujuh nelayan Malaysia yang diduga kuat masuk wilayah kedaulatan RI secara ilegal. Namun terkait kemarahan Menlu Malaysia tersebut pemerintah justru meminta para demonstran tidak melakukan kekerasan kata Menko Polhukam Djoko Suyanto. Djoko mempersilahkan masyarakat memprotes Malaysia asal sesuai dengan aturan. Dia juga membantah pemerintah Malaysia terlalu lembek dalam menghadapi Malaysia terkait usaha dalam pembebasan petugas DKP yang ditahan diMalaysia layaknya orang tahanan. Pernyataan Menlu Marty Natalegawa dinilai sudah tegas seperti diungkapkan dalam rapat dengan komisi I DPR. Pemerintah RI telah melayangkan nota protes atas insiden penangkapan tiga petugas kementrian Kelautan dan Perikanan RI tersebut namun belum direspon serius oleh Malaysia.


(46)

2.6.1 Pro dan Kontra Pemberitaan Penangkapan Petugas (DKP Kepri) oleh Polisi Malaysia di Surat Kabar Jawa Pos terkait mengenai wilayah perbatasan perairan

Menurut Munawar seharusnya dalam setiap operasi pengawasan perikanan ada satuan tugas gabungan yang melibatkan POLRI atau TNI AL, sehingga tindakan serta kekuatan kapal patrolinya bisa bertambah. "Sehingga laut serta ikan atau potensi-potensi yang ada didalamnya sudah saatnya harus di perhatikan sebagai aset besar yang harus di jaga dari praktek-praktek illegal fishing," tandas anggota FPKS ini.Menurut anggota Komisi IX DPR Rofi’ Munawar "Tindakan khusus seperti pembakaran dan penenggelaman kapal-kapal ikan berbendera asing yang melakukan illegal fishing saat ini diharapkan bisa menjadi opsi pertama yang diambil," ujar anggota Komisi IX DPR, Rofi’ Munawar dalam siaran pers yang dikirim kepada detikcom, Senin (16/8/2010). Komisi IV adalah komisi DPR yang membidangi pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, perikanan, dan pangan. (http://gresnews.com/ch/TopStories/cl/Laskar+Merah+Putih/id/1412750/Soal+Pe nangkapan+3+Petugas+DKP+Malaysia+Harus+Diberi+Pelajaran)

Sedangkan menurut Dubes Malaysia untuk Indonesia Datuk Syed Munshe Afdzaruddin menilai,insiden di Selat Malaka yang berakibat ditangkanya tiga petugas Dinas Kelautan dan Perikanan Kepri oleh Malaysia sebagai insiden kecil.Hal ini disampaikannya usai mengikuti upacara puncak peringatan nasional HUT ke-65 RI di Istana Merdeka. Jalan Medan Merdeka Utara.Jakarta Selasa(17/80. “Ini isu kecil yang bisa dilakukan (diselesaikan) dengan persahabatan serumpun. Hubungan Malaysia dan Indonesia perfect,tidak ada


(47)

36   

keraguan,”ujar Afdzaruddin. Dia juga menegaskan, tujuh nelayan yang tertangkap di wilayah perairan Indonesia tidak bermaksud melakukan penyusupan atau provokasi terhadap patroli Indonesia. Mereka adalah para nelayan tradisonal yang sehari-hari mencari ika di perariran tersebut dan tidak sengaja perahunya melewati batas wilayah. (htpp://bataviase.co.id/node/346553).

2.7 Teori S-O-R

Model ini dimulai pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang banyak mendapat pengaruh teori psikologi, Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response.

Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi.

Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response Theory atau S-R theory. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif. Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.


(48)

1. Pesan (stimulus), merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan lambang.

2. Komunikan (organism), merupakan keadaan komunikan di saat menerima pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator di terima sebagai informasi, dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan komunikator. Penelitian disisni diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang disampaiakan melalui tanda dan lambang. Selanjutnya, komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap isi pesan yang disampaikan oleh komunikator

3. Efek (Response), merupakan dampak dari pada komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap, yaitu :sikap afektif, kognitif, dan konatif Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan (Effendy,2003:118).

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme.

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu :


(49)

38   

(a) perhatian, (b) pengertian, dan (c) penerimaan.

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar sebagai berikut (Effendy,2003:25) :

Organisme :

 Perhatian

 Pengertian

 Penerimaan Stimulus

      Response

Gambar 2.7: Model Teori S-O-R

Menurut gambar dari model diatas menunjukkan bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mungkin diterima


(50)

atau mungkin saja terjadi penolakkan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang telah disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan muncul dari adanya proses berfikir dan pemahaman individu terhadap obyek, dengan adanya proses tersebut maka menimbulkan kesadaran individu terhadap obyek. Proses berfikir tersebut menunjuk pada kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti obyek dan peristiwa (Rakhmat,1999:68).

2.8 Kerangka Berfikir

Peristiwa ini dipicu, saat menjelang peringatan hari ulang tahun Republik Indonesia yang ke 65. Peristiwa ini terjadi saat 3 petugas Dinas Kelautan dan Perikanan Indonesia yang sedang menangkap para nelayan Malaysia diperairan Indonesia, malah akhirnya ditangkap dan ditahan oleh petugas keamanan laut Malaysia. Peristiwa ini jelas sangat memukul perasaan, harkat dan martabat rakyat Indonesia, yang saat itu tengah memperingati hari ulang tahun kemerdekaannya. Dan dengan adanya penangkapan petugas DKP Kepri oleh Police Marine Malaysia membuat hubungan diplomatik yang sempat membaik kembali memanas.

Surat kabar sebagai media komunikasi massa memiliki kelebihan dalam hal ini penyajian informasi atau berita dibandingkan dengan media komunikasi


(51)

40   

massa yang lainnya, yaitu dapat didokumentasikan, diulangkaji, dihimpun untuk kepentingan pengetahuan, dan dijadikan bukti otentik yang bernilai tinggi (Effendy,2002:60).

Sesuai dengan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu Opini Masyarakat Tentang Pemberitaan Penangkapan Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepulauan Riau oleh Polisi Malaysia di Surat Kabar Jawa Pos, sebagai studi deskriptif dengan metode kuantitatif deskriptif. Hal-hal yang akan dibahas dalam hal ini Bagaimanakah Opini Masyarakat menanggapi pemberitaan peristiwa tersebut di media cetak Jawa Pos. Dengan cara melihat tiga arah/kategori yaitu Positif, Netral dan Negatif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar kerangka berpikir sebagai berikut :

Stimulus

Pemberitaan Penangkapan Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan(DKP)Kepul auan Riau oleh Polisi Malaysia di Surat Kabar Jawa Pos

Netral Negatif Positif Organism : Pembaca  Perhatian  Pengertian  Penerimaan Gambar 2.8 Kerangka Berfikir  


(52)

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1 Definisi Operasional

Yang dimaksud dengan definisi operasional disini adalah suatu pembatasan atau perincian prosedur yang memungkinkan penegasan ada atau tidaknya realitas tertentu sebagaimana digambarkan menurut konsepnya. Opini disini diwujudkan sebagai suatu proses internal yang memungkinkan kita untuk memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita. Penelitian ini hanya difokuskan pada opini individu yang berusia 17 tahun keatas terhadap pemberitaan Penangkapan Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepulauan Riau oleh Polisi Malaysia surat kabar Jawa Pos. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan analisis kuantitatif. Tipe penelitian ini yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta, dan sifat populasi atau obyek tertentu (Krisyantono,2006 : 69)

3.1.2 Opini

Opini adalah tanggapan aktif terhadap rangsangan, tanggapan yang disusun melalui interpretasi personal yang diturunkan dan turut membentuk citra. Setiap opini merefleksikan organisasi yang kompleks yang terdiri atas tiga komponen yaitu kepercayaan, nilai, dan pengharapan (Rahmat,2006:10).


(53)

42   

Opini dalam penelitian ini adalah salah satu hasil interaksi opini masyarakat khususnya yang berusia minimal 17 tahun yang mengemukakan pendapatnya dalam bentuk respon mengenai pemberitaan Penangkapan Petugas (DKP Kepri) oleh Polisi Malaysia di surat kabar Jawa Pos.

Indikator yang digunakan untuk mengukur opini masyarakat tentang pemberitaan Penangkapan Petugas DKP Kepri oleh Polisi Malaysia di surat kabar Jawa Pos antara lain melalui pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam daftar kuisioner yaitu menyangkut :

1. Menurut berita DKP Kepri telah menangkap tujuh nelayan Malaysia

karena praktik illegal fishing (pencurian ikan) di perairan Indonesia.

2. Setelah kejadian penangangkapan tersebut Indonesia memprotes dan

melakukan aksi demonstrasi kepada Malaysia

3. Dari sisi politik bahwa kejadian tersebut dapat mempengaruhi hubungan

diplomatik yang kembali memanas setelah kejadian penangkapan

4. Dari sisi hukum, nelayan Malaysia yang mencuri ikan di perarairan

Indonesia akan dideportasi sesuai dengan hukum internasional.

5. Dalam pemberitaan tersebut peryataan Menteri Luar Negeri Malaysia Datuk Seri Anifah Aman mengkritik bahwa Malaysia tidak ingin menjadi korban masalah politik di dalam negeri Indonesia

6. Dalam pemberitaan tersebut dikatakan Menlu Indonesia bersikap lembek

terhadap usaha pembebasan petugas DKP tersebut

7. Peringatan kapal patroli MPM (Marine Police Malaysia) melepaskan

tembakan karena petugas DKP Kepri menolak membebaskan nelayan  


(54)

Malaysia membuat DKP Kepri terpaksa menyerah dan dibawa paksa oleh MPM

3.1.3 Pengukuran Variabel

Pengukuran opini dalam penelitian ini yaitu dengan mengetahui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai obyek penelitian. Dalam pengukuran opini ini, respon diminta untuk menyatakan kesetujuan atau tidaknya dengan Penangkapan Petugas DKP Kepri oleh Polisi Malaysia terhadap pemberitaan yang ada di surat kabar Jawa Pos. Isi pernyataan untuk menyatakan persetujuannya tersebut terbagi dalam tiga macam kategori jawaban, yaitu “Setuju (S)”, “ragu-ragu (R)”, dan Tidak setuju (TS)” yang akan diukur dengan menggunakan skala nominal. Skala nominal adalah skala yang menunjukkan bahwa variasi nilai dari variabel yang diukur tidak menunjukkan jarak (interval) maupun tingkatan (rangking) antara kategori-kategori dalam pengukuran variabel tersebut. Artinya angka yang diberikan pada suatu kategori hanyalah sekedar label,tidak merefleksikan urutan kedudukan masing-masing kategori (Djarwanto,1996:9).

Berdasarkan hal tersebut maka pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Setuju skor 3 2. Ragu-ragu skor 2 3. Tidak setuju skor 1 Dari jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa :

   


(55)

44   

1. Apabila kategori jawaban menyatakan setuju jika semua materi atau isi

terhadap pemberitaan Penangkapan Petugas DKP Kepri oleh Polisi Malaysia di surat kabar Jawa Pos dianggap sesuai dengan hasil pemikiran pembaca.

2. Apabila kategori jawaban menyatakan antara setuju dan tidak (Ragu-ragu)

jika semua materi atau isi terhadap pemberitaan Penangkapan Petugas DKP Kepri oleh Polisi Malaysia di surat kabar Jawa Pos dianggap proposional oleh pembaca dan tidak dipermasalahkan pembaca.

3. Apabila kategori jawaban menyatakan tidak setuju jika semua materi atau isi terhadap pemberitaan Penangkapan Petugas DKP Kepri oleh Polisi Malaysia di surat kabar Jawa Pos dianggap tidak sesuai dengan hasil pemikiran pembaca.

Langkah berikutnya adalah memberikan batasan-batasan untuk

menentukan lebar interval dari pertanyaan yang akan dijawab yaitu positif, netral, dan negatif dengan menggunakan rumus :

skor tertinggi - skor terendah Interval =

jenjang yang diinginkan (14x3) – (14x1)

Interval =

3 42 -14 = 3

= 9,333 ≈ 10  


(56)

Jadi Interval dari setiap kategori Opini

Opini Positif = 14 – 23 Opini Netral = 24 – 33 Opini Negatif = 34 – 42

Secara operasional, opini dikategorikan menjadi 3 (tiga) yaitu :

1. Opini Positif : Opini yang mendukung atau memberikan pernyataan positif

terhadap pemberitaan Penangkapan Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepri oleh Polisi Malaysia di surat kabar Jawa Pos

2. Opini netral : Opini yang tidak mendukung dan tidak memberikan

pernyataan positif atau negatif terhadap pemberitaan Penangkapan Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepri oleh Polisi Malaysia di surat kabar Jawa Pos

3. Opini Negatif : Opini yang tidak mendukung atau memberikan pernyataan

negatif terhadap pemberitaan Penangkapan Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepri oleh Polisi Malaysia di surat kabar Jawa Pos

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat yang berusia 17 tahun keatas dengan asumsi bahwa pada usia tersebut telah memiliki kematangan emosional sehingga dapat memberikan interpretasi terhadap suatu permasalahan

   


(57)

46   

yang terjadi di masyarakat dan yang bertempat tinggal di Surabaya menurut data BPS tahun 2008 berjumlah 2.630.079 (http://jatim.bps.go.id/?p=6770)

3.2.2 Sample dan Teknik Penarikan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan sampel purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2001 :61). Adapun kriteria atau ciri-ciri yang dipakai peneliti yang akan dijadikan sampel antara lain :

1. Pernah membaca pemberitaan tentang Penangkapan Petugas DKP Kepri oleh

Polisi Malaysia di surat kabar Jawa Pos 2. Bertempat tinggal di Surabaya

3. Laki-laki dan Perempuan 4. Berusia 17 – 50 tahun

Berdasarkan data tersebut maka untuk mengetahui jumlah sampel maka digunakan rumus Yamane yaitu sebagai berikut (Krisyantoro, 2007 :160) : N

n= N(d)² +1

Keterangan : N = Populasi n = Jumlah sampel

d = Presisi (derajat ketelitian 10%) 1 = angka konstan

   


(58)

2.630.079 2.630.079

n = = = 99,99 ≈ 100 2.630.079 (0,1)² + 1 26301,79

Berdasarkan hasil perhitungan pada rumus Yamane tersebut diatas maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejumlah 100 orang responden yang berada di wilayah Surabaya dengan kriteria yang ditentukan.

3.3 Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuisioner yang diisi oleh responden.

Data yang diperoleh dari hasil kuisioner selanjutnya akan diolah untuk mendiskripsikan . Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuisioner terdiri dari : mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang diajukan.

Data yang dapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus :

F

P = x 100%

N

   


(59)

48   

    Keterangan :

P : Persentase Responden F : Frekuensi Responden N : Jumlah Responden

Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh apa yang diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya dilampirkan dalam tabel yang disebut tabulasi agar mudah diiterpretasikan.


(60)

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Surat kabar Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada tanggal 1 Juli 1949 oleh suatu perusahaan yang bernama PT. Java Pos Concern Ltd. Yang bertempat di jalan Kembang Jepun 166-169. Perusahaan ini didirikan oleh WNI kelahiran Bangka yang bernama The Cung Sen alias Soeseno Tedjo pada tanggal 1 Juli 1949. Soeseno Tedjo merupakan perintis berdirinya Jawa Pos ini. Pada awalnya Soeseno Tedja bekerja di kantor film Surabaya. Pada mulanya dia yang bertugas menghubungi surat kabar agar pembuatan iklan filmnya lancer. Dari situ Soeseno Tedjo mengetahui bahwa memiliki surat kabar ternyata menguntungkan, maka ia pun kemudian mendirikan perusaahaan surat kabar dengan nama Jawa Pos pada tanggal 1 Juli 1949.

Harian Jawa Pos saat itu dikenal sebagai harian Melayu – Tionghoa, perusahaan penerbitnya waktu itu adalah PT. Java Pos Concern Ltd yang bertempat di Jalan Kembang Jepun. Pemimpin redaksi pertamanya adalah Goh Tjing Hok. Selanjutnya sejak 1951 pemimpin redaksinya adalah Thio Gen Sik, keduanya dikenal sebagai orang-orang publikien yang tak pernah goyah.

Pada saat The Cung Sen dikenal sebagai raja koran karena memiliki tiga buah surat kabar yang diterbitkan dalam tiga bahasa yang berbeda. Surat kabar yang berbahasa Indonesia bernama Java Pos, yang berbahasa Tionghoa adalah Huo Chiau Wan, sedangkan De Vrije Per adalah surat kabar yang terbit menggunakan bahasa Belanda


(1)

76   

       


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Dari analisis dan interpretasi data yang telah diuraikan pada bab IV maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan opini masyarakat pada kategori opini positif. Hal tersebut dikarenakan kebanyakan responden mendukung pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berdasarkan indikator yang ada. Dimana responden tidak setuju dengan adanya penangkapan yang dilakukan oleh polisi Malaysia terhadap petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepulauan Riau Indonesia dalam pemberitaan tersebut. Sehingga responden mendukung pemberitaan tersebut karena memperoleh informasi secara mendetail bagaimana kronologis kejadian sesungguhnya dan perkembangan setelah terjadi penangkapan sesuai dengan fungsi surat kabar yaitu memberikan informasi kepada khalayak. Responden mengganggap tindakan petugas DKP menangkap nelayan Malaysia yang mencuri ikan atau illegal fishing di wilayah perairan Indonesia sesuai dengan prosedur yang ada, namun mengapa petugas tersebut yang ditangkap dan ditahan di Johor Malaysia. Sehingga responden memberikan jawaban setuju atas pertanyaan apakah nelayan Malaysia yang mencuri ikan di wilayah perairan Indonesia dapat dikenai sanksi internasional. Selain itu kejadian tersebut dapat memicu permasalahan menjadi semakin meluas,dimana setelah penangkapan kelompok Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera) melakukan aksi demonstrasi didepan Kedubes Malaysia sehingga responden juga memberikan jawaban tidak setuju dengan adanya demonstrasi. Responden juga menilai tindakan polisi


(3)

77   

Malaysia saat menangkap petugas (DKP) Kepri berlebihan dengan melepaskan tembakan sehingga terkesan mengalihkan permasalahan utama yakni mengapa ada penangkapan dan penahanan petugas Dinas Kelautan dan Perikanan di Kota Johor Malaysia.

Dalam pemberitaan itu dapat disimpulkan dimana diperlukan adanya hubungan bilateral yang baik,serta peranan semua pihak dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Terkait kejadian aksi demonstrasi itu menuntut atas tindakan Malaysia,namun menurut pengakuan tiga petugas DKP Indonesia yang sedang berpatroli tidak melanggar wilayah perbatasan seperti yang diyakini oleh Polisi Malaysia. Data koordinat menyatakan petugas DKP saat itu masih berada di perairan Tanjung Berakit Bintan Kepri Sedangkan nelayan Malaysia yang jelas-jelas mencuri ikan (illegal fishing) di wilayah perairan Indonesia tidak dijadikan prioritas utama untuk diselesaikan.Namun tindakan aksi demonstrasi tersebut juga tidak dibenarkan karena terjadi tindakan anarki yaitu adanya aksi pelemparan kotoran tinja serta perobekkan bendera Malaysia.Maka dari itu tidak adanya masyarakat Surabaya yang mengarah kepada opini negatif tentang pemberitaan penanggkapan petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepulauan Riau di surat kabar Jawa Pos yang terjadi bulan Agustus 2010. Dengan adanya pemberitaan itu masyarakat mendapatkan informasi bagaimana perkembangan atas permasalahan yang terjadi,sehingga semua pihak dituntut bersama-sama untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi diantara kedua negara agar hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Malaysia terjalin dengan baik. Dan seharusnya dalam setiap operasi pengawasan perikanan ada satuan tugas


(4)

78   

       

gabungan yang melibatkan POLRI atau TNI AL, sehingga tindakan serta kekuatan kapal patrolinya bisa bertambah. Sehingga laut serta ikan atau potensi-potensi yang ada didalamnya sudah saatnya harus di perhatikan sebagai aset besar yang harus di jaga dari praktek-praktek illegal fishing.

5.2. Saran

Setelah melakukan penelitian dan survey pada obyek yang diteliti, maka peneliti mempunyai saran yaitu :

1. Peneliti menyarankan bagi pihak surat kabar agar selalu menampilkan

berita atau informasi yang bersifat positif dan informatif karena yang ada saat ini hanya sinetron dan film yang tidak menghasilkan pengetahuan sama sekali.

2. Maka dari itu semua surat kabar swasta harus dapat meningkatkan berita

yang bermutu, bermanfaat dan berkualitas bagi para pembaca khususnya berita yang mengandung pengetahuan dan bukan sebagai kepentingan dari satu golongan saja.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Cangara, Hafied, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada

Effendy, Onong, Uchana, 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung; Citra Aditya Bakti

Krisyantono, Rakhmat, 2005, Teknis Praktis Riset Komunikasi, cetakan ke-3, Jakarta ; Kencana Prenada Media Group

Lukiati dan Ardianto, 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung ; Simbiosa Rekatama Media

Mulyana, Dedy. 2004, Ilmu Komunikasi, cetakan ke-6, Bandung, PT Remaja Rosadakarya.

Sumadiria, AS Haris, 2005, Jurnalistik Indonesia “Menulis Berita dan Feature”, Bandung ; Simbiosa Rekatama Media

Mc. Quail, Dennis, 1994, Teori Komunikasi Massa, penerbit Gramedia Pustaka Utama , Jakarta

Assegaf , Dja’farh, Jurnalistik Masa Kini , Jakarta : Ghalia Indonesia , 1983 Rakhmat, Jalaludin, 2007. Metode Penelitian Komunikasi, Bandung ;PT

Remaja Rosdarkaya.

Skripsi :

Tresyani, Eka, 2006, Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Berita Luapan Lumpur Panas di Porong Sidoarjo, FISIP IKOM, UPN Jatim

Rizkiati, Pratiwi, 2008,Opini Pembaca Tentang Berita Komisi Pemberantasan Korupsi Dalam Mengungkap Kasus Korupsi di

Jawa Pos , FISIP IKOM, UPN Jatim


(6)

       80 

Non Buku :

(http://politik.kompasiana.com/2010/09/03/indonesia-%E2%80%93-malaysia-negara-serumpun-yang-rukun

(www.wikipedia.com/07/008/2010/22:59)

(http://qbheadlines.com/debateroom2.php?did=70)

(http://www.antaranews.com/berita/1283709372/indonesia-harus-tegas-berdiplomasi-soal-batas-ri-malysia)

(http://gresnews.com/ch/TopStories/cl/Laskar+Merah+Putih/id/1412750/Soal+Pe nangkapan+3+Petugas+DKP+Malaysia+Harus+Diberi+Pelajaran)

(http://jatim.bps.go.id/?p=6770) 


Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25