1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, aktivitas kewirausahaan entrepreneurial activity masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya jumlah pembuka kerja
wirausahawan daripada pencari kerja. Jumlah individu yang memulai bisnis baru jika dinyatakan dalam persen total penduduk yang aktif bekerja relatif
masih rendah. Keadaan ini mengakibatkan angka pengangguran tinggi sehingga jumlah penduduk miskin pun juga tinggi. Menurut Menteri Koperasi
dan Usaha Kecil Menengah, Syarifuddin Hasan dalam KOMPAS.com tanggal 26 Februari 2011, jumlah wirausaha di Indonesia hanya sekitar 0,24
persen dari jumlah penduduk di Indonesia yang sekitar 238 juta jiwa. Jumlah itu lebih rendah dibandingkan dengan jumlah wirausaha di beberapa negara
luar yang tingkat pertumbuhan ekonominya tinggi, seperti Amerika Serikat yang merupakan negara maju di dunia mencapai sekitar 11 persen, Singapura
mencapai 7 persen, dan Malaysia mencapai 5 persen. Penyebab rendahnya aktivitas kewirausahaan yaitu munculnya
pandangan negatif terhadap profesi wirausaha. Salah satu faktor yang menyebabkan munculnya pandangan negatif terhadap profesi wirausaha salah
satunya adalah faktor psikologi yang membentuk sikap negatif masyarakat sehingga mereka menjadi kurang berminat terhadap profesi wirausaha, antara
lain : sikap agresif, ekspansif, bersaing, egois, tidak jujur, kikir, sumber
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penghasilan tidak stabil, kurang terhormat, pekerjaan rendah, dsb Buchari, 2000:2. Pandangan negatif tersebut dirasakan oleh sebagian besar
masyarakat terutama mahasiswa perguruan tinggi. Mereka lebih tertarik untuk menjadi pegawai negeri dengan penghasilan yang tetap, tunjangan pensiun,
dan mapan, dibandingkan menjadi seorang wirausahawan yang memiliki penghasilan tidak menentu dan resiko untuk gagal bangkrut.
Untuk mengurangi pandangan negatif tersebut, pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Inpres Nomor: 4 Tahun 1995 tanggal 30
Juni 1995 yang berbunyi “Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan” dengan tujuan menumbuhkan semangat di
kalangan generasi muda agar mampu menjadi wirausahawan di tengah ketatnya persaingan dalam mencari pekerjaan. Pemerintah juga perlu
melakukan pembangunan sumber daya manusia SDM secara menyeluruh, terarah, dan terpadu di berbagai bidang mencakup bidang pendidikan,
latihan, dan penyediaan lapangan pekerjaan. Program sumber daya manusia yang terdiri dari pengembangan kemampuan intelektual, keterampilan, dan
kreativitas pada dasarnya diarahkan agar manusia mampu beradaptasi dengan lingkungan serta mampu aktif mengeksplorasi lingkungan. Dengan demikian
mereka mempunyai keyakinan diri yang tinggi, mampu mandiri, dan selalu berupaya meningkatkan etos kerja yang selanjutnya mereka dapat membuka
usaha sendiri berwirausaha. Berwirausaha merupakan salah satu pendukung yang menentukan
maju mundurnya perekonomian suatu bangsa. Berwirausaha berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mempunyai kebebasan untuk berkarya, mandiri, dan mampu menciptakan lapangan kerja baru yang dapat menyerap banyak tenaga kerja. Berwirausaha
juga mampu menyediakan lapangan kerja bagi dirinya sendiri dan tidak perlu bergantung pada orang lain. Apabila usahanya semakin maju, juga mampu
membuka lapangan kerja bagi orang lain. Dengan demikian, berwirausaha berarti ikut serta dalam mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan.
Salah satu faktor yang mampu memberikan dorongan motivasi bagi mahasiswa untuk terjun dalam dunia wirausaha dan mampu mempengaruhi
seorang anak dalam memilih karir yang akan dipilihnya adalah status sosial ekonomi orang tua Sukardi, 1987:52 yang terdiri dari: tingkat pendidikan,
tingkat pendapatan, dan jenis pekerjaan orang tua. Dalam realita yang ada saat ini, orang tua cenderung lebih mendukung dan mengarahkan anaknya
untuk bekerja di sebuah instansi tertentu atau pegawai negeri dengan anggapan anak mereka akan memiliki masa depan yang jelas dan mapan.
Tingkat pendidikan orang tua dapat mempengaruhi minat berwirausaha pada diri seorang anak. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan
orang tua dapat mempengaruhi cara berpikir mereka terhadap masa depan anaknya. Orang tua yang berpendidikan tinggi cenderung akan lebih
memotivasi anaknya untuk berwirausaha, dibandingkan dengan orang tua yang berpendidikan rendah. Dalam kenyataan, tidak sedikit juga orang tua
yang berpendidikan rendah mampu menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi dan menjadi seorang wirausaha yang sukses.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tingkat pendapatan orang tua dapat mempengaruhi minat berwirausaha pada diri seorang anak. Orang tua yang memiliki pendapatan
tinggi cenderung akan lebih memotivasi anaknya untuk berwirausaha, dibandingkan dengan orang tua yang memiliki pendapatan yang rendah.
Namun tidak menutup kemungkinan bahwa orang tua yang memiliki pendapatan rendah dapat juga memotivasi anaknya untuk menjadi seorang
wirausaha, yakni dengan melihat kondisi orang tua mereka sendiri, misalnya buruh dengan gaji yang sedikit.
Jenis pekerjaan orang tua dapat juga mempengaruhi minat berwirausaha pada diri seorang anak. Mahasiswa yang orang tuanya memiliki
pekerjaan yang gengsinya tinggi dalam masyarakat, misalnya pegawai negeri cenderung akan menanamkan sikap-sikap positif terhadap anaknya tidak
takut gagal, tidak cepat puas, selalu berusaha lebih baik dari sebelumnya, dll dibandingkan dengan pekerjaan orang tua yang gengsinya rendah dalam
masyarakat. Sikap-sikap ini dapat menumbuhkan minat berwirausaha pada diri seorang anak. Namun, di dalam masyarakat, kita sering menjumpai orang
tua yang berprofesi sebagai pegawai negeri dan menginginkan anaknya menjadi seperti kedua orang tua mereka.
Berkaitan dengan hal-hal yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk meneliti mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi
angkatan 2007 – 2010 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tentang
“Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat Pendapatan, dan Jenis Pekerjaan Orang Tua terhadap Minat Berwirausaha pada Mahasiswa”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Batasan Masalah